Breaking News

Islam

Politik

Senin, 30 Mei 2016

PALESTINA, 30 M: JESUS IN AGONY (Bag 2)

Bersambung dari PALESTINA, 30 M: JESUS IN AGONY (Bag 1)

Singkat cerita. Pontius Pilatus, Wali Negeri -mirip seorang gubernur, Yudea tempat Palestina berada, yang menduduki posisi itu sejak tahun 26 M, panglima tentara dan kepala pengadilan, juga berkuasa mengangkat Imam Besar di kalangan Yahudi, mengadili Yesus yang tak pernah menunduk takut kepadanya seperti kebanyakan orang terhukum lainnya.
Pontius Pilatus segan kepada Yesus dan dia tak menemukan kesalahan Yesus, ia berupaya untuk menolong membebaskan Yesus, tetapi selain Yesus sendiri tidak sedikit pun menunjukkan permintaan pertolongan apalagi pembebasan, Pilatus tidak berdaya menghadapi tuntutan orang-orang Yahudi yang berteriak agar Yesus dihukum mati. Bila tuntutan itu tidak diikuti, orang-orang Yahudi dapat mengadukannya kepada Kaisar Romawi saat itu, Tiberius. Apalagi Imam Besar Yahudi tahu bahwa Pilatus pernah mengkorupsi uang dari Bait Allah. Akhirnya Pilatus pun mencuci tangannya tanda menyerahkan keputusan kepada para orang Farisi dan orang-orang Yahudi.


Orang-orang Yahudi dan Ahli Taurat (Farisi) meminta Yesus dihukum salib. Hukuman salib bukan tradisi Yahudi, tak ditemukan di Perjanjian Lama. Hukuman mati ala Yahudi adalah dirajam -dilempari batu. Hukuman salib berasal dari bangsa Fenisia dan Kartago lalu diterapkan secara luas oleh bangsa Roma. Hukuman salib adalah hukuman penghinaan yang hanya ditujukan untuk budak-budak, penduduk asli jajahan, dan penjahat-penjahat kelas rendah. Warga Roma sendiri jarang disalibkan.
Namun sebelum disalibkan, Yesus disiksa dulu seusai penghakiman oleh Pilatus dengan cara dicambuki. Dan ini adalah sebuah pembantaian, menggunakan flagellum -cemeti khas Romawi berupa tali-tali kulit berpilin berujung duri dan kait besi tajam yang bisa menancap ke sekujur badan pesakitan, mencabut sebagian dagingnya saat cambuk ditarik, dicambuki lagi, menancap lagi, mencabut dagingnya lagi, dst...dst... Bayangkan, darah Yesus terciprat kemana-mana, serpihan dagingnya terlempar ke mana-mana. Drama penyiksaan luar biasa itu diiringi oleh tawa terbahak-bahak tentara-tentara Roma yang terkenal kejam, olokan-olokan orang-orang Yahudi dan para ahli Taurat yang munafik, dan isak tangis para pengikut Yesus. Jesus again in heavy agony...di halaman gedung pengadilan tak jauh dari Bait Allah.
Pencambukan yang sangat sadis itu sudah jelas membuat Yesus menjadi sangat lemah dan hampir mati. Belum lagi mahkota duri yang dianyam tentara Roma dari tanaman semak berduri tajam di tanah Palestina (mungkin spesies Phoenix dactylifera) yang disesakkan dengan cara paksa ke kepala Yesus telah membuat kepalaNya tertusuk permanen dan berdarah-darah selama penyiksaan itu.

--------

Eksekusi hukuman mati berupa penyaliban pun dilakukan di bukit batu di pinggir sebelah barat kota Yerusalem bernama Golgota.
Setelah penyiksaan dengan pencambukkan, Yesus diharuskan memikul sendiri balok kayu salibnya (patibulum, bagian palang atas salib) ke bukit Golgota. Inilah jalan penderitaan yang dilaluinya -via dolorosa, sepanjang jalan itu Ia menerima olok-olok dan diludahi. Sebuah tulisan olokan dibawa di depan, yang nanti dipasang di salibNya: INRI - Iesous Nazaremus Rex Ioudea - Yesus dari Nazareth Raja Yahudi. Berkali-kali Ia jatuh dan terjerembab dengan muka di atas tanah sebab kedua tanganNya terikat di patibulum. Kedua lutut dan dadanya yang memar menekan tanah keras.
Ia terlalu lemah. Ia tidak tidur semalaman setelah perjamuan terakhir pada Kamis malam dan pergumulan jiwa di Getsemani, lalu ia sepagian dan siang hari dihakimi dan disiksa dengan flagellum. Yesus mengalami dehidrasi tingkat parah, keringat bercampur darah yang mengucur di Getsemani, tidak tidur semalaman, darah yang terciprat oleh cambukan fragellum membuat Ia kurang cairan, dan Ia tidak minum sejak perjamuan terakhir pada Kamis malam sebab anggur asam bercampur cuka yang diberikan tentara Roma pun ditolakNya.
Wajar Yesus menjadi sangat lemah karena dehidrasi ditambah luka-luka hebat yang ditahanNya. Maka Ia terjungkal beberapa kali saat memikul patibulum. Seorang pengikut Yesus yang ada di dekat Yesus, Simon dari Kirene, akhirnya dipaksa tentara Roma membawakan patibulum Yesus sebab Yesus sendiri sudah tidak mampu lagi memikulnya.

---------

Tiba di Golgota, Yesus segera dibaringkan di atas tanah, kedua lengannya dilintangkan sejajar patibulum. Dan...dua paku besi dipakukan pada kedua lengan Yesus di dekat pergelanganNya. Paku yang dipakukan di bagian tengah pergelangan ini akan mengenai syaraf "median" (median nerve) dan ini menyebabkan rasa nyeri yang luar biasa sampai para dokter mengatakan sejumlah bius morfin pun tak akan mampu menghentikan rasa nyeri itu. Lalu Yesus dan patibulum tempat memaku kedua lenganNya dinaikkan untuk disatukan ke tiang kayu tegak bernama "simplex". Bobot badan Yesus ditahan dengan cara didudukkan pada palang kayu pendek bernama "sedecula" yang dipakukan melintang pada simplex. Dan ujung kedua kaki Yesus pada kedua tumitnya kemudian dipaku juga. Ini mengenai urat syaraf (nerve) "plantar" pada tumit yang akan menimbulkan nyeri luar biasa. Tumit kanan diletakkan di atas tumit kiri.
Posisi demikian di atas kayu salib akan membuat kejang otot selama penyaliban dalam waktu lama. Posisi ini pun sedemikian rupa dirancang untuk membuat si tersalib susah bernafas. Ini akan menyebabkan oxygen starvation (hypoxia). Para ahli medis modern menduga Yesus akhirnya mati di atas kayu salib setelah tiga jam digantung di salib dalam serangakaian "agony" yang dideritanya sejak di Getsemani, yaitu rangkaian kesakitan berupa: "kejang, kehausan, kelaparan, luka-luka yang terbuka, kekurangan cairan akibat darah dan keringat yang banyak keluar, dan akhirnya sebuah cardiogenic shock.
Cardiogenic shock - shock fatal yang berhubungan dengan gagalnya jantung memompakan darah ke organ-organ badan terjadi karena kegagalan yang berhubungan dengan oxygen starvation (hypoxia) dan nutrient starvation (kurang gula darah) pada akhirnya menghabisi hidup Yesus pada sekitar jam 3 Jumat sore itu, sesaat setelah Yesus berseru berteriak menyerahkan nyawaNya kepada BapaNya.
Yesus cepat matinya di kayu salib sebab siksaan luar biasa yang telah diterimaNya sebelumnya, tidak seperti kedua penjahat yang disalibkan di sebelah-sebelahnya. Kedua penjahat ini belum mati ketika hendak diturunkan dari salibnya sehingga harus dilakukan "crurifragium" oleh tentara Roma yaitu pematahan kaki agar kematian cepat datang. Yesus sudah mati saat hendak diturunkan dari salib menjelang petang. Lambungnya ditusuk tombak tentara Roma tidak bereaksi selain darah dan air yang menyembur keluar.

---------

Drama Jesus in agony di Bukit Golgota ditandai alam oleh sebuah gerhana Matahari yang panjang yang berlangsung dari pukul 12 sampai pukul 3 sore (Matius 27: 45). Lalu kematian Yesus pada pukul 3 sore serentak ditandai oleh gempa yang melanda Yerusalem (Matius 27:51) yang secara geologis dibangkitkan oleh reaktivasi cabang sesar (splay fault) dari Sesar Laut Mati yang bergerak sinistral membelah bukit-bukit batu dan menyobek tirai besar di Bait Allah - membuat orang-orang Yahudi dan tentara-tentara Romawi yang menyalibkan Yesus gempar ketakutan seraya mengaku, "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." (Matius 27:54b).
Demikian, "Jesus in Agony" yang saya rangkai ceritanya dari kesaksian-kesaksian Alkitab serta penelitian-penelitian teologia, arkeologi, dan ilmu kedokteran. Kitab-Kitab Suci menceritakan pergumulan dan penyaliban Yesus secara halus, kenyataan yang sebenarnya adalah bahwa ini mungkin siksaan paling biadab dalam sejarah atas seseorang yang tidak bersalah.

----------

Rekan-rekan seiman saya, Kristiani, tahu mengapa Yesus dengan sengaja memilih melakukan itu. Jalan salib adalah pilihanNya untuk memerdekakan orang-orang yang percaya kepadaNya. Selamat memperingati, mengingat, merenungi, dan memaknai Jumat Agung.***

Penulis: Awang Satyana, Jumat Agung 25 Maret 2016
Read more ...

Sabtu, 28 Mei 2016

Binatang Homo

Fenomena homoseksual atau "perilaku dan orientasi seksual sesama jenis" bukan hanya terjadi di komunitas manusia saja ("human primates", menurut antropolog) tetapi juga di komunitas binatang. Seorang biolog Kanada Bruce Bagemihl, penulis buku keren dan populer Biological Exuberance: Animal Homosexuality and Natural Diversity, "pluralitas seks" di kalangan binatang jauh lebih banyak dan lebih kompleks ketimbang di kalangan manusia.

Pada tahun 1999, para biolog dan ilmuwan mendokumentasikan sekitar 500 spesies binatang adalah homo, kemudian pada tahun 2006, jumlah binatang homo ini meningkat menjadi 1.500 spesies. Daftar binatang homo ini hampir merata di semua jenis: mamalia, burung, ikan, reptil, ampibi, serangga, dlsb. Bison, anjing, serigala, pinguin, bebek, gajah, jerapah, kucing, rakun, koala, kuda, ayam, emu, salmon, baboon, domba, dlsb ada "kelompok homo"-nya. 


Riset tentang kaum binatang homo ini baru berkembang sejak awal 1990-an. Sebelumnya belum populer karena sikap sosial masyarakat Barat, khususnya kaum agamis-moralis, yang sangat keras dan anti-pati terhadap isu-isu homoseksual atau LGBT yang mereka anggap sebagai tabu, haram, "tidak Kristeniani" dsb.
Penemuan dan fakta-fakta tentang binatang homo yang disajikan oleh para biolog dan ilmuwan itu, terutama karya-karya monumental Bruce Bagemihl dan Joan Roughgarden, kemudian dijadikan sebagai basis penyelenggaraan eksibisi berjudul "Against Nature?" di sejumlah negara Eropa yang menampilkan aneka gambar, binatang, dan model spesies yang mengalami homoseksual. Eksibisi yang diprakarsai oleh Natural History Museum, University of Oslo, ini bertujuan untuk meruntuhkan persepsi, anggapan, keyakinan, dan "mitos" tentang orientasi dan perilaku homoseksual yang dipercayai oleh kelompok agama dan "kaum moralis" sebagai "pelanggaran terhadap alam" dan "kodrat Tuhan".

Argumen dasarnya kira-kira: jika memang perilaku dan orientasi homoseksual itu "melawan kodrat" dan "kehendak alam", kenapa fenomena ini terjadi pada komunitas binatang? Bukankah fenomena "binatang homo" ini alami, bukan rekasayasa? Terlepas dari pro-kontra tentang homoseksual di kalangan umat manusia, yang jelas fenomena "binatang homo" ini tampak lebih damai dan toleran. Para binatang atau "jamaah hewan" tidak ribut dan saling mengharamkan dan mengafir-sesatkan. "Binatang hetero" tidak menuduh teman-temannya, "binatang homo", sebagai penghuni neraka atau makhluk yang dilaknat Tuhan hanya gara-gara memiliki perilaku dan orientasi seks terhadap sesama jenis. Sepertinya mereka saling memaklumi kalau kaum "binatang hetero" maupun "binatang homo" adalah sama-sama alamiah dan "kodrat ilahi". Selamat berakhir pekan.

Jabal Dhahran, Arab Saudi

Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Read more ...

Kamis, 26 Mei 2016

PALESTINA, 30 M: JESUS IN AGONY (Bag 1)

Tahun 30 Masehi di Tanah Palestina, sekitar 2000 tahun yang lalu.
Suatu Kamis malam di tahun itu, seusai perjamuan malam terakhir bersama kedua belas muridnya di sebuah rumah di Yerusalem, Yesus - seorang pemuda Yahudi berumur 33 tahun saat itu, yang dalam tiga tahun terakhir berkeliling di banyak area di Palestina, dari sekitar Laut Mati di selatan sampai Danau Galilea di utara sepanjang hampir 150 km, mengajak para muridnya pergi ke Bukit Zaitun di sebelah timur Yerusalem.



Selama tiga tahun itu Yesus berkotbah di banyak tempat, entah di bukit, di tepi sungai, di tepi pantai Danau Galilea, di rumah-rumah ibadat orang Yahudi (sinagog) atau di Bait Allah, gedung besar pusat agama Yahudi di Yerusalem. Kotbahnya tidak disukai para ahli agama garis keras orang-orang Yahudi yang dikenal sebagai para ahli Taurat Musa, yaitu orang-orang Farisi. Perkataan-perkataannya kadang-kadang lembut, tetapi sering juga tajam menusuk, tanpa rasa takut, termasuk membuat malu dan menelanjangi kemunafikan para ahli agama Farisi itu. Mereka mengintimidasi Yesus meskipun tidak terang-terangan sebab merasa takut kepada Yesus. Beberapa kali mereka meminta bantuan Pemerintah Romawi yang saat itu sedang menjajah Palestina. Tetapi pasukan Romawi pun jengah, segan, dan takut kepada Yesus.
Yesus ditakuti sebab pengikutnya banyak, tetapi yang lebih ditakuti mereka sebab Yesus ini mempunyai kuasa yang luar biasa. Ia seringkali menyembuhkan penyakit secara seketika, yang buta dibuat melihat, yang lumpuh dibuat berjalan, yang mengalami perdarahan selama 30 tahun seketika dihentikan, dan perbuatan-perbuatan yang luar biasa seperti mengusir puluhan setan dan roh jahat, meneduhkan angin ribut dan badai gelombang, berjalan di atas air, dan beberapa kali membangkitkan orang mati. Roh jahat pun takut saat melihat Yesus berjalan mendekat. Menyaksikan ini semua bagaimana orang-orang Farisi dan pasukan Romawi tidak gentar melihatnya. Dipikirnya kalau saja orang sakit dengan mudah disembuhkanNya, bukankah Ia akan dengan mudah juga bisa memanggil pasukan malaikat? Namun orang-orang Farisi terus mencari jalan bagaimana bisa membunuh Yesus.

--------

Kamis malam itu, seorang muridnya bernama Yudas menghilang seusai perjamuan malam, ia hendak menghubungi para orang Farisi untuk bersekongkol menangkap Yesus. Orang Farisi akhirnya punya cara untuk menangkap Yesus dan kemudian membunuhNya yaitu dengan cara menggunakan muridNya sendiri yang berkhianat.
Malam itu Yesus sudah tahu dari awal bahwa hidupNya akan berakhir esok harinya, sudah tahu siapa murid yang berkhianat, sudah tahu bagaimana Ia akan mati. Tetapi justru untuk tujuan itulah Ia ada di dunia ini.
Lalu Ia membawa tiga muridnya bernama Simon Petrus, Yakobus dan Yohanes masuk ke dalam Taman Getsemani di kaki Bukit Zaitun di sebelah timur Yerusalem. Saat berada di sekitar Yerusalem, Yesus dan para muridNya sering berada di taman ini sekadar untuk beristirahat.
Bayangan kematian pada esok harinya membuat Yesus bergumul sangat berat malam itu. Hampir semalaman sampai Jumat subuh Ia berdoa kepada Allah yang dipanggilNya Bapa. Ia juga berkali-kali kembali kepada tiga muridNya yang ditemuinya selalu dalam keadaan tertidur lelap, tak bisa berjaga barang sebentar pun...
Setan-setan menggodaNya agar Ia jangan menyerahkan diri kepada kematian. Tetapi BapaNya di surga mengirimkan malaikat untuk menguatkanNya. Namun Yesus sendiri bergumul sangat berat, berat sekali. KeringatNya pun menetes-netes, keringat bercampur darah (!). Ia mengalami apa yang dalam ilmu kedokteran modern disebut "hematohidrosis".
Lukas, seorang tabib atau dokter pada masa itu, seorang pengikut Yesus mencatat keringat seperti darah itu dalam kitabnya Lukas 22:44. Mengapa Yesus mengalami apa yang dalam ilmu kedokteran modern disebut hematohidrosis?
Ilmu kedokteran modern menunjukkan bahwa kasus medis seperti ini sangat jarang terjadi tetapi bisa terjadi dan pernah terjadi. Di sekitar kelenjar-kelenjar keringat di bawah kulit (subkutanea) ada banyak urat-urat darah dalam bentuk seperti jaringan. Dalam kondisi kejiwaan pergumulan yang sangat berat, tekanan atas urat-urat darah ini meningkat membuat urat-urat darah mengerut, tetapi kemudian saat melewati puncak stress, urat-urat darah justru akan melebar lalu pecah. Darah masuk ke dalam kelenjar-kelenjar keringat. Ketika keringat keluar, darah pun terdorong ke permukaan kulit, dan menetes bercampur keringat. Yesus di Taman Getsemani mengalami "agony" - pergumulan kejiwaan dan pikiran yang sangat berat, kesakitan, penderitaan yang mendalam.

---------

Suatu Jumat subuh di tahun 30 M. Yudas, muridNya yang berkhianat menjual Yesus -gurunya dengan 30 keping uang perak datang bersama orang-orang Farisi yang dikawal pasukan berpedang. Pemandangan subuh itu yang masih remang-remang di taman yang penuh pepohonan itu membuat susah mengenal Yesus. "Aku akan menciumNya, yang kucium itulah Yesus, tangkaplah Dia", seru Yudas kepada Imam Kepala.
Yesus pun ditangkap tanpa melakukan perlawanan. Seorang murid Yesus menyambar pedang lawan dan menebas telinga pengawal Imam Kepala sampai putus. Yesus menegurnya, dan mengatakan bahwa yang menggunakan pedang akan binasa oleh pedang. Saat dalam kondisi ditangkap pun Yesus masih sempat memungut putusan telinga lawanNya itu, menempelkannya kembali dan menyembuhkannya seketika - membuat heboh orang-orang Farisi yang menangkapNya.
Jumat pagi-Jumat tengah hari setelah itu adalah kisah tentang pengadilan Yesus dan via dolorosa - jalan penderitaan yang dialami menjelang kematianNya.

Bersambung ke  PALESTINA, 30 M: JESUS IN AGONY (Bag 2)

Penulis: Awang Satyana
Read more ...

Selasa, 24 Mei 2016

LAWAN TERUS FAHRI!

Pertemuan saya dengan Fahri Hamzah, entah berapa tahun lalu. Waktu itu musim kampanye Pilpres. Saya berpapasan saat sama-sama mengisi bensin di sebuab SPBU.
Fahri sudah duduk di kursi dewan perwakilan. Saya, seperti dulu, masih jongkok. Setelah isi bensin, dia meminta saya menepi. Lalu kami ngobrol.

Saat itu dia ingin meyakinkan saya bahwa Jend Wiranto adalah pilihan terbaik sebagai pemimpin. "Kualitas kepemimpinannya sudah terbukti," ujar Fahri.
Saya, cuma manggut-manggut. Fahri mungkin tahu, saya termasuk orang yang agak skeptis dengan kepemimpinan militer. Lagipula percuma juga meyakinkan saya, wong saya bukan siapa-siapa. Saya cuma punya satu suara di Pilpres, itupun jarang digunakan.

Fahri Hamzah

Waktu itu, elit PKS memang terbelah. Faksi Fahri dan Anis Matta berusaha mendorong partai itu menjagokan Wiranto. Kubu yang lain lebih suka dengan Amien Rais yang dianggap representasi umat Islam.
Faksi Fahrii kalah. PKS menjagokan Amien Rais, lalu pada putaran kedua dukungan diarahkan ke SBY. Ini berbuah sukses. PKS masuk ke pusat kekuasaan.
Fahri adalah politisi yang ngotot. Selain karakter, belakangan kita tahu kengototan itu juga karena diperintahkan partai. Sebagai contoh lihat serangan dia pada KPK ketika membela Lutfi Hasan Ishak. Begitu gencar. Ternyata dia diperintahkan partai untuk membela LHI habis-habisan. Betapaoun absurdnya logika yang dibangun. Sandiwara politik itu seperti merasuk ke dalam jiwanya.

Saat orang bicara KPK, orang akan ingat Fahri dan PKS yang hendak membubarkannya.
Juga saat Pilpres kemaren ketika PKS memilih bergabung dengan Prabowo. Fahri ditugaskan peran penting untuk menyerang lawan-lawan politiknya. Hasilnya, ada pengkristalan kebencian para pendukung Parabowo pada Jokowi.
Peran itu terus dimainkan setelah pelantikan Presiden. Serangan dan komentar miring pada pemerintahan Jokowi terus dibombardir. Plus Jonru dan Piyungan, PKS dikenal sebagai partai nyinyir dan bicara tanpa fakta.

Tiba-tiba ada angin perubahan di elit PKS. Dewan Syuro berganti juga kekuasaan DPP. Kombinasi Sohibul Imam dan Salim Segaf, ingin mengembalikan PKS ke titik awal. Sebagai partai yang santun dalam komunikasi politik.
Fahri yang sudah punya stempel nyablak dan duduk sebagai wakil ketua DPR, hendak ditarik untuk digantikan dengan orang baru. Fahri menolak. Mungkin dia kaget dengan arah angin yang berbelok tiba-tiba.
Lalu setelah proses panjang DPP PKS menjatuhkan hukuman terkeras sepanjang sejarah partai itu. Memecat Fahri dari keanggotaan. Bukan hanya dari posisi wakil ketua DPR, tetapi dari PKS.
Bahkan sang koruptor LHI dan Gatot Pujobroto tidak mendapat hukuman ini dari DPP. Begitu juga anggota DPR dari PKS yang kedapatan nonton bokep saat sidang paripurna.

Sekarang posisi Fahri sama seperti Ahok. Tidak punya partai.
Fahri melawan. Dia menggugat keputusan DPP PKS ke jalur hukum. Konflik terbuka kedua terjadi di PKS setelah kasus Jusuf Supendi.
Saya mendukung perlawanan Fahri. Sebab ketika orang duduk di kursi DPR sesungguhnya dia tidak cuma mewakiki partai. Dia juga mewakili suara pemilihnya. Jadi partai tidak bisa main gencet sembarangan.

Apalagi sampai pemecatan segala.
Ayo Fahri. Lawan DPP PKS. Kalau kalah Anda bisa bergabung ke Teman Ahok. Mereka semua tidak berpartai. Sama seperti Anda sekarang.

Penulis: Eko Kuntadhi
Read more ...

Minggu, 22 Mei 2016

Sistem Khilafah Itu Sekuler Bukan Relijius


Para pengusung dan pengecer sistem politik-pemerintahan khilafah seperti Huzbut Tahrir selalu mengklaim bahwa sistem dan konsep khilafah adalah religious, bukan sekuler seperti demokrasi, "made-in" Tuhan bukan produk manusia, berdasar Al-Qur'an yang suci bukan buku-buku yang profan. Ingat baik-baik: semua itu hanyalah klaim belaka tidak lebih dari "propaganda politik."

Tidak ada ideologi politik dan sistem pemerintahan di dunia ini yang "religious". Semuanya sekuler karena hasil dari pemikiran dan interpretasi manusia. Baik teokrasi, demokrasi, teo-demokrasi, komunisme, Pancasila, Negara Islam, khilafah, dlsb semuanya adalah produk kebudayaan manusia yang profan, bukan ciptaan Tuhan yang sakral. Tuhan jelas tidak mengurusi sistem politik-ekonomi-pemerintahan. Dia juga tidak menggubris aneka ideologi. Al-Qur'an dan kitab keagamaan bukan berbicara sebuah sistem yang baku melainkan hanya prinsip-prinsip fundamental-universal kemanusiaan yang sangat fleksibel atau tentang "etika berpolitik" dan bermasyarakat. 


Jika ada juklak dan juknis tentang "Negara Islam" atau "Khilafah" dalam Al-Qur'an, tentunya Nabi Muhammad dan para sahabat akan mempraktekkan ini. Kenyataannya tidak. Keempat sahabat pengganti Nabi Muhammad (Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali) menggunakan aneka-ragam sistem politik-pemerintahan dan mekanisme pemilihan pemimpin yang berlainan (ada yang via penunjukan, musyawarah, komite pemilihan, dll). Sistem politik-pemerintahan model khilafah sendiri kan baru lahir sekitar 661 M setelah melalui perang sipil antar-umat Islam yang sangat memilukan. Pendiri Daulah Umayyah, Muawiyah Bin Abu Sofyan adalah seorang "warlord" yang sangat kejam.

Jika argumen bahwa khilafah itu adalah sistem politik-pemerintahan islami karena "didukung" Al-Qur'an, maka ideologi politik-ekonomi dan sistem pemerintahan yang lain seperti demokrasi juga mendapat "restu" Al-Qur'an karena banyak ayat-ayat yang berbicara tentang pentingnya musyawarah dan kedaulatan rakyat. Al-Qur'an juga berbicara tentang larangan memonopoli peredaran kekayaan dan distribusi sumber-sumber ekonomi pada orang dan kelompok tertentu saja tetapi harus merata. Prinsip ini kan sebtulnya sangat "Marxis-Komunis".

Jadi para cheerleaders sistem Khilafah, hentikanlah klaim-klaim dan omong-kosong kalian. Apa yang selama ini kalian lakukan hanyalah bentuk "pembodohan publik" yang sangat tidak mendidik dan tidak mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara...

Penulis: Sumanto Al Qutuby
Read more ...

Jumat, 20 Mei 2016

RENUNGAN JUMAT


Setiap menghadiri upacara kematian, saya sering mendengar doa. "Semoga Allah menempatkan almarhum sesuai dengan amal ibadahnya."
Saat mendengar doa itu, saya selalu menggigil. Tidak usah memakai hitungan Allah. Saya sendiri bisa menghitung amal ibadah saya, dan ah, amat sedikit. Amat secuil.


Saya memakai sedikit kebaikan, untuk menutupi aib yang segudang. Saya memakai sejumput keindahan untuk mengelabui keburukan yang tersembunyi.
Allah pasti adil. Dia mengenal manusia sampai ke lubuk hatinya. Bagaimana mungkin saya tenang dalam kematian jika doa itu disampaikan kepada saya?
Jika amal ibadah dan keburukan jadi syarat dimana posisi manusia kelak di tempatkan. Saya tahu pasti, dimana posisi saya.

Bahkan kebaikan yang saya lakukan, belum tentu jadi kebaikan. Ibadah yang saya kerjakan, belum tentu bernilai ibadah.

Saya beribadah sangat sedikit. Tapi perasaan lebih shaleh dari orang lain sering muncul.
Jika menolong orang, saya merasa sudah lebih hebat dari yang ditolong.
Jika berbuat secuil kebaikan, saya merasa sudah melampaui keburukan.
Baru belajar sedikit, merasa punya hak menuding-nuding orang lain.

Padahal perasaan-perasaan yang tumbuh itu menarik semua nilai kebaikan ke titik nol. Menjadi tidak berarti.
Sementara begitu banyak keburukan yang tersembunyi maupun yang terang-terangan saya lakukan.
Saya percaya Allah Maha Adil. Mengitung setiap kebaikan dan keburukan manusia. Tapi, saya berharap keadilanNya tidak dihadirkan kepada saya. Sebab saya cuma bisa membawa kantong kresek kosong untuk bekal menghadapnya.

Saya hanya bisa memelas belas kasih. Saya hanya berharap kasih sayang Allah mendahului keadilanNya.
Jika terlampau banyak keburukan, saya menanti syafaat Nabi dan para imam memercik sedikit saja. Membalas cinta saya, yang kadang juga tidak sunggu-sungguh.

Sebab di hadapan Allah, saya cuma mahluk yang minta dikasihani. Di hadapan Nabi dan para imam, saya cuma memohon tidak diusir dari barisannya. Meskipun cuma jadi anak bawang...

Penulis: Eko Kuntadhi
Read more ...

Rabu, 18 Mei 2016

Tragedi Sarapan di Makah

Suatu hari, belum lama ini, saya dan keluarga (anak-istri) bermalam di sebuah hotel dekat Masjidil Haram. Selain umrah, saya juga riset kecil-kecilan tentang pelajar, mahasiswa, dan sekolah Indonesia di Makah serta observasi sejumlah situs bersejarah Islam. Hotel cukup bagus dan bersih. Interiornya juga oke. Sangat kontras dengan tahun sebelumnya yang tinggal di "losmen ala kadarnya" karena ikut rombongan bus umroh dari Bangladesh.

Saat jadwal sarapan tiba, maka bergegaslah kami ke ruang makan. Maklum kami kecapekan dan kelaparan karena malamnya umroh sampai larut malam. Sesampai di ruang makan, betapa terkejutnya kami karena makanan sudah tidak ada, tempat semrawut acak-acakan, sisa-sisa makanan dan piring berserakan di meja-meja makan. Kami tanya ke petugas, lalu mereka menyetok nasi dan "ikan naget" (fishstick). Kata mereka, cuma itu saja makanan yang disediakan di "ruangan spesial" yang mirip asrama itu. 


Waktu itu saya berpikir, ini hotel apaan sih? Restorannya kok kayak gini? Karena penasaran, saya "selidiki" sebab-musababnya. Ternyata ruangan khusus itu untuk penghuni hotel dari Indonesia yang sedang umroh. Memang saya lihat cukup banyak orang-orang Indonesia yang makan di ruangan itu. Saya memang warga Indonesia tetapi saya bukan "rombongan umroh" dan kami datang dari Saudi bukan Indonesia. Kami kemudian keluar ruangan, dan ternyata di sebelah "ruangan spesial untuk Indonesia" ini terdapat restoran yang dijaga oleh petugas, seorang Arab-Mesir.

Terjadilah dialog antara saya dan penjaga tadi. Ia ngotot kalau orang Indonesia harus makan di "ruangan khusus" tadi. Ia bilang, "Kamu orang Indonesia kan, kalian suka makan nasi dan ikan kan? Nah itu 'ruangan untuk kalian". Saya jawab, saya memang orang Indonesia tetapi saya bukan termasuk rombongan umroh dari Indonesia. Saya bayar sendiri, booking hotel sendiri, dan datang dari Saudi. Kenapa saya tidak boleh masuk restauran ini?

Setelah terjadi "perdebatan kecil", ia terpaksa membolehkan kami masuk restoran itu. Betapa terkejutnya saya karena restoran itu betul-betul kontras dengan "ruang makan khusus Indonesia" tadi. Pelayannya banyak dan ramah, ruangan adem ber-AC, sepi dan nyaman, meja-kursi makan sangat rapi dan elegan, stok makanan dan minuman sangat melimpah dan beraneka ragam layaknya hotel berbintang. Saya lihat sejumlah orang non-Indonesia sedang menyantap makanan di restoran itu. Karena sudah kehilangan selera makan, saya hanya mencicipi "makanan sampingan" saja dan menengguk segelas jus. Beberapa kali saya melihat penjaga tadi sibuk tidak membolehkan masuk restoran orang-orang yang "bertampang Indonesia"...

Jabal Dhahran, Arab Saudi

Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Read more ...

Senin, 16 Mei 2016

UMAT BUIH DI LAUTAN

Mungkin bagi sebagian orang ini akan sangat menyakitkan..

Tetapi sejarah sudah membuktikan, bahwa firman2 Tuhan dalam kitab suci banyak ditafsirkan sesuai dengan kepentingan atau nafsu kelompoknya sendiri, bahkan berlanjut sampai masa sekarang. Ketidak-mengertian tentang tafsir di banyak orang di manfaatkan betul oleh mereka yang mengerti untuk membelokkan pemahaman sesuai pesanan.
Karena saya muslim, maka saya berbicara tentang Islam karena saya tidak memahami sejarah pada agama lain. Di Islam sendiri, pasca Nabi Muhammad Saw wafat, maka terjadilah banyak penafsiran2 sesuai nafsu mereka sendiri terhadap ayat2 dalam Al-quran.


Riwayat paling jelas yang tercatat adalah saat terjadinya perang antara Imam Ali as saat mempertahankan kekhalifahan ketika diserang Muawwiyah. Ini perang sesama muslim lho, bukan dengan agama lain.
Ketika itu, beberapa orang dalam pasukan Imam Ali as memaksa beliau untuk melakukan perjanjian dengan Muawwiyah. Mereka mendasarkan pada surat Yusuf ayat 67, "Hukum hanya berasal dari Allah.." Imam Ali as geleng2 kepala, karena beliau sejak kecil mengikuti Nabi Muhammad Saw dan tercatat sebagai orang pertama yang masuk Islam, maka beliau sangat paham kandungan Al-quran. Imam Ali as berkata, "Ucapan yang benar, tapi dengan MAKSUD yang bathil.."

Orang2 yang memaksa Imam Ali as ini dikenal dengan nama kaum khawarij. Mereka pula-lah yang kemudian berbalik memerangi Imam Ali as, khalifah mereka sendiri, dan terkenal dengan nama perang Nahrawan. Mereka berpatokan pada Al-quran, tapi dengan tafsir mereka sendiri.
Dan catat, kaum khawarij itu orang2 yang shalatnya selalu tepat waktu, puasanya kuat, bacaan Al-qurannya merdu, pokoknya top dah.. Tapi gagal paham. Dan mau tahu ciri mereka ? Mereka berkepala gundul, jenggot lebat dan jidat kapalan. Mereka bahkan sudah ada sejak zaman Nabi.

Itu satu contoh saja betapa ayat2 Al-quran di tangan mereka yang menafsirkan sesuai nafsu birahi-nya sendiri, menjadi senjata yang mengerikan. Itu belum lagi, ketika ayat2 itu ditafsirkan untuk melindungi kepentingan para penguasa pada masa2 itu untuk melindungi kekuasaannya.
Jadi sebenarnya pemanfaatan ayat Al-quran sesuai dengan kepentingan pada masa ini, hanya pengulangan saja. Dulu kita dicekokkan dengan pemimpin wanita haram berdasarkan Al-quran, eh ternyata ada yang menjilat ludah sendiri. Sekarang kata "Awliya" diartikan pemimpin untuk menjegal mereka yang non muslim memimpin.

Kenapa tidak semua orang bisa menerima penjelasan sederhana ini ?
Karena sudah lekat doktrin tertancap di kepala mereka, tanpa mau berfikir sedikit-pun. Apa yang dikatakan ulamanya ditelan mentah2 tanpa mau merujuk pendapat lain. Mereka tidak mau menggunakan akal dan logika berfikirnya karena takut. Imani saja, kata mereka. Yang di imani perkataan ulamanya bukan Al-qurannya, yang sama2 tempatnya salah dan dosa.

Benar sekali perkataan Nabi Muhammad Saw, "Umatku pada akhir zaman banyak, tapi mereka seperti buih di lautan.." Terombang-ambing oleh kebodohan dan bangga dengannya.
Belajarlah dari sejarah untuk memahami.

Dan maaf, saya hanya menyampaikan ini untuk mereka yang pintar saja, karena kata Imam Ali as, "Meletakkan hujah di depan orang bodoh itu mudah, tetapi membuat mereka menerimanya itu yang susah.."
Untuk mereka yang berwawasan luas, berfikiran terbuka dengan hati yang rendah, ijinkan saya mengangkat secangkir kopi...

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Sabtu, 14 Mei 2016

PDI-P JANGAN KE-GEER-AN

Benar saja, PDI-P sekarang berbalik melawan Ahok.

Keputusan Ahok untuk melangkah di jalur independen, membuat Megawati marah. Ia langsung meng-instruksikan partainya untuk melawan Ahok. PDI-P berencana akan mengusung Jarot - wagub sekarang, Risma atau Ganjar Pranowo.

Risma bisa kita keluarkan dari daftar, karena beliau bukan kader PDI-P dan bisa disuruh2 seenaknya utk keluar dr Surabaya. Jarot tidak terkenal. Kemungkinan besar Ganjar Pranowo yang akan dimajukan, dengan catatan beliau bersedia.
Sebagai catatan, syarat untuk mengajukan cagub DKI partai harus memiliki minimal 21 kursi di DPRD, dan berdasarkan itu hanya PDI-P satu2nya partai yg bisa mengajukan cagub tanpa koalisi. Sedangkan Nasdem, partai yg mendukung Ahok hanya punya 5 kursi.


Apakah dengan kekuatan seperti itu PDIP bakalan menang ?

Ah, seharusnya PDIP belajar pada Pilgub Jatim tahun 2013 lalu. Dengan pede-nya PDIP mengusung kadernya sendiri Bambang DH, yang sempat menjadi Walikota Surabaya. Dan hasilnya ? Jreeeeennggg.... Cukup 3 persen saja.
Kalaupun PDIP jadi mengusung Ganjar Pranowo atau Risma, buat saya, itu blunder besar. Ganjar dan Risma boleh-lah populer di daerahnya, tetapi pemilih mereka tidak ber-KTP Jakarta. Ini yg harus jadi bahan pertimbangan.

Beda lagi kalau PDI-P mau berkoalisi dengan banyak partai lain utk bersama mengusung Yusril misalnya, Ahok bisa terancam kalah. Tapi, ah, itu bukan tipikal PDI-P yang selalu terjebak pada kebanggaan berlebihan tapi tenaga kurang. Jarang ngaca...
Sayang memang bu Mega orangnya cepat tersinggungan. Mungkin beliau sudah lelah, sehingga lupa merendah dan berpandangan luas. Think again, ibuku sayang... Where do you choice ? *inggrisnya sam din*
Kalau PDI-P mengusung calon sendiri, ini sebenarnya keuntungan besar untuk Ahok. Suara pemilih jadi pecah dan Ahok akan mendapat suara karena ia popular di mata masyarakat Jakarta.
Saya meramalkan ini pertarungan Ahok dan Yusril yang akan didukung partai2 selain PDIP dan Nasdem. Calon PDIP seperti semut di tengah pertarungan gajah. Keinjek2 sampek penyet. Masak dapet 3 persen lagi.. Malu ah..

Tapi seperti biasa, PDI-P main psywar. Ahok diancam2 akan gagal dalam verifikasi administrasi karena akan dijegal. Ini bisa menjadi catatan Teman Ahok untuk terus merapatkan barisan supaya jangan ada penyusup di internal yg berpotensi memecah dan menjegal.
Sampai sekarang saya masih pegang Ahok sebagai pemenang. Micky Mouse bisa saja mengancam asal sering2 belanja ke pasar.

Dan PDI-P, maaf, anda partai yang kebesaran. Sekali-sekali meihat lapangan dari bumi, jangan dari langit. Kalau acuan PDI-P kemaren menang di pilgub DKI dan Pilpres, itu semata karena Jokowi bukan karena partai pengusungnya. Jangan ke-geer-an.
Sudah malam, sudah habis secangkir kopi. Hutang warkop sudah lunas. Sekarang tinggal cicilan motor 3 bulan. Kayaknya Batman sudah harus alih profesi jadi ojek online...

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Kamis, 12 Mei 2016

Di KTP Tidak Perlu Dicantumkan Kolom Agama


Saya kira Indonesia perlu mencontoh Arab Saudi dalam hal peniadaan kolom agama di KTP. Mungkin tidak banyak yang tahu kalau "KTP" penduduk Saudi itu tidak ada kolom agamanya. Beberapa kali saya mengecek "KTP" para kolega dan murid-murid Saudi-ku untuk memastikan tentang hal ini. Karena itu, saya mengajak pemerintah, ulama, dan umat Islam pecinta Saudi di Indonesia khususnya untuk mencontoh kebijakan politik "per-KTP-an" kerajaan ini. Jangan hanya "salafisme", tata-busana, dan "gaya hidup"-nya saja dong yang dicontoh tetapi harus, seperti slogan kalian selama ini, "kaffah" alias total, menyeluruh, komprehsif, termasuk dalam hal KTP ini. 

Contoh KTP

Dari tahun ke tahun saya memperhatikan dan berdasarkan laporan dari Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) di Semarang, sebuah institusi non-pemerintah dimana saya ikut sebagai "Dewan Pendiri" (http://elsaonline.com), yang melakukan berbagai kegiatan riset, pelatihan, dan advokasi terhadap berbagai kelompok minoritas agama di Jawa Tengah, para aparat pemerintah lokal sering kali menyalahgunakan wewenang dan mendiskriminasi kelompok minoritas agama dan kepercayaan. Hak-hak politik mereka sebagai warga negara yang, meskipun memiliki kewajiban sama dengan warga lain (seperti membayar pajak dlsb), secara sistematis diabaikan oleh aparat setempat.

Bukan hanya aparat pemerintah, masyarakat secara umum--yang mengklaim sebagai mayoritas--juga iku-ikutan mendiskriminasi dan bersikap intoleran dengan mereka. Di Jawa Tengah, banyak sekali kelompok-kelompok kecil keagamaan dan kepercayaan (atau sebut saja "agama lokal") yang menjadi korban perilaku diskriminan dan intoleran ini: tidak mendapatkan pelayanan publik yang memadai, kesulitan mengurus pernikahan, kerepotan mengurus kematian, diledek dan diolok-olok sebagai kafir, musyrik, penghuni Neraka dll. Saya melihat mereka ini secara psikologis, agama, budaya, maupun politik sangat tersiksa dan sedikit sekali yang peduli dengan komunitas ini. Landasan politik dan agama untuk melindungi hak-hak mereka sebagai warga negara sangat rapuh.

Oleh karena itu, jika memang kolom agama hanya digunakan untuk mendiskriminasi bebijakan dan hanya menambah daftar keburukan dan ketidakdilan di masyarakat, mengapa tidak dihapus saja kolom agama ini dari KTP toh Tuhan tidak butuh statistik agama, bukan?

Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Read more ...

Selasa, 10 Mei 2016

Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus: Fakta Sejarah atau Sekadar Dogma? (Bag 3)

Lanjutan dari... Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus: Fakta Sejarah atau Sekadar Dogma? (Bag 2)

Halusinasi Murid-Murid
Pengikut Agnostik mengatakan, bahwa murid-murid Yesus sangat terpukul secara emosi dan pengharapan akan datangnya seorang mesias mereka kemudian berhalusinasi dan menjadi benar-benar percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Dengan kata lain, murid-murid Yesus semuanya terganggu secara kejiwaan. Teori ini segera akan dapat dipatahkan oleh logika sederhana berikut ini: Dengan menerima teori semacam ini, kita harus mengatakan bahwa sekitar 500 lebih saksi kebangkitan Yesus dengan waktu yang berbeda (1Kor. 15:6), situasi yang berbeda, lokasi yang berbeda, bahkan mungkin ada yang tidak terlalu mengenal Yesus secara pribadi ketika Yesus masih hidup, semuanya mengalami ganguan kejiwaan! Bahkan jika kita melihat catatan Injil, sebenarnya murid-murid Yesus justru tidak tahu bahwa Yesus akan bangkit kembali. Mereka sebenarnya melihat kematian Yesus sebagai akhir. Mereka baru teringat bahwa Yesus sudah menubuatkan kebangkitan-Nya sendiri setelah diingatkan oleh malaikat di kubur (Luk 24:6-7). Lagi pula, jika ini semua karena halusinasi, maka imam-imam kepala dan orang-orang Farisi tinggal menunjukkan mayat Yesus yang masih di dalam kubur kepada murid-murid.

Rekayasa
Hugh Schonfield mengatakan bahwa seluruh peristiwa ini merupakan rekayasa Yesus dan para pengikutnya. Jadi untuk seolah-olah menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, Yesus rela untuk disiksa, tetapi kemudian rencana menjadi gagal ketika tentara Romawi menombak Yesus sampai mati. Yusuf dari Arimatea kemudian menyuruh seorang anak muda berpura-pura menjadi “Tuhan yang bangkit.” Dalam hal ini, Schonfield tidak memperhitungkan (bahkan mungkin sama sekali tidak paham) bagaimana para tentara Romawi (yang notabene sangat terlatih dan terkenal berdisiplin tinggi itu) menjaga kubur. Dan dalam catatan Matius 28:11 para serdadu penjaga ini adalah juga saksi mata yang mengalami kejadian supranatural kebangkitan Kristus. Rekayasa ini juga sulit diterima karena pada akhirnya murid-murid dan pengikut Yesus rela mati dan jadi martir. Apakah mereka rela mati untuk sebuah rekayasa? Bagaimana dengan saksi mata yang masih hidup ketika Paulus berbicara kepada jemaat di Korintus?

Mayat Yesus Dicuri Murid-Murid
Murid-murid Yesus mencuri mayat Yesus ketika para penjaga sedang tidur. Teori ini sebenarnya bukan rekayasa baru. Sangat mungkin teori ini malah lahir dari catatan Matius 28:12-15, dimana para imam kepala dan tua-tua agama Yahudi bersepakat untuk membangun kebohongan bahwa Yesus telah dicuri murid-murid-Nya. Perlu diketahui bahwa para tentara Romawi yang menjaga kubur bukan terdiri dari dua-tiga orang “peronda malam” yang (maaf) dungu dan gampang tertidur waktu menjaga. Tentara Romawi yang menjaga pasti adalah tentara terlatih yang jumlahnya tentu terdiri dari belasan orang, yang kemudian berjaga secara bergantian. Apalagi sebelumnya mereka sudah mendapat peringatan akan kemungkinan mayat Yesus akan dicuri (Matius 27:64-66), sehingga para penjaga terlatih itu pasti akan berada pada “status siaga satu,” karena mereka bisa diancam hukuman mati bila mereka ketahuan tidur ketika bertugas. Jika para tentara Romawi tidak tidur, tidak mungkin para murid sanggup mengalahkan mereka. Apalagi dalam catatan keempat Injil, sangat jelas digambarkan bahwa para murid telah lari ketakutan sejak Yesus Kristus ditangkap. Mana mungkin murid-murid yang telah ketakutan itu berani mengambil risiko yang terlalu besar dengan menghadapi belasan tentara Romawi yang terlatih? Sungguh sebuah teori yang tidak masuk akal!


Kebangkitan Yesus adalah Fakta Historis

Dari uraian di atas, jelas bahwa kematian dan kebangkitan Kristus sebagai fondasi iman Kristen bukanlah sebuah dogma yang membabi buta tanpa dasar fakta historisitas sama sekali. Bahkan Lukas, salah satu penulis Injil menegaskan bahwa apa yang ia tulis adalah sebuah rujukan kesejarahan yang ditulis secara teliti dan seksama: “Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar” (Luk. 1:3-4). Pengajaran yang benar (dan masuk akal) adalah bahwa Yesus memang telah mati, namun kemudian bangkit dari kematian dengan kuasa Allah. Ia menampakkan diri-Nya kepada banyak saksi dan kemudian naik ke sorga. Pandangan inilah yang sesuai dengan pengajaran Alkitab dan sekaligus berdasarkan fakta sejarah yang solid. Pandangan ini akhirnya menempatkan umat Kristen dalam iman kepada Allah yang Maha Kuasa, Allah yang Hidup, Allah yang penuh kasih yang dengan aktif menyelamatkan umat manusia.

Akhirnya, seluruh pengikut Kristus sepanjang zaman seharusnya dengan teguh dan bangga berkata, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir” (1 Pet 1:3-5).



-------------------------------------------------------------


referensi:

[1]Craig Evans, Jesus, The Final Days: What Really Happened (Westminster: John Knox, 2008) 15.

[2]Lih. Josh McDowell, The New Evidence That Demands a Verdict (Nashville: Thomas Nelson, 1999) 119-136.

[3]Dapat dipastikan, orang yang membangun teori seperti ini tidak pernah belajar atau tidak mengenal sama sekali tradisi penguburan di daerah Palestina pada zaman Yesus Kristus. Untuk studi lebih lanjut baca Craig Evans, Fabricating Jesus (Yogyakarta: Andi, 2008).

Copy-paste dari Majalah Dia
Read more ...

Minggu, 08 Mei 2016

MAGNET GUBERNUR


Untuk apakah kursi Gubernur DKI Jakarta? Jika pertanyaan itu disampaikan pada Yusril, Ahmad Dhani., Sandiaga Uno, Sanusi atau Ahok, semuanya pasti punya jawaban berbeda.
Bagi Yusril kursi Gubernur adalah anak tangga untuk mencapai jabatan Presiden. Dia ingin mengikuti jejak Jokowi. Ambil dulu kursi Gubernur DKI lalu peluang jadi Presiden terbuka.
Yusril mantan menteri di beberapa kabinet tidak pernah menyelesaikan masa jabatannya karena direshuffle. Kini dia mau jadi Gubernur dan jika terpilih akan me-reshuffle-kan diri. Mengejar jabatan lainnya. Mudah-mudahan ada partai besar yang mau jadi kacung Yusril buat diinjak punggungnya.
Lain lagi Ahmad Dhani. Baginya kekuasaan itu sesuatu yang keren. Seperti juga potongan rambutnya. Gaya sengaknya. Ya, agar keren aja. Jadi dorongan untuk meramaikan bursa Gubernur, bagi Dhani, agar kesannya keren. Itu aja.

Ahmad Dhani & Yusril I. M

Soalnya tidak jelas arah Dhani. Dari gayanya selama ini, asal kelihatan kontroversial dia udah seneng. Isu rasial yang diangkat Dhani, barangkali bukan karena dia rasialis. Begitupun syair tentang toleransi beragama. Tidak ada hubungannya dengan idealisme. Semuanya sekadar kontroversial. Wong, superstar.
Dengan kata lain, pada momen Pilkada ini Dhani cuma butuh pangung buat jingkrak-jingkrak. Lalu orang tepuk tangan basa basi. Sebagian minta ijin ke toilet.

Bagaimana dengan Sandiaga Uno. Orang mengenalnya sebagai pengusaha besar. Salah satu penguasa pasar saham di Indonesia. Sandi memang belum bicara jelas, apa arti kursi Gubernur untuknya.
Melihat gayanya, seperti menonton tingkah orang-orang Wall Street, pelaku bursa saham di AS. Pakaian perlente. Santun. Sarat basa-basi diplomasi. Penuh perhitungan. Meskipun, kabarnya Dewi Persik sempat dibuat meradang karena permintaan seronok Sandi.
Saya teringat salah satu dialog film Wall Street yang diperankan Michael Douglas. "Serakah itu indah," katanya. Sebuah kalimat yang mewakili kesejatian kapitalisme.
Wajar saja jika Obama pernah marah dengan Wall Street karena keserakahan mereka menyeret ekonomi AS dalam pusaran kebangkrutan. Meskipun semua trik itu diatur dengan cermat, terhornat, sesuai hukum, licin.

Sedangkan bagi Sanusi, anggota DPRD DKI, arti kursi Gubernur adalah untuk menegakan syariat Islam. Orang santun ini, didukung oleh habaib dan ulama yang merindukan pemimpin seperti Sanusi di Jakarta.
Tidak terhitung berapa kali nama Allah dan Rasul disebut dalam tabligh dan pertemuan para ulama sebagai bentuk dukungan pada Sanusi. Mungkin atas berkah para pemuka agama itu juga, Sanusi kini bisa mencapai karir tertinggi sebagai politisi model lama : ditangkap KPK.
Dalam kacamata saya saat ini, Sanusi butuh doa yang jauh lebih serius. Semoga dalam sidang nanti dia tidak akan bertemu hakim Artidjo Alkotsar yang menyita seluruh harta Udar Pristiono (koruptor bus tranjakarta). Maksudnya agar tetap ada sisa kenang-kenangan bagi Sanusi sebagai bekas anggota DPRD DKI.
Bagaimana dengan Ahok? Setiap ditanya motivasinya masuk politik, dia selalu menjawab dengan nasehat ayahnya.

"Kalau lu punya duit Rp 1 milyar, lu bagi-bagi ke rakyat. Paling seorang kebagian berapa. Coba lu jadi Gubernur. APBD nilainya triliunan. Berapa banyak rakyat yang bisa lu bikin sejahtera."
Lalu apa arti momentum Pilkada DKI bagi saya, bagi Anda dan bagi kita semua? Sekadar memastikan, magnet pemimpin seperti apa yang telah menarik kita.

Penulis: Eko Kuntadhi
Read more ...

Jumat, 06 Mei 2016

Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus: Fakta Sejarah atau Sekadar Dogma? (Bag 2)

Lanjutan dari... Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus: Fakta Sejarah atau Sekadar Dogma? (Bag 1)

Dukungan Ekstra-Biblikal Terhadap Kematian Kristus

Kematian Yesus tidak saja ditegaskan dalam setiap tulisan Alkitab Perjanjian Baru dan kekristenan awal, melainkan juga disaksikan oleh para penulis Yahudi dan Romawi yang bukan Kristen. Yosefus, seorang sejarawan dan apologet Yahudi abad pertama, menyatakan bahwa Yesus telah dituduh oleh para pemimpin Yahudi, dan dihukum untuk disalibkan oleh Pilatus (Jewis Antiquities 18. 63-64). Selain itu, Tacitus, sejarawan Roma, mencatat, “Kristus… menderita hukuman mati sewaktu pemerintahan Tiberius, dengan keputusan prokurator Pontius Pilatus” (Annals 15.44). Di samping itu, Mar bar Serapion, seorang Syria, dalam sebuah surat yang ditulis kepada putranya sekitar akhir abad pertama, merujuk kepada kematian Yesus, “raja bijak” orang Yahudi.[1] Nama-nama sejarawan lain yang menerima kematian Yesus akibat penyaliban adalah Suetinius, Pliny, Thallus, dan Phlegon. Mereka adalah sejarawan sekuler yang memiliki nama besar dan berotoritas dalam bidangnya. Tulisan mereka menunjukkan bahwa kebenaran proklamasi Alkitab dapat ditemukan dalam bidang ilmu sejarah.



Selanjutnya, otoritas lain yang amat penting untuk diperhatikan adalah sumber Yahudi. Talmud Babilonia menyatakan tentang Yesus demikian: “It has been taught: On the eve of passover they hanged Yeshu . . . they hanged him on the passover.” Dalam kalimat ini, kata “Yeshu” jelas mengacu pada Yesus dan kata “hanged” merupakan sebutan lain dari penyaliban (Luk. 23:39; Gal. 3:13). Selain itu, referensi mengenai penyaliban Yesus yang terjadi pada malam persiapan Paskah juga sesuai dengan kesaksian Alkitab (Yoh. 19:14). Pada tahap ini adalah penting untuk disadari bahwa para sejarawan sekuler maupun penulis Yahudi (Talmud Babilonia) tersebut bukanlah orang-orang yang mendukung kekristenan. Dalam kenyataannya, tulisan-tulisan mereka sebenarnya bernada negatif terhadap kekristenan. Mereka tidak memiliki motif keuntungan apa pun dalam menyatakan kematian Yesus di salib. Kesepakatan para lawan Kekristenan dalam menerima kematian Yesus di salib sebagai fakta sejarah merupakan hal yang mendukung klaim Alkitab sebagai firman Allah.

Jawaban atas Keberatan-keberatan terhadap Kebangkitan Kristus
Banyak orang di dunia ini yang tidak percaya kepada kebangktian Yesus Kristus. Itu adalah pilihan hidup yang harus dihargai dan tidak bisa dipaksakan. Namun, di antara orang yang tidak percaya itu kemudian ada beberapa orang mencoba mencari cara untuk “merobohkan” bangunan iman Kristen ini. Mereka mencoba membuat berbagi teori untuk menyangkal kebangkitan Yesus. Meskipun sekilas tampak meyakinkan, teori-teori tersebut dapat dijawab dengan logika sederhana. Yang diperlukan adalah sikap hati yang jujur dan terbuka, serta landasan berpikir yang runut dalam melihat argumentasi alkitabiah.

Lokasi Kuburan Tidak Diketahui Murid-murid
Kelompok pertama mengatakan bahwa Yesus dibaringkan di kuburan yang salah, sehingga murid-murid-Nya tidak tahu ke mana harus mencari mayat Yesus. Jadi menurut pandangan ini, murid-murid Yesus membuat cerita bahwa Yesus sudah bangkit dari kematian. Hal ini bertentangan dengan catatan Alkitab, bahwa Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus yang adalah murid-murid Yesus, merekalah yang menguburkan mayat Yesus, jadi mereka pasti mengetahui di mana Yesus dikuburkan (Matius 27:57; Markus 15:43; Yohanes 19:38, 39). Pemerintah Romawi pada saat itu juga mengetahui dengan pasti lokasi kuburan Yesus karena mereka menempatkan tentara Romawi untuk menjaga kuburan tersebut (Mat 27:62-66).

Kuburan Yang Salah
Ada teori lain menyebutkan akan adanya kemungkinan para wanita yang datang ke kubur Yesus pagi-pagi benar, masuk ke kuburan yang salah yang masih terbuka, dan bertemu seorang anak muda. Karena anak muda tersebut mengatakan bahwa Yesus tidak ada di situ, para wanita yang ketakutan mengira anak muda tersebut adalah seorang malaikat. Hal ini tidak dapat diterima karena para wanita tersebut tidak mencari kubur yang terbuka, melainkan kubur yang tertutup.[3] Lagi pula, mereka mengetahui di mana Yesus dikubur, karena mereka menyaksikan mayat Yesus dikafani (Luk 23:55). Orang-orang Farisi, Sanhedrin, orang-orang Romawi dan Yusuf dari Arimatea pasti langsung mengetahui jika para wanita itu masuk ke kuburan yang salah.

Hanya Legenda
Ada juga yang mengatakan, bahwa kisah kebangkitan Yesus hanyalah sebuah legenda cerita rakyat yang baru berkembang lama setelah peristiwa tersebut terjadi. Tetapi Rasul Paulus, kira-kira 20 tahun setelah peristiwa kebangkitan, menuliskan kepada jemaat di Korintus bahwa kebangkitan adalah fakta yang nyata disaksikan oleh 500 saksi mata, yang banyak di antara mereka masih hidup pada saat itu dan bisa diperiksa kebenarannya (1 Kor 15:6). Perlu diketahui, berdasarkan penelitian para ahli sejarah Alkitab surat Korintus yang pertama memang ditulis tidak lebih dari tahun 30 M. Ini berarti pada waktu itu masih banyak saksi mata kematian dan kebangkitan Kristus yang hidup. Dengan demikian, ketika Paulus menulis bahwa Kristus telah bangkit, dan bahwa banyak saksi dari kebangkitan itu yang masih hidup, maka ia berbicara dengan risiko yang terlalu tinggi jika yang ia sampaikan hanyalah legenda. Para “musuh” Kristen yang menjadi saksi kematian dan kebangkitan Kristus tentu saja segera akan mematahkan penyataan Paulus jika kisah kebangkitan Yesus sekadar dongeng yang dibuat-buat. Namun hingga abad pertengahan, tidak pernah ada sanggahan dari saksi mata yang lain tentang fakta kematian dan kebangkitan Kristus ini.

Lanjut ke...  Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus: Fakta Sejarah atau Sekadar Dogma? (Bag 3)

Copy-paste dari Majalah Dia
Read more ...

Rabu, 04 Mei 2016

Poli-TIKUS BERSAUDARA MUSUH KPK

Mereka adalah kakak beradik yang dipilih oleh rakyat untuk menjadi dHewan Wakil Rakyat di Senayan dari partai politik yang sama.

Mereka adalah juga dari kelas ekonomi atas yang cukup sukses dengan hobby makan lobster dan keduanya pun sangat santun dan sopan plus sangat agamais.

Untuk itulah Pak Prabowo sebagai Ketua Umum partai Gerindra terpincut dengan mereka sehingga menjadikan keduanya Balon Gubernur DKI untuk melawan si "kafir" mulut toa Ahok.

Gerindra Tercoreng


Malahan si adik berjanji kalau dia terpilih menjadi Gubernur DKI maka Jakarta akan diterapkan hukum syariah...... hhmmm... bukan main sangatlah ramah santun dan agamais.

Demikianlah harapan rakyat DKI akan pemimpin mereka karena sudah terlalu banyak pejabat negara yang berlidah agamais membawa bawa ayat ayat kitab suci dan sangat mudah mengkafirkan orang lain tetapi mereka sendiri pengikut dajal.

Latar belakang si kakak memang kurang bagus dimana dia pernah menjadi residivis di balik jeruji besi selama 18 bulan karena kasus Korupsi.

Sedangkan si adik baru saja kemarin tertangkap tangan oleh tim Komisi Pemberantasan Korupsi karena kasus suap, tapi itu kan masih praduga tak bersalah bela si kakak terhadap si adik tercinta.
Mereka benar benar kompak sehati seiring sejalan.

Untuk kali ini saya sangat setuju dengan kejelian Pak Prabowo untuk mengusung mereka menjadi Balon Gubernur DKI. Bahkan kalau saya jadi Pak Prabowo, kakak beradik ini akan saya usung menjadi DKI 1 dan DKI 2 karena saya yakin keduanya akan kompak mengelola dana APBD DKI yang bernilai sekitar Rp.67 Trilyun per tahun dengan "Apik dan Jitu Terarah".

Pilihlah mereka untuk menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Demikianlah saya perkenalkan poli-Tikus Bersaudara M. Taufik dan M. Sanusi.

Satu hal lagi yang hampir saya lupa bilang bahwa mereka berdua senang tinggal di Hotel Prodeo untuk ngirit pengeluaran.

Selamat sore dan beristirahat.

Penulis: Raymond Liauw
Read more ...

Senin, 02 Mei 2016

Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus: Fakta Sejarah atau Sekadar Dogma? (Bag. 1)

Tidak dapat disangkal lagi, kematian dan kebangkitan Kristus adalah pilar atau fondasi iman Kristen yang paling penting. Hal ini bukan hanya ditegaskan oleh para teolog Kristen sepanjang zaman, tetapi juga oleh Rasul Paulus, seorang penulis mayoritas kitab Perjanjian Baru. Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, ia menuliskan satu pernyataan iman yang penting: “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1 Korintus 15:17-20).   

Peristiwa kebangkitan Kristus merupakan dasar yang sangat penting bagi iman Kristen. Sebagaimana yang telah dikutip di atas, Rasul Paulus secara panjang lebar menyampaikan argumentasi bahwa kebangkitan Kristus adalah dasar utama bagi pengharapan iman Kristen. Ungkapannya yang penting adalah, “Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah iman kita.” Kebangkitan Kristus sangat penting bagi kekristenan, karena di dalam kebangkitan Kristus itulah terletak pengharapan bukan saja akan janji keselamatan atau hidup kekal bagi setiap yang percaya, tetapi juga pengharapan akan kebangkitan tubuh bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus di akhir zaman nanti. Perjanjian Baru mencatat dengan jelas, bahwa kebangkitan Kristus menjadi yang sulung, yang kemudian akan diikuti oleh setiap orang yang percaya kepada-Nya (1 Kor. 15:23; Kol. 1:18).







Permasalahan yang kemudian dihadapi kekristenan sepanjang zaman adalah bahwa fakta kematian dan kebangkitan Yesus Kristus ini dipertanyakan banyak kalangan. Fakta kematian dan kebangkitan Kristus seringkali dianggap tidak lebih dari sekadar dogma kekristenan, alias tanpa dasar fakta historis sama sekali. Hal ini bukan saja dihadapi oleh kekristenan di abad-abad terakhir, tetapi sejak para rasul masih hidup.

Telah banyak upaya untuk menutup fakta sejarah tentang kebangkitan Kristus. Catatan Rasul Paulus dalam 1 Korintus 15:1-8 mengimplikasikan bahwa ada upaya untuk menutup fakta kebangkitan Kristus pada masa pelayanannya, namun banyak saksi kebangkitan itu yang masih hidup, sehingga fakta itu tidak bisa dibelokkan. Dalam catatan Matius 28:11-15, Matius mengagambarkan bahwa sejak hari-hari pertama kebangkitan Kristus, para imam kepala dan tua-tua agama Yahudi sejak dini juga telah berupaya untuk membungkam kesaksian para serdadu romawi yang menjaga kubur Yesus, yang adalah saksi kebangkitan Kristus sendiri. Dengan demikian, tidak mengherankan jika hingga saat ini banyak upaya untuk “membungkam” fakta historis dari kebangkitan Kristus.

Dukungan Intra-Biblikal Terhadap Kematian-Kebangkitan Kristus

Pemahaman orang Kristen terhadap fakta kematian Yesus di kayu salib tidaklah didasarkan atas penafsiran yang rumit, melainkan penalaran yang langsung atas narasi Injil dan banyak bagian lain dalam Alkitab. Ayat-ayat Alkitab berbicara lugas tentang kematian Yesus di salib. “Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya” (Mat. 27:50); “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.’ Dan sesudah berkata demikian, Ia menyerahkan nyawa-Nya” (Luk. 23:46); “ Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya” (Yoh. 19:30).

Selanjutnya, koherensi dari kisah kematian Yesus ini juga tercermin dalam banyak fakta. Fakta-fakta ini tidak membuktikan kebenaran Alkitab, melainkan menunjukkan bahwa Alkitab berisi kebenaran-kebenaran yang konsisten satu sama lain. Fakta pertama berkaitan dengan nubuatan Yesus mengenai diri-Nya sendiri. Kitab-kitab Injil berulang kali menunjukkan bahwa kematian Yesus telah dinubuatkan-Nya sendiri dalam berbagai kesempatan (Mat. 12:40; 17:22-23; 20:18; Mrk. 10:45; Yoh. 2:19-20; 10:10-11). Kematian Yesus dalam perspektif Alkitab bukanlah suatu kebetulan atau peristiwa naas yang mengejutkan, melainkan inti dari misi Yesus datang ke dalam dunia. Selanjutnya, perlu ditegaskan bahwa nubuatan mengenai kematian Yesus pada dasarnya telah terkandung dalam kitab-kitab Perjanjian Lama yang berbicara mengenai kebangkitan Mesias dari antara orang mati (Mzm. 16:10; Yes. 26:19; Dan. 12:2).

Fakta kedua yang perlu diperhatikan adalah banyaknya saksi mata pada waktu penyaliban Yesus. Saksi mata pertama adalah para murid Yesus sendiri. Rasul Yohanes (Yoh. 19:26) dan beberapa pengikut Yesus seperti Maria, dan wanita-wanita lain berada di dekat penyaliban Yesus (Luk. 23:27; Yoh. 19:25). Berikutnya, kematian Yesus di kayu salib juga disaksikan oleh para tentara Romawi, dua orang penjahat yang disalibkan di samping Yesus (Mat. 27:38), orang banyak (Mat. 27:39; Luk. 23:27) serta para pemimpin Yahudi (Mat. 27:41).

Dengan memperhatikan para saksi mata penyaliban Yesus tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa mayoritas dari mereka merupakan orang-orang Yahudi yang menghendaki kematian-Nya. Mereka begitu bernafsu untuk membunuh Yesus sehingga sebelum penyaliban itu sendiri berlangsung, orang-orang Yahudi telah berseru berkali-kali di hadapan Pilatus agar Yesus disalibkan (Mat. 27:22-23). Orang-orang Yahudi itu bahkan berani berkata “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” (Mat. 27: 25). Selain itu, kita harus mengingat, bahwa tentara Romawi adalah orang-orang yang terlatih dalam menjalankan eksekusi, sehingga mereka tidak akan salah mengidentifikasi terpidana.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, adalah jelas bahwa Alkitab menerima fakta kematian ini sebagai peristiwa historis. Oleh karena itu, khotbah Petrus juga disertai dengan pemberitaan yang tegas mengenai kematian Yesus yang disalibkan dan dibunuh oleh orang-orang Yahudi yang durhaka (Kis. 2:23-24). Berdasarkan hal ini, kita melihat bahwa bagian-bagian dalam Alkitab saling menegaskan satu sama lain bahwa Yesus telah mati di kayu salib.


Lanjut ke... Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus: Fakta Sejarah atau Sekadar Dogma? (Bag. 2)

Copy-paste dari (Majalah Dia)
Read more ...

Indonesia

Air Hidup

Advertise Here

Designed By VungTauZ.Com