Breaking News

Islam

Politik

Minggu, 30 Oktober 2016

Pluralisme Kafir


Karena sedang “hangat” dan ramai dibicarakan, saya ingin mengulas sedikit tentang sejarah dan implementasi kata “kafir” agar tidak disalahpahami dan digunakan untuk hal-hal yang bukan-bukan. Kata “k-f-r” dan padanannya (kafir, kufr, kuffar, takfir, kafirah, kafirun, dst) ini memiliki makna yang sangat plural, majemuk, dan kompleks.

Dari aspek sejarah dan perkembangan bahasa, kata k-f-r juga sangat fluktuatif dan tidak stabil penggunaannya. Perlu pemahaman dan pengetahuan yang dalam, luas, dan utuh untuk memahami akar kata dan sejarah penggunaan kata “k-f-r” ini yang dimaksudkan agar kita tidak mudah bilang “kopar-kapir” terhadap seseorang dan kelompok tertentu.


Meski jelas kata “kafir” adalah Bahasa Arab, tetapi kata ini jelas berakar dari Bahasa Hebrew (“kipper” atau “kofer”) atau Persia (“gaur” atau “gabr”) atau Aram (“gabra”) yang jauh lebih tua ketimbang Bahasa Arab. Menarik untuk disimak, dalam bahasa kuno India, Sanskrit, juga disebut kata “kapish” atau “kapis” yang maknanya kurang lebih sama dengan “kafir”. Dalam Bahasa Hebrew, kata “kipper” atau “kofer” memiliki sejumlah makna seperti menolak, menutupi, melenyapkan, merepresentasikan, mengtransfer, atau bahkan menebus atau tebusan, dlsb. Hal yang sama juga dalam Islam seperti nanti saya jelaskan.
Kata “k-f-r” juga memiliki padanan di berbagai bahasa seperti Turki (“gavur”), Albania (“kaur”), dan “Kafiristan” yang kini berubah menjadi Provinsi Nuristan di Afganistan. Masyarakat Muslim di Nuristan, menyebutnya “kapir” (seperti dalam Bahasa “Indonesia gaul”). Kata “kapir” di Nuristan ditujukan kepada “masyarakat pribumi” Kalash yang tinggal di kawasan pegunungan Hindu Kush yang memiliki agama, kepercayaan, dan kebudayaan berbeda dengan mayarakat Islam di daerah itu.

Rezim Turki Usmani (Ottoman) dulu menggunakan kata “giaour” atau “gawur” yang juga bermakna “kafir”. Kata ini khususnya ditujukan untuk masyarakat Kristen Ortodoks di Balkans, tapi bukan untuk kelompok non-Muslim lain (termasuk non-Kristen Ortodoks). Kata “giaour” ini diambil dari nama sosok “manusia monster” dalam novel Vathek: an Arabian Tale, karya William Beckford (terbit pada 1782), mungkin seperti “Tuan Takur” dalam film India.

Menariknya, Saudi dulu menyebut rezim Turki Usmani yang Muslim sebagai “kafir” penjajah Arabia, sementara Inggris yang “jelas-jelas kafir” malah tidak dikafirkan. Sama seperti Imam Khomaini atau Ahmadinajad yang mengafirkan Israel dan Amerika tapi tidak pada Uni Soviet / Russia maupun China. Kemudian, di Persi (“pre-modern Iran”), kata “gaur” atau “gabr” merujuk pada penganut Zoroastrianisme (atau Majusi dalam Islam). Di Afrika dulu lain lagi, kata “kafir” ditujukan untuk untuk masyarakat suku asli (native) seperti pernah ditulis oleh Dudley Kid, The Essential Kafir.

Sementara itu di era Kerajaan Sasani, kata “gabr” ditujukan untuk masyarakat petani di Mesopotamia. Menarik juga untuk disimak, salah satu arti kata “kafir” dalam Bahasa Arab adalah juga “petani”. Hal ini masih tercermin dalam Al-Qur’an, misalnya Surat Al-Hadid ayat 20: “Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani…”. Disini Al-Qur’an menyebut “kuffar” (jamak dari “kafir”) untuk “para petani”. Bukan “petani kafir” tapi kata “kafir” disini memang berarti “petani”. Jadi memang kata “k-f-r” ini sangat plural dan memiliki makna dan “konteks sosial” yang sangat kompleks dan beragam. Jadi, mulai sekarang, jangan suka sembarangan “mengafirkan” orang lain ya, entar dimarahi abi-umi lo?

Bagaimana penjelasan selanjutnya tentang “pluralisme kafir” dalam Islam, jangan kemana-mana, panteng terus di Facebook ini (bersambung).

Jabal Dhahran, Arabia

Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Read more ...

Jumat, 28 Oktober 2016

MISTERI UANG 150 TRILIUN


Pembaca buku Donal Bebek pasti kenal dengan Paman Gober yang punya gudang uang dan selalu berenang di uangnya..

Indonesia juga ternyata punya paman Gober...

Meski tidak diungkapkan siapa orangnya karena dinas pajak harus menjamin rahasia para wajib pajak, Dirjen pajak mengkonfirmasi bahwa ada orang seperti itu. 150 triliun rupiah disimpan dalam rumah, karena selama ini takut disimpan dalam bank sebab nanti terlacak dan menimbulkan kecurigaan.
Kenapa orang yg menyimpan uang itu percaya kepada pemerintah dan melaporkan harta kekayaannya ?
Yang pertama karena di dalam tax amnesty kali ini, ada pengampunan pidana bagi mereka yang menyimpan uangnya, kecuali uang teroris dan hasil narkoba. Pemerintah menutup mata hasil uang darimana, selama dalam masa tax amnesty ini riwayat uang tidak akan menjadi catatan kriminal bagi pemiliknya.
Inilah keberhasilan tax amnesty kali ini yang disebut sebagai terbaik di dunia, beda dengan yang masa Soeharto pada tahun 1964 dan 1984.

Yang kedua adalah kepercayaam pada pemerintah.

Berbondong2nya pengusaha kaya Indonesia melaporkan ( deklarasi ) hartanya, adalah bukti bahwa mereka percaya pada pemerintahan sekarang mulai dari Presidennya, Menkeunya sampai Dirjen pajaknya.
Kepercayaan ini penting, karena mereka yang melaporkan harta mereka, harus telanjang di depan pemerintah. Kepercayaan sangat kuat terutama bahwa investasi mereka nanti tidak dikorupsi dan orang pajak tidak lagi mempermainkan mereka.

Bisa jadi uang 150 triliun yang disimpan dalam rumah tersebut adalah hasil korupsi masa lalu. Tapi pemerintah sekarang sepertinya tidak begitu memperdulikan masa lalu, karena yang mereka hadapi adalah tantangan masa depan. Lebih baik uang itu berguna untuk pemerintah, minimal pajaknya, daripada disembunyikan dan pemerintah tidak mendapat keuntungan darinya.
Yang saya kebayang sambil minum kopi malam hari adalah itu orang untuk apa ya nyimpan uang sampe 150 triliun rupiah ?

Uang bagi dia seperti amal yang nanti akan dibawa mati. Atau buat nyogok malaikat supaya hukumannya jangan terlalu keras, minimal cambuknya pake kemoceng aja..
Asu dahlah.. Untung Kanjeng Dimas Tata sudah masuk penjara. Coba dia tahu, langsung didatangi orang itu, "Mau saya gandakan jadi 5 ribu triliun rupiah ?"

"Untuk apa ?"

"Supaya bisa beli saham google, jadi kalau ada yang ketik "kali bersih karena foke" yang keluar "kali bersih karena kamyu.. iyaaa, kamyu.."

"Ihhh.. nakal.. nakal.." #tersipumalu

Halah..

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Rabu, 26 Oktober 2016

KEEP PRAYING & FIGHTING


Berdiri di atas lensa batugamping yang memuncaki bukit volkanik Old Andesite di pantai selatan Lombok - Formasi Pengulung berumur Oligo-Miosen, merupakan bagian jalur volkanik bawahlaut terusan dari selatan Pulau Jawa.


Dulu sekali, sekitar 20 juta tahun yang lalu, batuan ini ada di bawah samudera, kini muncul di atas Samudera Hindia. Tenaga geologi mengangkatnya secara perlahan, namun pasti. Geologi itu mengajarkan: kesabaran, ketekunan, konsistensi, dan kesetiaan.

Pagi itu adalah 24 September 2016, Sabtu minggu lalu, hari istimewa buat saya, genap berumur 52 tahun. Saya berdiri di atas Old Andesite, menunjukkan bahwa saya tetap seorang Geolog Indonesia, dan ingin begitu terus selama Dia memberikan nyawa.

-----

Masih banyak yang ingin saya teliti dan kerjakan, masih banyak yang ingin saya publikasikan, masih ada lapangan-lapangan minyak atau gas yang harus saya dkk. temukan, masih banyak pemikiran geologi yang ingin saya sumbangkan buat Negeri yang berdiri di atas pertemuan tiga lempeng dan benturan belasan terranes ini, masih banyak ilmu yang harus saya turunkan kepada para murid, dan masih banyak para geolog muda yang harus saya didik, bangkitkan semangat dan keberaniannya.
Dan masih ada kewajiban saya sebagai seorang ayah, sebagai seorang warga masyarakat, sebagai seorang Indonesia, dan sebagai makhluk yang menyembah Khaliknya.

Lalu masih ada perjuangan fisik dan mental. Menjaga kesehatan, menjaga hati. Hidup bagi saya adalah: belajar, bekerja, berkarya, berjuang, berbagi, dan bersyukur menikmatinya. Mencintai dan dicintai.
Hidup juga telah dipenuhi pergantian antara kebenaran dan kesalahan masa lalu. Kebenarannya meyakinkan saya, kesalahannya mendidik saya meskipun pahit. Hadapilah yang dibawa hidup kepada kita dengan berani, semanis sepahit apa pun.

Dari pantai selatan Lombok di atas Old Andesite Formasi Pengulung berumur 20 juta tahun, di antara Samudera Hindia biru tua dan langit biru muda, saya syukuri kegenapan tambahan umur ini. Hanya kehilangan semangat yang menuakan orang itu, bukan tambahan umurnya. Umur menua akan memperlambat gerakan saya, bukan hati dan pikiran saya yang bertahun-tahun ditenagai oleh: cinta, ketekunan, konsistensi, dan keberanian.

-----

Keep praying and fighting!

Penulis: Awang Satyana
Read more ...

Senin, 24 Oktober 2016

KUK


Hidup tidak hanya berisi kesenangan dan tawa -mungkin itu bisa membuat kita lupa diri dan tinggi hati. Tetapi hidup juga berisi kesusahan dan air mata - itu mungkin yang bisa membuat kita sadar diri dan rendah hati.
Jadi terima saja segala kepahitan dan kesusahan dalam hidup, itu tidak akan mematikanmu, melainkan akan membangunmu. Kuk - beban, kita mungkin karena kesalahan kita sendiri atau beban dari-Nya. Terima saja.

Sebab:
"Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya.
Biarlah ia duduk sendirian dan berdiam diri kalau TUHAN membebankannya.
Biarlah ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu, mungkin ada harapan.
Biarlah ia memberikan pipi kepada yang menamparnya, biarlah ia kenyang dengan cercaan." (Ratapan 3: 27-30)

Berdoa saja, dan bekerja sebab TUHAN itu baik pada segala waktu.
"TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.
Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN." (Ratapan 3: 25-26)


-----

Hadapi saja yang diperhadapkan hidup kepadamu. Tetaplah berdoa dan bekerja. Jangan tawar hati dan takut!

Penulis: Awang Satyana
Read more ...

Sabtu, 22 Oktober 2016

CAGUB KEHABISAN BAHAN


Di sebuah lapangan saat kampanye Gubernur DKI.
"Kalau saya jadi Gubernur, saya akan membereskan banjir. Semua kali di Jakarta akan saya rapihkan. Bantaran kali akan saya tata, agar tidak ada lagi penduduk yang tinggal di sana dan kali menjadi lebih bersih. Ini akan mengurangi banjir."


"Sudah, pak. Sudah," sahut suara rakyat peserta kampanye.
"Saya juga akan siapkan pasukan khusus agar cepat menangani jika di satu daerah terkena banjir. Mereka akan membereskan genangan dan saluran air yang tersumbat..."
"Sudah, pak! Jakarta sudah punya pasukan orange dan biru,"
"Ohh, sudah ya? Tapi gimana dengan pelayanan publik? Ini yang perlu dibenahi sejak dulu. Pegawai kelurahan dan Kecamatan tidak bisa lagi semaunya. Mereka harus melayani rakyat."
"Sudah, pak. Kelurahan dan kecamatan kita sudah bagus sekarang. Pelayanannya seperti kantor bank swasta!"

"Ohh, ok. Kalau itu juga sudah, bagus. Tapi dari sisi transportasi masih perlu diperbaiki. Saya akan bikin layanan bus jauh lebih baik. Juga monorail dan MRT perlu dikembangkan."
"Naik Trans Jakarta pak. Enak bangets ekarang. Nyaman dan murah. Monorail dan MRT juga sedang dibangun."

"Ok, kalau semuanya sudah dijalankan. Kita akan lebih memperhatikan sistem keuangan Jakarta. Agar tidak ada lagi kongkalikong proyek. Ini duit rakyat, harus dikelola dengan baik!"
"Info, pak. Sekarang sistem keuangannya di Pemda sudah pakai e-budgeting. Tidak ada lagi yang bisa main-main dengan proyek."
"Kalau semuanya sudah, saya lebih baik konsentrasi ke sektor pendidikan. Anak-anak Jakarta harus dipastikan sekolah semua!"

"Kami sudah punya KJP, pak. Bahkan sampai kuliah bisa gratis."
"Gimana dengan keluhan. Pemerintah harus cepat menanggapi keluhan warganya. Tugas Gubernur itu melayani rakyat."

"Wah, bapak gak tahu, ya? Kita sudah punya aplikasi QLUE. Tinggal foto dan kirim laporkannya. Responnya cepat."

Cagub tersebut bingung. Dia berbisik ke orang di sebelahnya. "Ahok ini benar-benar sialan. Masa semua kerjaan sudah digarap? Lalu apa yang disisain buat kita kampanye?"
Lelaki di sebelahnya membalas, juga dengan berbisik. Sepertinya memberi masukan. Sesaat kemudian, Cagub itu semangat lagi.

"Ok, ok. Ini program saya yang or8sinil Kalau saya jadi Gubernur, akan saya pastikan, di Jakarta tidak boleh lagi ada orang yang nyetel bokep di tempat umum! Apalagi di tengah jalan. Itu tidak islami. Itu melanggar syariat!"

"Setujuuuuuu, setujuuuu...."

Orasi selesai. Panggung kampanye kini diisi hiburan. Dangdut koplo. Semua peserta menikmati goyangan penyanyinya. Asyik.

Calon Gubernur kita pulang ke rumah, istirahat. Selonjoran di sofa. Kedua pelipisnya ditempeli koyo...


Penulis: Eko Kuntadhi
Read more ...

Kamis, 20 Oktober 2016

Ayam Datang, Babi Hilang


Ini lanjutan kuliah virtual tentang "Bab Perbabian" yang sempat tertunda. Untuk sementara lanjutan pembahasan "Bab Perkafiran" saya tunda dulu sebentar. Seperti pernah saya singgung sebelumnya (silakan review postinganku sebelumnya), ada sejumlah teori yang dikemukakan oleh sejumlah pakar (sejarawan, arkeolog, antropolog) tentang fenomena punahnya babi dari mayoritas kawasan Timur Tengah (meski tidak semuanya).


Salah satu teori yang belum sempat saya kemukakan adalah tentang hadirnya ayam sebagai bagian penting dalam "subsistence system" masyarakat Arab dan Timur Tengah. Teori ini dikemukakan oleh Richard Redding, misalnya dalam tulisannya, "The Pig and the Chicken in the Middle East". Menurutnya, berdasarkan kajian antropologi sejarah dan didukung oleh sejumlah data arkeologis, "kehadiran" ayam menjadi faktor fundamental bagi lenyapnya hewan babi di Arab dan Timur Tengah pada umumnya.

Asal-usul ayam tentu saja bukan dari Timur Tengah tapi dari Asia Tenggara. Hewan khas Timur Tengah waktu itu adalah keledai, onta, domba, termasuk babi yang menjadi primadona masyarakat di kawasan ini. Kaum nomad dan pelayar / pelaut Asia Tenggara (termasuk "Indonesia" tentunya) yang memperkenalkan mahluk bernama ayam ke kawasan Arab/Timur Tengah ini melalui jalur dan jaringan perdagangan dan pelayaran Samudera Hindia.

Kehadiran ayam disambut dengan riang-gembira oleh masyarakat suku Timur Tengah di daerah pedesaan, sub-urban, dan Arab nomad (pastoral nomads atau nomadic pastoralists) yang hidupnya mobile, berpinda-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Ada sejumlah alasan kenapa mereka lebih jatuh hati pada ayam daripada babi.

Pertama, ayam dipandang sebagai sumber protein yang jauh lebih efisien dari sisi ekonomi daripada babi. Tidak seperti babi yang yang boros makanan dan minuman yang juga dibutuhkan oleh manusia, ayam, karena perutnya kecil, hanya perlu sedikit makanan.

Kedua, ayam menghasilkan "sumber sekunder protein", yaitu telur. Ini tentu jauh lebih efisien. Ibaratnya: sambil menyelam minum air, sambil makan daging ayam, makan pula telurnya. Apalagi bulu ayam juga bisa dipakai untuk "korek kuping" he he.

Ketiga, ukuran ayam jauh lebih kecil ketimbang babi (kecuali "ayam kampus" lo ya yang mungkin ada yang bongsor he he) sehingga efektif dan efisien untuk dikonsumsi oleh keluarga dalam 24 jam kapan saja kalau lapar. Masaknya juga gampang, tidak perlu banyak alat. Kalau menyembelih babi repot karena dagingnya terlalu banyak dan belum ada kulkas untuk menyimpan. Kalau mereka menyembelih babi, sebagian daging harus ditukar dengan barang-barang lain (dalam antropologi istilahnya "reciprocal exchange") supaya tidak mubazir.

Keempat, ayam gampang diangkut kemana-mana (biasanya ditaruh di belakang punggung keledai atau onta) sesuai dengan kultur masyarakat nomad, sedangkan babi terlalu gembrot dan gak bisa jalan jauh berpindah-pindah. Babi juga tidak bisa dipakai sebagai alat transportasi seperti onta atau keledai. Jadi, fungsi babi seperti ayam, yaitu sebagai sumber protein saja. Oleh karena itu daripada memelihara babi yang boros dan ngrepotin, ya diceraikan saja si babi, lalu pindah ke ayam yang lebih "langsing" dan oke.

Sejumlah kajian antropologi juga menunjukkan suku-suku nomads di Arab dan Timur Tengah (seperti Beduin, Bahktiari, Luri, Qashqai, dlsb) memang memelihara ayam di tenda-tenda mereka. Mau percaya atau tidak dengan teori ini, terserah saja, emang gue pikirin? he he (bersambung)

Jabal Dhahran, Arabia

Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Read more ...

Selasa, 18 Oktober 2016

NEGERI DIMAS KANJENG


Dimas Kanjeng itu bukan cuma satu orang. Jujur aja deh, sebagian besar kita pernah bermimpi jadi Dimas Kanjeng. Kerja sedikit, ongkang-ongkang kaki, tapi duitnya segudang. Murid Dimas Kanjeng tersebar dimana-mana.


Ada PNS di kehakiman, gajinya cuma Rp 8 juta sebulan, tapi dia punya Rumah Sakit, Hotel, Rumah Mewah dan 19 biji mobil. Dari mana duitnya kalau bukan dengan mengikuti jalan Dimas Kanjeng? Dimas Kanjang menggndakan duit dengan sulap, sedangkan dia dengan menjual perkara di pengadilan.
Ada perawat, kerja di RS swasta. Suaminya bekas perawat juga tapi sudah gak aktif lagi. Dari profil FB dia menunjukan mobil mewah dan rumah yang juga mewah. Dia meniru Dimas Kanjeng menggandakan uang. Pasangan itu memilih dengan jalan membuat vaksin palsu.

Ada seorang anggota DPRD DKI. Ketangkap tangan KPK, dengan uang yang tidak sedikit. Dia meniru Dimas Kanjeng dengan cara berbeda, kali ini dengan menjual isi Perda.

Dimas Kanjeng punya murid dimana-mana. Dalam skala kecil, orang-orang yang suka mengutak-atik kuitansi agar dapat untung adalah murid Dimas Kanjeng juga. Mereka yang malas kerjakeras, atau tidak menghargai kerja keras orang, tapi mau menikmati hasilnya secara maksimal, adalah Dimas Kanjeng juga.
Pada intinya, sebagian kita mungkin pernah menjadi Dimas Kanjeng. Kerja seupil, kecurangan segudang, agar cepat kaya. Repotnya, ketika sudah berhasil dengan kecurangannya, kita bangga dan memamerkan kekayaan. Seolah dia sudah bekerja sangat keras. Seperti pasangan suami-istri pembuat vaksin palsu itu.
Ideologi Dimas Kanjeng adalah ideologi yang tidak peduli dengan proses. Ideologi yang mencela proses. Ini ideologi yang berfikiran, hasil jauh lebih penting, proses adalah tetek bengek menyebalkan. Dia ingin menjadi Tuhan : Kun Faya Kun. Jadilah, maka jadilah. Cling! Mau nyolong, kek. Nipu, kek. Mainin kuitansi, kek. Makan duit anak yatim, kek. Semua gak penting. Tujuannya adalah menggandakan uang.

Cara berfikir Dimas Kanjeng ini melanda banyak orang. Mereka yang mau cepat kaya dengan cara instan, atau dengan cara curang, atau dengan korupsi, atau dengan memeras. Atau mark-up, atau memainkan kuitansi. Semua adalah Dimas Kanjeng dengan wujud yang lain.

Dimas Kanjeng ada di sekitar kita. Atau jangan-jangan, kita adalah Dimas Kanjeng juga, dengan wujud yang lain?

Padahal negeri ini hancur, karena populasi Dimas Kanjeng terlalu banyak!

Penulis: Eko Kuntadhi
Read more ...

Minggu, 16 Oktober 2016

TUHANKU MUNGKIN BUKAN TUHANMU


Tuhanku tidak bodoh..
Tuhanku selalu menyuruh hambaNya yang bodoh untuk menggunakan akalnya, karena disanalah keistimewaan manusia dibandingkan mahluk hidup lainnya.

Karena itulah dalam menafsirkan firman2Nya, manusia dituntut untuk paham bukan sekedar meriwayatkan. Mengikuti tafsiran manusia lain atas firmanNya pun membutuhkan pendalaman lagi karena manusia itu tempatnya salah dan dosa, meskipun ia dilabeli ulama.
Tuhanku tidak rasis..

Tuhanku bahkan berfirman bahwa Ia bisa saja menciptakan satu jenis manusia, tetapi Ia malah menciptakan golongan2 dan ras2 berbeda, untuk apa ? Tentu supaya kita saling belajar menghargai, menghormati dan menyayangi satu sama lainnya.
Tuhanku tidak kecil..

Tuhanku Maha, Ia tidak perlu dibela dengan baju agama. Agama adalah petunjukNya, yang Ia turunkan kepada manusia melalui utusan suciNya. Lalu untuk apa Tuhanku dibela oleh petunjuk yang diturunkanNya sendiri ?


Tuhanku ingin hambaNya membela dirinya sendiri dari nafsunya, dari emosinya, dari kesombongannya dan dari sifat2 hewaninya...

Tuhanku Maha adil..
Tuhanku bahkan berfirman bahwa semua kepercayaan tidak perlu takut dengan keimanannya karena sejatinya manusia menyembahNya, hanya caranya saja yang berbeda2.
Sembahlah Ia dengan sukacita, bukan menyembahNya dengan angkara murka..

Tuhanku Maha tahu..
Bahwa banyak manusia yang mengklaim namaNya, memanfaatkan kebaikanNya, menjual firman2Nya dengan tujuan nafsu kepentingannya dan golongannya sendiri.
Manusia munafik yang rela melakukan apa saja meski melacurkan diri. Tidak tahu malu meski hati nuraninya mengakui bahwa apa yang dilakukannya akan menyiksanya nanti..

Tuhanku Maha penyayang..
Karena itu Tuhanku tidak menetapkan perhitungan langsung di dunia kepada mereka yang menipuNya, karena dunia ini adalah ladang amal tempat hambaNya mencari pahala.
Tetapi Tuhanku akan memperhitungkanNya di dunia lain dimana disana yang ada hanyalah perhitungan, sampai amal yang pernah dikumpulkan habis tak bersisa..

Itu Tuhanku... Bagaimana dengan Tuhanmu ?

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Sabtu, 15 Oktober 2016

Pemimpin Muslim di “Kawasan non-Muslim”


Jika pada postingan sebelumnya, saya pernah memosting mengenai sejumlah “pemimpin” Kristen di daerah yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, maka kini saya ingin mengulas tentang sejumah walikota atau presiden Muslim di “kawasan non-Muslim.”

Sadiq Aman Khan

Kita tentu sudah mendengar nama Sadiq Aman Khan, politisi muda Muslim dari Partai Buruh yang terpilih sebagai Walikota London, Inggris, belum lama ini. Sesaat setelah terpilih sebagai Walikota London, Sadiq Khan yang juga penulis buku “Fairness not Favours: How To Reconnect with British Muslims” langsung tancap gas menggaet para pengusaha dan konglomerat Muslim di London untuk bersama-sama memajukan dan memakmurkan penduduk di ibukota Inggris ini. Sebelumnya, Inggris, tepatnya London Borough of Tower Hamlets, juga pernah mempunyai walikota Muslim bernama Muhammad Abdullah Salique atau Muhammad Abdus Salique (berdarah Bangladesh).

Sadiq Khan tidak sendirian. Ada sejumlah nama beken pemimpin Muslim lain seperti Mohamed Arturo Cerulli yang pada 2008 terpilih sebagai walikota Muslim pertama di Monte Argentario, Italia. Karena dipandang sukses menahkodai kota di Propinsi Grosseto ini, pada 2013, ia terpilih lagi sebagai walikota. Rotterdam, Belanda, juga pernah memiliki walikota Muslim. Namanya Ahmed Aboutaleb, seorang Muslim-Sunni-Berber berdarah Maroko. Kota Calgary di Alberta, Kanada, juga memiliki walikota Muslim yang bernama Naheed Kurban Nenshi. Ia adalah seorang profesor muda lulusan Harvard, berdarah Tanzania, dan pengikut Syiah Nizari Ismaili.

M. Saud Anwar

Amerika juga memiliki beberapa walikota Muslim seperti M. Saud Anwar, yang terpilih sebagai walikota Muslim pertama di kota South Windsor, Connecticut. M. Saud Anwar adalah satu dari tokoh Muslim di Amerika yang gencar memerangi “kaum radikal-ekstrimis” (baik Muslim maupun bukan) dan kaum “Islamophobia” di Amerika, yaitu sejumlah kelompok non-Muslim yang antipati terhadap Islam dan umatnya. Ia mengvisikan Islam yang damai dan toleran terhadap non-Muslim. Kemudian Mohammed Hammeduddin, yang terpilih sebagai Walikota Teaneck di New Jersey. Menariknya, wakil walikotanya adalah seorang Ortodoks Yahudi bernama Adam Gussen, yang merupakan teman sekolah Pak Walikota ini sejak di SMU sampai di perguruan tinggi: Rutgers University.

Bukan hanya walikota saja, beberapa tokoh Muslim juga pernah tercatat sebagai presiden di sejumlah negara yang penduduknya mayoritas non-Muslim seperti Ahmadou Ahidjo (Kamerun), Noor Mohamed Hassanali (Repubik Trinidad and Tobago), Michel Djotodia (Republik Afrika Tengah), Omar Bongo Ondimba (Republik Gabon), Abdul Kalam (India), dlsb.

Poin penting yang ingin saya sampaikan disini adalah umat beragama itu, tak terkecuali umat Islam, harus berwawasan luas, berpikiran global, dan memiliki visi jauh ke depan demi kemajuan masyarakat, bangsa dan negara. Bukan malah sebaliknya: berwawasan sempit, berpikiran lokal, dan memiliki visi jauh ke belakang ke “zaman batu” ratusan abad silam.

Buka mata kalian lebar-lebar, rajin-rajinlah berfikir, giatlah melakukan olah rasa dan pikiran, perbanyaklah membaca dan melakukan "piknik intelektual" jangan seperti "upil dalam hidung" yang selalu ngumpet di lubang sempit atau "kodok dalam panci". Kita ini hidup di abad ke-21, di zaman mondern yang penuh sesak dengan teknologi canggih dan internet. Tentu saja di abad modern ini, umat beragama memiliki tantangan yang sangat jauh berbeda dan jauh lebih kompleks dari abad-abad silam, dan karena itu, harus disikapi dengan bijak dan dewasa, bukan dengan sikap keangkuhan dan kekanak-kanakan.

Jabal Dhahran, Arabia

Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Read more ...

Jumat, 14 Oktober 2016

Hewan-Hewan yang Selalu Dikambinghitamkan


Menarik untuk disimak, selain setan, hampir setiap masyarakat atau negara menggunakan nama-nama hewan untuk mengekspresikan kemarahan, kedongolan, atau untuk memaki, menghina, merendahkan, dan mengolok-olok orang lain, umat agama lain, penduduk negara lain dan seterusnya. Kenapa hewan yang “dikambinghitamkan”? Kasihan kambing kan: sudah hitam, dikambinghitamkan pula. Saya juga kasihan sama setan yang sering “disetanhitamkan” terus oleh manusia. Padahal kita sama-sama tidak tahu dan tidak pernah melihat wujud “si dia”. Di Jakarta mungkin sekarang karena lagi panas musim pilkada-pilkadaan, setan (dan teman-temannya termasuk demit, dajjal, tuyul, dll) dan hewan-hewan tertentu sedang menjadi “buah bibir” dan “ngetop” karena sering dilotarkan oleh para fans dan “cheerleaders” kandidat gubernur.

Mungkin Anda juga pernah mengalami, saya pun sama: sering dibilang anjing, babi, ulat blatung, dlsb. Kalau di kampungku dulu, ada dua hewan favorit untuk mengumpat: anjing (Jawa: asu) dan babi hutan (Jawa: celeng). Di Jawa Timur mungkin “jangrik” (contoh: “jangkrik kon” he he). Di Saudi atau kawasan Arab pada umumnya, hewan favorit untuk mengumpat bukan onta (“jamal”) tetapi keledai (“khimar”), ranking kedua adalah anjing (“kalb”). Kalau orang Arab bilang, misalnya, “Anta kal khimar” (Kamu seperti keledai) berarti sedang marah besar. Oleh masyarakat Arab, keledai dianggap sebagai “simbol binatang dungu”.


Sementara onta adalah hewan yang sangat berharga disini dan bisa menjadi simbol kelas sosial. Di sejumlah daerah non-urban, kekayaan dan status sosial diukur dari seberapa banyak orang mempunyai onta. Tidak seperti keledai, hewan berpunuk ini memang multi-fungsi dan menghasilkan banyak manfaat: bisa dimakan dagingnya, diminum susunya, dipakai kulitnya. Onta juga bisa menjadi kendaraan transportasi yang handal di padang pasir karena ia tahan panas dan hemat air, bukan hanya untuk tunggangan tapi juga untuk mengangut barang. Onta juga bisa digunakan untuk berlindung dari teriknya matahari atau dari serangan angin gurun. Di era modern, onta juga digunakan untuk “lomba adu tangkas” semacam “karapan onta” dan di sejumah kawasan Arab Teluk, “lomba balap onta” ini bisa menjadi ladang bisnis yang lumayan.

Menariknya, kalau di Indonesia, masyarakat lokal yang “kontra Arab” justru menyebut orang-orang Arab tertentu atau orang-orang yang berdandan ala Arab (khususnya “pasukan berjubah” yang hobi melakukan tindakan intoleran dan kekerasan) dengan sebutan “onta” bukan “keledai”. Dan menariknya lagi, para “Arab KW” terpancing dan tersinggung dengan sebutan “onta” ini. Padahal para “Arab Ori” biasa-biasa saja. Saya pernah cerita di kelas tentang fenomena ini, murid-murid Arabku malah ketawa-ketawa dan heran: “Kok, bisa marah dengan sebutan onta?” Jika para “Arab haters” menyebut “lawan-lawan” mereka dengan sebutan “onta”, maka para “Arab lovers” menyebut “lawan-lawannya” dengan nama-nama hewan favorit mereka: “babi” atau “anjing”.

Lain ladang, lain belalang; lain masyarakat, lain pula budaya dan ekspresi bahasa mereka. Kalau di Barat, menyebut “orang-orang bule” dengan anjing, mereka mungkin malah berterima kasih: “I am like a dog, oh so cute, thank you so much” (he he). Sebagian orang-orang Belanda atau Belgia (berbahasa Flemish), konon babi (“varken”) adalah simbol “orang-orang yang semrawut tak beraturan”, sedangkan “lambang kedunguan” adalah ana sapi (“kalf” atau “calf”). Di Russia, konon kambing adalah padanan kata untuk “asshole” atau mungin “dancuk” di Jawa Timur he he. Sementara dalam Bahasa Flemish, kata kambing sering dikombinasikan dengan kata perempuan seperti “stomme geit” alias “perempuan bego bin o-on”.

Jadi, kalau mau bepergian ke daerah lain apalagi ke negara lain harus hati-hati ya? Lebih baik dipelajari dulu dikit-dikit supaya tidak menimbulkan salah paham dan ketegangan. Selamat berakhir pekan.

Jabal Dhahran, Arabia

Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Read more ...

Rabu, 12 Oktober 2016

Kepercayaan Menurut Papa John's Pizza


Setiap orang memiliki kepercayaan yang berlainan. Ada yang percaya setengah mati dengan agama. Bagi kelompok ini, agama bukan hanya sekedar "tuntunan hidup" di dunia tapi juga "pegangan hidup" di akhirat. Mereka percaya, agama bisa mengantarkan pemeluknya selamat dunia-akhirat: hidup bahagia di dunia, mati bahagia masuk surga, atau minimal terhindar dari siksa dan malapetaka.

Tapi uniknya, doktrin-doktrin keagamaan atau "rumusan teologi-keagamaan" ini pada umumnya bersifat "eksklusif" dan "egois". Mereka hanya "menyelamatkan" pengikut agamanya saja, tidak mempedulikan umat lain. Pengikut agama-agama lain dinilai nyasar ke jurang kesesatan dan bakalan tidak selamat dan bahkan "nyemplung" ke neraka di alam akhirat nanti. Sadis dan ngeri ya? 


Ada pula kelompok yang tidak percaya dengan agama. Mereka menolak tetek-bengek doktrin, dogma, dan ajaran keagamaan yang mereka anggap sebagai "rekayasa" kaum agamawan. Kelompok ini juga sangat besar jumlahnya di dunia ini dan bermacam-macam jenisnya: ateis, agnostik, sekularis, humanis, "scientologist," dlsb. Kaum "spiritualis" tertentu bisa juga masuk dalam gerbong ini. Kelompok ini ada yang menolak tesis-tesis eksklusif-formal agama, dan lebih mempercayai pada "spiritualitas" yang dianggapnya lebih netral, cross-cultural, dan inklusif.

Ada lagi yang fanatik percaya terhadap ideologi tertentu (Islamisme, kapitalisme, sosialisme, komunisme, dlsb), partai politik tertentu (Republik, Demokrat, "Pilkaes," dlsb), ormas tertentu (FPI, HTI, JTI, HMI, PMII, dlsb), dan seterusnya. Pengikut ideologi, parpol, atau ormas-ormas ini juga tidak kalah fanatiknya dengan "kaum agamis" dan "non-agamis" di atas. Apalagi ideologi, parpol, dan ormas ini sering kali berkaitan erat dengan agama atau "paham sekularisme" tertentu.

Ada pula lo orang yang "jatuh hati" dan percaya setengah mati dengan keampuhan atau kesaktian kiai, dukun, tuyul, danyang, dokter, tabib, konsultan, kepala suku, dan seterusnya, termasuk antropolog he he.
Nah, bagaimana dengan Papa John's Pizza? Selidik punya selidik ternyata Papa John mempercayai terhadap "mahluk" yang bernama "Better". Gak percaya? Simak saja dengan teliti foto yang saya jepret ini: "We believe in better". Better apa? "Better ingredient, better pizza..." dan lain-lain. Foto ini saya jepret di sebuah "kedai" Papa John's Pizza di kompleks mall tidak jauh dari tempat saya tinggal di Saudi. Perusahan restauran Amerika yang didirikan oleh John Schnatter pada 1984, dan bermarkas di Louisville, Kentucky ini termasuk yang laris-manis di Saudi, bersaing ketat dengan restoran-restoran cepat saji ala Amerika lain seperti McDonald, KFC, Subway, dlsb. Bagaimana dengan Anda?

Jabal Dhahran, Arabia

Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Read more ...

Senin, 10 Oktober 2016

ANIES NUNGGU PUTARAN KEDUA


Di Jakarta itu cuma ada dua kandidat Gubernur. Yang satu Ahok. Satunya lagi bukan Ahok. Itu yang difikirkan Anies Baswedan. Makanya belakangan dia rajin berkomentar miring dan rada aneh, agar persepsi publik memposisikan dia berdiri berhadapan dengan Ahok.

Ini gara-gara SBY yang kuckuk-kucluk mencalonkan Agus Harimurti. Jika tanpa Agus, publik dengan sendirinya sudah terbelah. Tinggal adu retorika, program dan strategi. Tapi kini ada Agus. Langkah pertama bagi Anies adalah bagaimana lolos ke putaran kedua. 




Caranya? Ya, dengan memposisikan diri berseberangan dengan Ahok. Anies sadar kuatnya brand Ahok berhasil membelah Jakarta jadi dua arus besar : yang suka dan membenci Ahok.

Nah, potensi yang membenci ini --karena rasis, alasan agama, kesantunan, kepentingan, dll -- jumlahnya lumayan. Apalagi jika sentimen agama terus dikoarkan. Jadi mereka harus dijaring dulu. Karena kebanyakan pembenci Ahok cara mikirnya aneh, wajar jika Anies terpaksa melontarkan ide-ide aneh. Biar nyambung. Segala becaklah, mau diaktifkan kembali.

Apakah Agus akan memainkan strategi serupa? Mungkin saja. Tapi kayaknya, Agus akan coba diposisikan sebagai kandidat jalan tengah. Dia ingin jadi figur alternatif jika pertempuran Ahok dan Bukan Ahok meningkat sampai bikin publik mules. Agus ingin berfungsi sebagai 'Entrostop', untuk menghentikan diare publik itu. Ini khas gaya SBY, posisinya abu-abu terus.

Sebelum kampanye secara dimukai, ada sebuah strategi menarik dari tim Anies-Uno. Kemarin tersiar kabar Jonru menyatakan diri menarik dukungan pada Anies. Ini tentu membuat kandidat lain deg-degan. Jangan-jangan Jonru nanti mengklaim jadi pendukungnya.

Yang paling mencemaskan, kabarnya Jonru berniat mendaftar jadi relawan Teman Ahok.

Nah. Rasain lu, koh!

Penulis: Eko Kuntadhi
Read more ...

Sabtu, 08 Oktober 2016

TEST NALAR


Ketika anda melihat video ini, bagaimana penafsiran anda ?



A. Ahok mengatakan bahwa surat Al Maidah 51 adalah bohong dan membodohi umat Islam..

B. Ahok mengatakan bahwa surat Al Maidah 51 sering dipakai orang untuk membodohi dan membohongi umat Islam.

Demi Kanjeng Dimas dan Aa Gatot... Semoga nalar saya tidak seperti bu Marwah dan teteh Reza !
Read more ...

ISLAM YANG SELALU MERASA TERHINA


"Kristen itu ajaran konyol !!"
Begitu kata Ahok beberapa waktu lalu dalam sebuah rapat bersama jajarannya.
Ahok mengkritisi dengan tepat perilaku manusia dalam agamanya yang menjadikan agama sebagai mie instan, "lu boleh buat dosa sebesar apa saja karena Kristus nanti akan mengampuni semua dan lu pasti masuk surga.."

Siapakah yang ribut ? Ya, yang mengaku beragama Islam.

Mereka langsung teriak gembira dan men-share video itu kemana saja dengan poin perkataan, 'Tuh kan, Ahok yang kristen aja bilang bahwa kristen ajaran yang konyol. Bukti bahwa Islam yang paling benar !"
Dan disambutlah takbir bersahut2an persis seperti di pasar ayam.

Yang beragama Kristen tampak tenang. Sebagian karena paham maksud dari ucapan Ahok, sebagian karena tidak mengerti ada apa. Tapi yang paling penting adalah mereka tidak merasa terhina ketika Ahok mengatakan "Kristen ajaran konyol.."

Aneh memang, yang ngomong orang Kristen, tentang ajaran Kristen, tapi yang ribut yang merasa Islam.
Dan ketika Ahok mengatakan, "jangan mau dibodohi dan dibohongi pake surat Al Maidah 51', ribut lagi lah mereka yang mengaku beragama Islam. Ahok dibilang melecehkan, mengolok2 bahkan menghina Alquran.
Ketika di jelaskan bahwa yang dimaksud Ahok adalah "orang yang mempolitisasi ayat di Alquran", mereka tetap meradang. Apapun penjelasannya mereka tetap tidak terima, yang penting Ahok sudah menghina.
Kenapa si pengaku umat Islam ini selalu merasa sedikit2 terhina ?

Karena bodoh, itu saja. Bodoh karena tidak paham agamanya sendiri tapi kebanggaan mereka berlebih. Baju agama mereka terlalu ketat, sehingga nafas mereka sesak.
Mereka menjadi paranoid, mudah dipolitisasi dan di doktrin. Karena mereka tidak mau mengkaji kitab suci, meski suka datang ke pengajian. Mudah terhasut dengan "kata si anu" karena malas membuka kitabnya sendiri.


Mungkin karena merasa mayoritas, sehingga sulit membuka cakrawalanya dengan bebas. Sulit melihat kesalahan di diri sendiri dan suka bergunjing kesalahan pada orang lain.
Ahok itu ujian mayoritas muslim dalam menghadapi politik di negeri ini. Apakah kita akan dewasa dalam beragama atau seperti kerbau dicocok hidungnya. Apakah kita selalu mau dipolitisasi oleh para penjual ayat ataukah kita bisa memisahkan mana ayat dan mana penjualnya..

Maka tidak heranlah jika kita berjumpa dengan Reza2 yang lain, Marwah2 yang lain, yang secara ukuran sosial dia rasional tapi dalam pengetahuan agama mereka masuk di kelas emosional.
Secangkir kopi kuhidangkan pagi ini, sambil menatap wajah negeriku sendiri, orang2 dalam agamaku sendiri, berasa sedih.

Perjuangan mencerdaskan saudara2ku seiman ini, jalannya masih sangat panjang dan berbatu...

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Indonesia

Air Hidup

Advertise Here

Designed By VungTauZ.Com