Mahasiswa kedokteran umum selalu berbeda dari para mahasiswa lain, termasuk geologi - kuliah saya dulu. Mereka mesti membaca banyak sekali bahan kuliah, berbagai praktik laboratorium dan keahlian medis.
Bahan kuliah yang begitu banyak dan berbagai praktik laboratorium dan keahlian medis mesti dikebut dalam waktu 3,5 tahun. Lalu selama dua tahun berikutnya mereka akan praktik di RS sebagai ko-as, calon dokter yang sedang belajar di RS di bawah bimbingan para dokter senior. Setelah itu mereka akan mengikuti ujian kompetensi dokter Indonesia (UKDI). Setelah UKDI, lalu mereka diwisuda dan diambil sumpahnya sebagai dokter. Dan setahun berikutnya mereka akan praktik wajib kerja sarjana sebagai dokter umum di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Di setahun terakhir itulah kompetensi dan ketrampilan mereka sebagai dokter akan teruji.
Still Learn |
Para sarjana lain tentu bisa salah, dan diabaikan, tidak ada tuntutan hukum, termasuk kepada seorang geolog seperti saya. Namun dokter yang salah memberikan diagnosis, lalu salah memberikan resep, maka akan fatal bagi pasiennya, apa yang kemudian akan terjadi?
Saya salah menafsirkan data seismik, lalu perusahaan saya mengebor struktur yang salah saya tafsirkan itu, dengan ongkos misalnya 70 juta USD, dan kering tak menemukan minyak, gas, hanya batu -kepada saya tak akan ada tuntutan pertanggungjawaban. Apalagi saya bisa berkilah dengan 1001 cara. Bagaimana halnya dengan seorang dokter, yang pasiennya mati setelah diobatinya?
Namun para dokter juga mendapatkan penghargaan, penghormatan yang lebih daripada profesi lain pada umumnya. Keberadaan mereka di masyarakat akan lebih dihargai, daripada keberadaan sarjana lainnya. Itu namanya kekuatan para dokter, yang harus diakui. Tetapi seperti yang pernah saya tulis, juga ditulis di atas, semakin kuat seseorang semakin besar kewajiban dan tanggung jawabnya.
--------------------------------------------
Karena itu semua, anak-anak saya meskipun tengah berlibur di ranselnya masing-masing membawa diktat kuliah dan buku teks kedokteran. Dan saya melihat mereka membuka itu, mempelajarinya, tak masalah di sela-sela sambil bermain game dari tablet atau nonton TV program musik dan kartun kesenangannya. Dan mereka tidur pun bersama diktat kuliah dan tabletnya - sebagian materi kuliah disimpan dan diakses melalui tablet.
Tidak ada waktu jeda untuk total tidak belajar buat para mahasiswa kedokteran. Profesi dan tuntutan atas mereka berat dan besar. Selagi mahasiswa mereka harus belajar dengan rajin dan tekun -lebih rajin, lebih tekun daripada mahasiswa pada umumnya.
Semoga kalian, anak-anakku, bertahan dan maju melalui hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun yang berat dalam menyelesaikan pendidikan yang kalian telah pilih sendiri. Orang tuamu selalu mendukungmu dengan penuh, selalu mendoakanmu setiap hari. Semoga kalian kelak menjadi para pekerja Tuhan yang baik, yang cerdas dan punya hati, untuk menyelamatkan nyawa manusia yang dikehendaki-Nya masih hidup.
Berjuanglah, anak-anakku.***
Penulis: Awang Satyana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar