Breaking News

Islam

Politik

Kamis, 26 Mei 2016

PALESTINA, 30 M: JESUS IN AGONY (Bag 1)

Tahun 30 Masehi di Tanah Palestina, sekitar 2000 tahun yang lalu.
Suatu Kamis malam di tahun itu, seusai perjamuan malam terakhir bersama kedua belas muridnya di sebuah rumah di Yerusalem, Yesus - seorang pemuda Yahudi berumur 33 tahun saat itu, yang dalam tiga tahun terakhir berkeliling di banyak area di Palestina, dari sekitar Laut Mati di selatan sampai Danau Galilea di utara sepanjang hampir 150 km, mengajak para muridnya pergi ke Bukit Zaitun di sebelah timur Yerusalem.



Selama tiga tahun itu Yesus berkotbah di banyak tempat, entah di bukit, di tepi sungai, di tepi pantai Danau Galilea, di rumah-rumah ibadat orang Yahudi (sinagog) atau di Bait Allah, gedung besar pusat agama Yahudi di Yerusalem. Kotbahnya tidak disukai para ahli agama garis keras orang-orang Yahudi yang dikenal sebagai para ahli Taurat Musa, yaitu orang-orang Farisi. Perkataan-perkataannya kadang-kadang lembut, tetapi sering juga tajam menusuk, tanpa rasa takut, termasuk membuat malu dan menelanjangi kemunafikan para ahli agama Farisi itu. Mereka mengintimidasi Yesus meskipun tidak terang-terangan sebab merasa takut kepada Yesus. Beberapa kali mereka meminta bantuan Pemerintah Romawi yang saat itu sedang menjajah Palestina. Tetapi pasukan Romawi pun jengah, segan, dan takut kepada Yesus.
Yesus ditakuti sebab pengikutnya banyak, tetapi yang lebih ditakuti mereka sebab Yesus ini mempunyai kuasa yang luar biasa. Ia seringkali menyembuhkan penyakit secara seketika, yang buta dibuat melihat, yang lumpuh dibuat berjalan, yang mengalami perdarahan selama 30 tahun seketika dihentikan, dan perbuatan-perbuatan yang luar biasa seperti mengusir puluhan setan dan roh jahat, meneduhkan angin ribut dan badai gelombang, berjalan di atas air, dan beberapa kali membangkitkan orang mati. Roh jahat pun takut saat melihat Yesus berjalan mendekat. Menyaksikan ini semua bagaimana orang-orang Farisi dan pasukan Romawi tidak gentar melihatnya. Dipikirnya kalau saja orang sakit dengan mudah disembuhkanNya, bukankah Ia akan dengan mudah juga bisa memanggil pasukan malaikat? Namun orang-orang Farisi terus mencari jalan bagaimana bisa membunuh Yesus.

--------

Kamis malam itu, seorang muridnya bernama Yudas menghilang seusai perjamuan malam, ia hendak menghubungi para orang Farisi untuk bersekongkol menangkap Yesus. Orang Farisi akhirnya punya cara untuk menangkap Yesus dan kemudian membunuhNya yaitu dengan cara menggunakan muridNya sendiri yang berkhianat.
Malam itu Yesus sudah tahu dari awal bahwa hidupNya akan berakhir esok harinya, sudah tahu siapa murid yang berkhianat, sudah tahu bagaimana Ia akan mati. Tetapi justru untuk tujuan itulah Ia ada di dunia ini.
Lalu Ia membawa tiga muridnya bernama Simon Petrus, Yakobus dan Yohanes masuk ke dalam Taman Getsemani di kaki Bukit Zaitun di sebelah timur Yerusalem. Saat berada di sekitar Yerusalem, Yesus dan para muridNya sering berada di taman ini sekadar untuk beristirahat.
Bayangan kematian pada esok harinya membuat Yesus bergumul sangat berat malam itu. Hampir semalaman sampai Jumat subuh Ia berdoa kepada Allah yang dipanggilNya Bapa. Ia juga berkali-kali kembali kepada tiga muridNya yang ditemuinya selalu dalam keadaan tertidur lelap, tak bisa berjaga barang sebentar pun...
Setan-setan menggodaNya agar Ia jangan menyerahkan diri kepada kematian. Tetapi BapaNya di surga mengirimkan malaikat untuk menguatkanNya. Namun Yesus sendiri bergumul sangat berat, berat sekali. KeringatNya pun menetes-netes, keringat bercampur darah (!). Ia mengalami apa yang dalam ilmu kedokteran modern disebut "hematohidrosis".
Lukas, seorang tabib atau dokter pada masa itu, seorang pengikut Yesus mencatat keringat seperti darah itu dalam kitabnya Lukas 22:44. Mengapa Yesus mengalami apa yang dalam ilmu kedokteran modern disebut hematohidrosis?
Ilmu kedokteran modern menunjukkan bahwa kasus medis seperti ini sangat jarang terjadi tetapi bisa terjadi dan pernah terjadi. Di sekitar kelenjar-kelenjar keringat di bawah kulit (subkutanea) ada banyak urat-urat darah dalam bentuk seperti jaringan. Dalam kondisi kejiwaan pergumulan yang sangat berat, tekanan atas urat-urat darah ini meningkat membuat urat-urat darah mengerut, tetapi kemudian saat melewati puncak stress, urat-urat darah justru akan melebar lalu pecah. Darah masuk ke dalam kelenjar-kelenjar keringat. Ketika keringat keluar, darah pun terdorong ke permukaan kulit, dan menetes bercampur keringat. Yesus di Taman Getsemani mengalami "agony" - pergumulan kejiwaan dan pikiran yang sangat berat, kesakitan, penderitaan yang mendalam.

---------

Suatu Jumat subuh di tahun 30 M. Yudas, muridNya yang berkhianat menjual Yesus -gurunya dengan 30 keping uang perak datang bersama orang-orang Farisi yang dikawal pasukan berpedang. Pemandangan subuh itu yang masih remang-remang di taman yang penuh pepohonan itu membuat susah mengenal Yesus. "Aku akan menciumNya, yang kucium itulah Yesus, tangkaplah Dia", seru Yudas kepada Imam Kepala.
Yesus pun ditangkap tanpa melakukan perlawanan. Seorang murid Yesus menyambar pedang lawan dan menebas telinga pengawal Imam Kepala sampai putus. Yesus menegurnya, dan mengatakan bahwa yang menggunakan pedang akan binasa oleh pedang. Saat dalam kondisi ditangkap pun Yesus masih sempat memungut putusan telinga lawanNya itu, menempelkannya kembali dan menyembuhkannya seketika - membuat heboh orang-orang Farisi yang menangkapNya.
Jumat pagi-Jumat tengah hari setelah itu adalah kisah tentang pengadilan Yesus dan via dolorosa - jalan penderitaan yang dialami menjelang kematianNya.

Bersambung ke  PALESTINA, 30 M: JESUS IN AGONY (Bag 2)

Penulis: Awang Satyana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indonesia

Air Hidup

Advertise Here

Designed By VungTauZ.Com