Menjelang Pilkada DKI logika orangtua seperti itu juga terasa. Rakyat
dianggap anak kecil yang gampang ditakut-takutin. Lalu diperkenalkanlah
berbagai hantu.
Ahok didukung 9 Naga, kata seorang teman. Katanya 9 Naga itu semacam kelompok pengusaha Tionghoa, konglomerat hitam bergaya seperti mafia yang mencengkram kehdiupan berbangsa. Mungkin cerita ini terinpirasi film The Godfather. Atau menganggap Indonesia seperti Mexico.
Saya jadi ikut-ikutan menghitung naga di Indonesia. Yang paling rasional cuma Bakmie Naga, pemiliknya adalah keturunan Tionghoa. Tapi masa sih, semangkok bakmie bisa merusak bangsa ini? Lantas gimana dengan Boru Sinaga? Itu mah, orang Batak!
Ada lagi hantu lain. Ahok itu Tionghoa, dia akan menyingkirkan pribumi dari Jakarta. Hantu ini dimunculkan karena Pemda menaikan NJOP, hingga PBB-nya naik. Padahal untuk rumah seharga Rp 1milyar ke bawah, justru PBB-nya digratiskan. Nah, orang-orang kayalah, termasuk warga Tionghoa, yang akan terkena tambahan beban pajak.
Lalu bagaimana Ahok menyingkirkan pribumi yang miskin dari Jakarta, kalau PBB-nya justru gratis?
Kisah hantu lain adalah, Ahok kristen. Jika muslim dipimpin orang kristen, tunggu saja kehancurannya. Menurutnya Tuhan yang murka akan menurunkan bencana? Lho, bukankah selama Ahok menjabat, banjir yang merupakan bencana rutin di Jakarta kini jauh berkurang? Lagian, Tuhan kok, ikut direpotin sampai ngurusin Pilkada.
Hantu-hantu ini diciptakan untuk menaktu-nakuti rakyat. Karena mereka beranggapan kecerdasan rakyat setara balita. Mudah diintimidasi dengan 9 Naga, dominasi etnis, atau politisasi agama. Kalau rakyat sudah takut, merekalah yang akan memetik keuntungan.
Mereka yang percaya kisah hantu antah berantah, termasuk jenis mahluk yang proses evolusinya belum selesai. Perkembangan lingkar otaknya belum maksimal. Mereka mudah diintimidasi dengan cerita rekaan.
Dan repotnya, ini yang paling meyebalkan, mereka ikut-ikutan mengintimidasi orang lain dengan cerita yang sama...
Penulis: Eko Kntadhi
Ahok didukung 9 Naga, kata seorang teman. Katanya 9 Naga itu semacam kelompok pengusaha Tionghoa, konglomerat hitam bergaya seperti mafia yang mencengkram kehdiupan berbangsa. Mungkin cerita ini terinpirasi film The Godfather. Atau menganggap Indonesia seperti Mexico.
Ahok - Calon Gubernur DKI Jakarta 2017-2021 |
Saya jadi ikut-ikutan menghitung naga di Indonesia. Yang paling rasional cuma Bakmie Naga, pemiliknya adalah keturunan Tionghoa. Tapi masa sih, semangkok bakmie bisa merusak bangsa ini? Lantas gimana dengan Boru Sinaga? Itu mah, orang Batak!
Ada lagi hantu lain. Ahok itu Tionghoa, dia akan menyingkirkan pribumi dari Jakarta. Hantu ini dimunculkan karena Pemda menaikan NJOP, hingga PBB-nya naik. Padahal untuk rumah seharga Rp 1milyar ke bawah, justru PBB-nya digratiskan. Nah, orang-orang kayalah, termasuk warga Tionghoa, yang akan terkena tambahan beban pajak.
Lalu bagaimana Ahok menyingkirkan pribumi yang miskin dari Jakarta, kalau PBB-nya justru gratis?
Kisah hantu lain adalah, Ahok kristen. Jika muslim dipimpin orang kristen, tunggu saja kehancurannya. Menurutnya Tuhan yang murka akan menurunkan bencana? Lho, bukankah selama Ahok menjabat, banjir yang merupakan bencana rutin di Jakarta kini jauh berkurang? Lagian, Tuhan kok, ikut direpotin sampai ngurusin Pilkada.
Hantu-hantu ini diciptakan untuk menaktu-nakuti rakyat. Karena mereka beranggapan kecerdasan rakyat setara balita. Mudah diintimidasi dengan 9 Naga, dominasi etnis, atau politisasi agama. Kalau rakyat sudah takut, merekalah yang akan memetik keuntungan.
Mereka yang percaya kisah hantu antah berantah, termasuk jenis mahluk yang proses evolusinya belum selesai. Perkembangan lingkar otaknya belum maksimal. Mereka mudah diintimidasi dengan cerita rekaan.
Dan repotnya, ini yang paling meyebalkan, mereka ikut-ikutan mengintimidasi orang lain dengan cerita yang sama...
Penulis: Eko Kntadhi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar