Tahun 30 Masehi di Tanah Palestina, sekitar 2000 tahun yang lalu.
Suatu Kamis malam di tahun itu, seusai perjamuan malam terakhir bersama
kedua belas muridnya di sebuah rumah di Yerusalem, Yesus - seorang
pemuda Yahudi berumur 33 tahun saat itu, yang dalam tiga tahun terakhir
berkeliling di banyak area di Palestina, dari sekitar Laut Mati di
selatan sampai Danau Galilea di utara sepanjang hampir 150 km, mengajak
para muridnya pergi ke Bukit Zaitun di sebelah timur Yerusalem.
Selama tiga tahun itu Yesus berkotbah di banyak tempat, entah di bukit,
di tepi sungai, di tepi pantai Danau Galilea, di rumah-rumah ibadat
orang Yahudi (sinagog) atau di Bait Allah, gedung besar pusat agama
Yahudi di Yerusalem. Kotbahnya tidak disukai para ahli agama garis keras
orang-orang Yahudi yang dikenal sebagai para ahli Taurat Musa, yaitu
orang-orang Farisi. Perkataan-perkataannya kadang-kadang lembut, tetapi
sering juga tajam menusuk, tanpa rasa takut, termasuk membuat malu dan
menelanjangi kemunafikan para ahli agama Farisi itu. Mereka
mengintimidasi Yesus meskipun tidak terang-terangan sebab merasa takut
kepada Yesus. Beberapa kali mereka meminta bantuan Pemerintah Romawi
yang saat itu sedang menjajah Palestina. Tetapi pasukan Romawi pun
jengah, segan, dan takut kepada Yesus.
Yesus ditakuti sebab
pengikutnya banyak, tetapi yang lebih ditakuti mereka sebab Yesus ini
mempunyai kuasa yang luar biasa. Ia seringkali menyembuhkan penyakit
secara seketika, yang buta dibuat melihat, yang lumpuh dibuat berjalan,
yang mengalami perdarahan selama 30 tahun seketika dihentikan, dan
perbuatan-perbuatan yang luar biasa seperti mengusir puluhan setan dan
roh jahat, meneduhkan angin ribut dan badai gelombang, berjalan di atas
air, dan beberapa kali membangkitkan orang mati. Roh jahat pun takut
saat melihat Yesus berjalan mendekat. Menyaksikan ini semua bagaimana
orang-orang Farisi dan pasukan Romawi tidak gentar melihatnya.
Dipikirnya kalau saja orang sakit dengan mudah disembuhkanNya, bukankah
Ia akan dengan mudah juga bisa memanggil pasukan malaikat? Namun
orang-orang Farisi terus mencari jalan bagaimana bisa membunuh Yesus.
--------
Kamis malam itu, seorang muridnya bernama Yudas menghilang seusai
perjamuan malam, ia hendak menghubungi para orang Farisi untuk
bersekongkol menangkap Yesus. Orang Farisi akhirnya punya cara untuk
menangkap Yesus dan kemudian membunuhNya yaitu dengan cara menggunakan
muridNya sendiri yang berkhianat.
Malam itu Yesus sudah tahu
dari awal bahwa hidupNya akan berakhir esok harinya, sudah tahu siapa
murid yang berkhianat, sudah tahu bagaimana Ia akan mati. Tetapi justru
untuk tujuan itulah Ia ada di dunia ini.
Lalu Ia membawa tiga
muridnya bernama Simon Petrus, Yakobus dan Yohanes masuk ke dalam Taman
Getsemani di kaki Bukit Zaitun di sebelah timur Yerusalem. Saat berada
di sekitar Yerusalem, Yesus dan para muridNya sering berada di taman ini
sekadar untuk beristirahat.
Bayangan kematian pada esok harinya
membuat Yesus bergumul sangat berat malam itu. Hampir semalaman sampai
Jumat subuh Ia berdoa kepada Allah yang dipanggilNya Bapa. Ia juga
berkali-kali kembali kepada tiga muridNya yang ditemuinya selalu dalam
keadaan tertidur lelap, tak bisa berjaga barang sebentar pun...
Setan-setan menggodaNya agar Ia jangan menyerahkan diri kepada kematian.
Tetapi BapaNya di surga mengirimkan malaikat untuk menguatkanNya. Namun
Yesus sendiri bergumul sangat berat, berat sekali. KeringatNya pun
menetes-netes, keringat bercampur darah (!). Ia mengalami apa yang dalam
ilmu kedokteran modern disebut "hematohidrosis".
Lukas, seorang
tabib atau dokter pada masa itu, seorang pengikut Yesus mencatat
keringat seperti darah itu dalam kitabnya Lukas 22:44. Mengapa Yesus
mengalami apa yang dalam ilmu kedokteran modern disebut hematohidrosis?
Ilmu kedokteran modern menunjukkan bahwa kasus medis seperti ini sangat
jarang terjadi tetapi bisa terjadi dan pernah terjadi. Di sekitar
kelenjar-kelenjar keringat di bawah kulit (subkutanea) ada banyak
urat-urat darah dalam bentuk seperti jaringan. Dalam kondisi kejiwaan
pergumulan yang sangat berat, tekanan atas urat-urat darah ini meningkat
membuat urat-urat darah mengerut, tetapi kemudian saat melewati puncak
stress, urat-urat darah justru akan melebar lalu pecah. Darah masuk ke
dalam kelenjar-kelenjar keringat. Ketika keringat keluar, darah pun
terdorong ke permukaan kulit, dan menetes bercampur keringat. Yesus di
Taman Getsemani mengalami "agony" - pergumulan kejiwaan dan pikiran yang
sangat berat, kesakitan, penderitaan yang mendalam.
---------
Suatu Jumat subuh di tahun 30 M. Yudas, muridNya yang berkhianat
menjual Yesus -gurunya dengan 30 keping uang perak datang bersama
orang-orang Farisi yang dikawal pasukan berpedang. Pemandangan subuh itu
yang masih remang-remang di taman yang penuh pepohonan itu membuat
susah mengenal Yesus. "Aku akan menciumNya, yang kucium itulah Yesus,
tangkaplah Dia", seru Yudas kepada Imam Kepala.
Yesus pun
ditangkap tanpa melakukan perlawanan. Seorang murid Yesus menyambar
pedang lawan dan menebas telinga pengawal Imam Kepala sampai putus.
Yesus menegurnya, dan mengatakan bahwa yang menggunakan pedang akan
binasa oleh pedang. Saat dalam kondisi ditangkap pun Yesus masih sempat
memungut putusan telinga lawanNya itu, menempelkannya kembali dan
menyembuhkannya seketika - membuat heboh orang-orang Farisi yang
menangkapNya.
Jumat pagi-Jumat tengah hari setelah itu adalah
kisah tentang pengadilan Yesus dan via dolorosa - jalan penderitaan yang
dialami menjelang kematianNya.
Bersambung ke PALESTINA, 30 M: JESUS IN AGONY (Bag 2)
Penulis: Awang Satyana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar