Lanjutan dari... Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus: Fakta Sejarah atau Sekadar Dogma? (Bag 2)
Halusinasi Murid-Murid
Pengikut Agnostik mengatakan, bahwa murid-murid Yesus sangat terpukul secara emosi dan pengharapan akan datangnya seorang mesias mereka kemudian berhalusinasi dan menjadi benar-benar percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Dengan kata lain, murid-murid Yesus semuanya terganggu secara kejiwaan. Teori ini segera akan dapat dipatahkan oleh logika sederhana berikut ini: Dengan menerima teori semacam ini, kita harus mengatakan bahwa sekitar 500 lebih saksi kebangkitan Yesus dengan waktu yang berbeda (1Kor. 15:6), situasi yang berbeda, lokasi yang berbeda, bahkan mungkin ada yang tidak terlalu mengenal Yesus secara pribadi ketika Yesus masih hidup, semuanya mengalami ganguan kejiwaan! Bahkan jika kita melihat catatan Injil, sebenarnya murid-murid Yesus justru tidak tahu bahwa Yesus akan bangkit kembali. Mereka sebenarnya melihat kematian Yesus sebagai akhir. Mereka baru teringat bahwa Yesus sudah menubuatkan kebangkitan-Nya sendiri setelah diingatkan oleh malaikat di kubur (Luk 24:6-7). Lagi pula, jika ini semua karena halusinasi, maka imam-imam kepala dan orang-orang Farisi tinggal menunjukkan mayat Yesus yang masih di dalam kubur kepada murid-murid.
Rekayasa
Hugh Schonfield mengatakan bahwa seluruh peristiwa ini merupakan rekayasa Yesus dan para pengikutnya. Jadi untuk seolah-olah menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, Yesus rela untuk disiksa, tetapi kemudian rencana menjadi gagal ketika tentara Romawi menombak Yesus sampai mati. Yusuf dari Arimatea kemudian menyuruh seorang anak muda berpura-pura menjadi “Tuhan yang bangkit.” Dalam hal ini, Schonfield tidak memperhitungkan (bahkan mungkin sama sekali tidak paham) bagaimana para tentara Romawi (yang notabene sangat terlatih dan terkenal berdisiplin tinggi itu) menjaga kubur. Dan dalam catatan Matius 28:11 para serdadu penjaga ini adalah juga saksi mata yang mengalami kejadian supranatural kebangkitan Kristus. Rekayasa ini juga sulit diterima karena pada akhirnya murid-murid dan pengikut Yesus rela mati dan jadi martir. Apakah mereka rela mati untuk sebuah rekayasa? Bagaimana dengan saksi mata yang masih hidup ketika Paulus berbicara kepada jemaat di Korintus?
Mayat Yesus Dicuri Murid-Murid
Murid-murid Yesus mencuri mayat Yesus ketika para penjaga sedang tidur. Teori ini sebenarnya bukan rekayasa baru. Sangat mungkin teori ini malah lahir dari catatan Matius 28:12-15, dimana para imam kepala dan tua-tua agama Yahudi bersepakat untuk membangun kebohongan bahwa Yesus telah dicuri murid-murid-Nya. Perlu diketahui bahwa para tentara Romawi yang menjaga kubur bukan terdiri dari dua-tiga orang “peronda malam” yang (maaf) dungu dan gampang tertidur waktu menjaga. Tentara Romawi yang menjaga pasti adalah tentara terlatih yang jumlahnya tentu terdiri dari belasan orang, yang kemudian berjaga secara bergantian. Apalagi sebelumnya mereka sudah mendapat peringatan akan kemungkinan mayat Yesus akan dicuri (Matius 27:64-66), sehingga para penjaga terlatih itu pasti akan berada pada “status siaga satu,” karena mereka bisa diancam hukuman mati bila mereka ketahuan tidur ketika bertugas. Jika para tentara Romawi tidak tidur, tidak mungkin para murid sanggup mengalahkan mereka. Apalagi dalam catatan keempat Injil, sangat jelas digambarkan bahwa para murid telah lari ketakutan sejak Yesus Kristus ditangkap. Mana mungkin murid-murid yang telah ketakutan itu berani mengambil risiko yang terlalu besar dengan menghadapi belasan tentara Romawi yang terlatih? Sungguh sebuah teori yang tidak masuk akal!
Kebangkitan Yesus adalah Fakta Historis
Dari uraian di atas, jelas bahwa kematian dan kebangkitan Kristus sebagai fondasi iman Kristen bukanlah sebuah dogma yang membabi buta tanpa dasar fakta historisitas sama sekali. Bahkan Lukas, salah satu penulis Injil menegaskan bahwa apa yang ia tulis adalah sebuah rujukan kesejarahan yang ditulis secara teliti dan seksama: “Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar” (Luk. 1:3-4). Pengajaran yang benar (dan masuk akal) adalah bahwa Yesus memang telah mati, namun kemudian bangkit dari kematian dengan kuasa Allah. Ia menampakkan diri-Nya kepada banyak saksi dan kemudian naik ke sorga. Pandangan inilah yang sesuai dengan pengajaran Alkitab dan sekaligus berdasarkan fakta sejarah yang solid. Pandangan ini akhirnya menempatkan umat Kristen dalam iman kepada Allah yang Maha Kuasa, Allah yang Hidup, Allah yang penuh kasih yang dengan aktif menyelamatkan umat manusia.
Akhirnya, seluruh pengikut Kristus sepanjang zaman seharusnya dengan teguh dan bangga berkata, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir” (1 Pet 1:3-5).
-------------------------------------------------------------
referensi:
[1]Craig Evans, Jesus, The Final Days: What Really Happened (Westminster: John Knox, 2008) 15.
[2]Lih. Josh McDowell, The New Evidence That Demands a Verdict (Nashville: Thomas Nelson, 1999) 119-136.
[3]Dapat dipastikan, orang yang membangun teori seperti ini tidak pernah belajar atau tidak mengenal sama sekali tradisi penguburan di daerah Palestina pada zaman Yesus Kristus. Untuk studi lebih lanjut baca Craig Evans, Fabricating Jesus (Yogyakarta: Andi, 2008).
Copy-paste dari Majalah Dia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar