Setiap orang memiliki kepercayaan yang berlainan. Ada yang percaya setengah mati dengan agama. Bagi kelompok ini, agama bukan hanya sekedar "tuntunan hidup" di dunia tapi juga "pegangan hidup" di akhirat. Mereka percaya, agama bisa mengantarkan pemeluknya selamat dunia-akhirat: hidup bahagia di dunia, mati bahagia masuk surga, atau minimal terhindar dari siksa dan malapetaka.
Tapi uniknya, doktrin-doktrin keagamaan atau "rumusan teologi-keagamaan" ini pada umumnya bersifat "eksklusif" dan "egois". Mereka hanya "menyelamatkan" pengikut agamanya saja, tidak mempedulikan umat lain. Pengikut agama-agama lain dinilai nyasar ke jurang kesesatan dan bakalan tidak selamat dan bahkan "nyemplung" ke neraka di alam akhirat nanti. Sadis dan ngeri ya?
Ada
pula kelompok yang tidak percaya dengan agama. Mereka menolak
tetek-bengek doktrin, dogma, dan ajaran keagamaan yang mereka anggap
sebagai "rekayasa" kaum agamawan. Kelompok ini juga sangat besar
jumlahnya di dunia ini dan bermacam-macam jenisnya: ateis, agnostik,
sekularis, humanis, "scientologist," dlsb. Kaum "spiritualis" tertentu
bisa juga masuk dalam gerbong ini. Kelompok ini ada yang menolak
tesis-tesis eksklusif-formal agama, dan lebih mempercayai pada
"spiritualitas" yang dianggapnya lebih netral, cross-cultural, dan
inklusif.
Ada lagi yang fanatik percaya terhadap ideologi tertentu (Islamisme, kapitalisme, sosialisme, komunisme, dlsb), partai politik tertentu (Republik, Demokrat, "Pilkaes," dlsb), ormas tertentu (FPI, HTI, JTI, HMI, PMII, dlsb), dan seterusnya. Pengikut ideologi, parpol, atau ormas-ormas ini juga tidak kalah fanatiknya dengan "kaum agamis" dan "non-agamis" di atas. Apalagi ideologi, parpol, dan ormas ini sering kali berkaitan erat dengan agama atau "paham sekularisme" tertentu.
Ada pula lo orang yang "jatuh hati" dan percaya setengah mati dengan keampuhan atau kesaktian kiai, dukun, tuyul, danyang, dokter, tabib, konsultan, kepala suku, dan seterusnya, termasuk antropolog he he.
Nah, bagaimana dengan Papa John's Pizza? Selidik punya selidik ternyata Papa John mempercayai terhadap "mahluk" yang bernama "Better". Gak percaya? Simak saja dengan teliti foto yang saya jepret ini: "We believe in better". Better apa? "Better ingredient, better pizza..." dan lain-lain. Foto ini saya jepret di sebuah "kedai" Papa John's Pizza di kompleks mall tidak jauh dari tempat saya tinggal di Saudi. Perusahan restauran Amerika yang didirikan oleh John Schnatter pada 1984, dan bermarkas di Louisville, Kentucky ini termasuk yang laris-manis di Saudi, bersaing ketat dengan restoran-restoran cepat saji ala Amerika lain seperti McDonald, KFC, Subway, dlsb. Bagaimana dengan Anda?
Jabal Dhahran, Arabia
Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Ada lagi yang fanatik percaya terhadap ideologi tertentu (Islamisme, kapitalisme, sosialisme, komunisme, dlsb), partai politik tertentu (Republik, Demokrat, "Pilkaes," dlsb), ormas tertentu (FPI, HTI, JTI, HMI, PMII, dlsb), dan seterusnya. Pengikut ideologi, parpol, atau ormas-ormas ini juga tidak kalah fanatiknya dengan "kaum agamis" dan "non-agamis" di atas. Apalagi ideologi, parpol, dan ormas ini sering kali berkaitan erat dengan agama atau "paham sekularisme" tertentu.
Ada pula lo orang yang "jatuh hati" dan percaya setengah mati dengan keampuhan atau kesaktian kiai, dukun, tuyul, danyang, dokter, tabib, konsultan, kepala suku, dan seterusnya, termasuk antropolog he he.
Nah, bagaimana dengan Papa John's Pizza? Selidik punya selidik ternyata Papa John mempercayai terhadap "mahluk" yang bernama "Better". Gak percaya? Simak saja dengan teliti foto yang saya jepret ini: "We believe in better". Better apa? "Better ingredient, better pizza..." dan lain-lain. Foto ini saya jepret di sebuah "kedai" Papa John's Pizza di kompleks mall tidak jauh dari tempat saya tinggal di Saudi. Perusahan restauran Amerika yang didirikan oleh John Schnatter pada 1984, dan bermarkas di Louisville, Kentucky ini termasuk yang laris-manis di Saudi, bersaing ketat dengan restoran-restoran cepat saji ala Amerika lain seperti McDonald, KFC, Subway, dlsb. Bagaimana dengan Anda?
Jabal Dhahran, Arabia
Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Tidak ada komentar:
Posting Komentar