Pemuda di tepi kiri, berbaju hitam yang sedang memeriksa tekanan
darah seorang wanita itu adalah anak kedua saya: Mario Joel Satyana. Itu
sebuah bakti sosial para mahasiswa kedokteran Universitas Kristen
Maranatha -Bandung di acara car free day Jl Ir. H. Juanda, Bandung pada
hari Minggu pagi kemarin. Sekaligus mereka berkampanye untuk mengurangi
konsumsi gula demi mengurangi kecenderungan peningkatan penyakit
diabetes.
Mereka mengecek tekanan darah, memeriksa kadar gula
darah sesaat, dan memberikan konsultasi kesehatan bagi masyarakat yang
berminat. Tentu semuanya gratis.
---------
Bila ke
Bandung, seperti kemarin saya tentu sekalian menengok kedua anak saya.
Mereka tinggal di Bandung, kota kelahiran ayahnya karena memilih kuliah
di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha (UKM). Tiga puluh
tiga tahun yang lalu, 1983 ayahnya tercatat juga sebagai mahasiswa
kedokteran di tempat yang sama, sekaligus sebagai mahasiswa geologi di
Universitas Padjadjaran. Apa daya karena kurang biaya, akhirnya
cita-cita menjadi dokter yang telah disiapkan sangat serius dari SD-SMA
sebelumnya, termasuk membeli textbooks bekas kedokteran dari tukang
loak, mesti dikubur. Jadilah saya sebagai seorang geolog, bukan dokter.
Tuhan tentu tahu cita-cita saya itu. Anak saya pertama, Hans, tiga
puluh tahun kemudian setelah ayahnya drop out dari kuliah kedokteran
memutuskan memilih kedokteran kuliah di tempat ayahnya dulu drop out,
lalu tiga tahun kemudian adiknya mengikuti jejak langkah kakaknya kuliah
di tempat yang sama.
Tuhan memanggil ayahnya untuk menjadi
seorang geolog bagi Indonesia. Dan saya berjanji sejak drop out dari
kedokteran itu untuk menjadi seorang geolog yang baik, bagi Indonesia.
Maka jadilah saya seorang geolog yang tetap geolog "garis keras" ,
meskipun telah 33 tahun berlalu sejak saya kuliah geologi.
Sebagai gantinya, Tuhan memberikan saya sekaligus dua calon dokter
-kakak beradik...Amin...yang memilih dan memutuskan sendiri jalan hidup
mereka. Orang tuanya memberikan kebebasan dan menghormati serta
mendukung yang mereka pilih dan putuskan.
"Jadilah kalian dokter
yang baik yang berhati kemanusiaan yang melayani masyarakat Indonesia,
kalian adalah rekan sekerja Tuhan, perpanjangan Tangan Tuhan untuk
menyelamatkan nyawa manusia yang dikehendakiNya masih hidup. Setiap
pilihan dan keputusan selalu ada risikonya, jangan kuatir orang tuamu
pasti selalu mendukungmu. Tugas kalian hanyalah berkuliah dengan sebaik
kalian bisa. Biaya yang dulu menghentikan ayahmu dari kuliah kedokteran
tidak akan jadi masalahmu. Tuhan beserta kita. Yakinlah. Amin", begitu
ucap saya kepada anak-anak saya saat mereka diterima di Fakultas
Kedokteran Maranatha.
Lalu waktu pun berjalan. Hans, yang sulung,
kini telah menyelesaikan semua tugas kuliahnya dan tengah menunggu
waktu untuk memulai ko-ass, praktik calon dokter di RS sambil menjadi
asisten dosen di kampusnya.
Mario, adiknya, baru memulai
kuliahnya setahun berjalan. Dia aktif di senat mahasiswa fakultasnya,
termasuk ikut dalam bakti-bakti sosial. Walaupun anak kedua saya ini
belum genap setahun kuliah di kedokteran, baguslah dia sudah melibatkan
dirinya dalam pelayanan nyata kepada masyarakat. Saya menyarankannya
agar dia sering mengikuti bakti-bakti sosial supaya dia kelak saat
menjadi dokter lebih punya hati untuk melayani sesamanya.
Dan
anak-anakku, kelak jadilah kalian para dokter yang baik yang melayani
masyarakat Indonesia seperti juga ayahmu berusaha keras menjadi geolog
yang baik untuk Indonesia. Untuk semua pekerjaan baik yang kita lakukan,
yakinlah Tuhan selalu memberikan kita kekuatan untuk menjalaninya.
Amin.***
Penulis: Awang Satyana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar