Bersambung dari PALESTINA, 30 M: JESUS IN AGONY (Bag 1)
Singkat cerita. Pontius Pilatus, Wali Negeri -mirip seorang
gubernur, Yudea tempat Palestina berada, yang menduduki posisi itu sejak
tahun 26 M, panglima tentara dan kepala pengadilan, juga berkuasa
mengangkat Imam Besar di kalangan Yahudi, mengadili Yesus yang tak
pernah menunduk takut kepadanya seperti kebanyakan orang terhukum
lainnya.
Pontius Pilatus segan kepada Yesus dan dia tak menemukan
kesalahan Yesus, ia berupaya untuk menolong membebaskan Yesus, tetapi
selain Yesus sendiri tidak sedikit pun menunjukkan permintaan
pertolongan apalagi pembebasan, Pilatus tidak berdaya menghadapi
tuntutan orang-orang Yahudi yang berteriak agar Yesus dihukum mati. Bila
tuntutan itu tidak diikuti, orang-orang Yahudi dapat mengadukannya
kepada Kaisar Romawi saat itu, Tiberius. Apalagi Imam Besar Yahudi tahu
bahwa Pilatus pernah mengkorupsi uang dari Bait Allah. Akhirnya Pilatus
pun mencuci tangannya tanda menyerahkan keputusan kepada para orang
Farisi dan orang-orang Yahudi.
Orang-orang Yahudi dan Ahli Taurat
(Farisi) meminta Yesus dihukum salib. Hukuman salib bukan tradisi
Yahudi, tak ditemukan di Perjanjian Lama. Hukuman mati ala Yahudi adalah
dirajam -dilempari batu. Hukuman salib berasal dari bangsa Fenisia dan
Kartago lalu diterapkan secara luas oleh bangsa Roma. Hukuman salib
adalah hukuman penghinaan yang hanya ditujukan untuk budak-budak,
penduduk asli jajahan, dan penjahat-penjahat kelas rendah. Warga Roma
sendiri jarang disalibkan.
Namun sebelum disalibkan, Yesus
disiksa dulu seusai penghakiman oleh Pilatus dengan cara dicambuki. Dan
ini adalah sebuah pembantaian, menggunakan flagellum -cemeti khas Romawi
berupa tali-tali kulit berpilin berujung duri dan kait besi tajam yang
bisa menancap ke sekujur badan pesakitan, mencabut sebagian dagingnya
saat cambuk ditarik, dicambuki lagi, menancap lagi, mencabut dagingnya
lagi, dst...dst... Bayangkan, darah Yesus terciprat kemana-mana,
serpihan dagingnya terlempar ke mana-mana. Drama penyiksaan luar biasa
itu diiringi oleh tawa terbahak-bahak tentara-tentara Roma yang terkenal
kejam, olokan-olokan orang-orang Yahudi dan para ahli Taurat yang
munafik, dan isak tangis para pengikut Yesus. Jesus again in heavy
agony...di halaman gedung pengadilan tak jauh dari Bait Allah.
Pencambukan yang sangat sadis itu sudah jelas membuat Yesus menjadi
sangat lemah dan hampir mati. Belum lagi mahkota duri yang dianyam
tentara Roma dari tanaman semak berduri tajam di tanah Palestina
(mungkin spesies Phoenix dactylifera) yang disesakkan dengan cara paksa
ke kepala Yesus telah membuat kepalaNya tertusuk permanen dan
berdarah-darah selama penyiksaan itu.
--------
Eksekusi hukuman mati berupa penyaliban pun dilakukan di bukit batu di pinggir sebelah barat kota Yerusalem bernama Golgota.
Setelah penyiksaan dengan pencambukkan, Yesus diharuskan memikul
sendiri balok kayu salibnya (patibulum, bagian palang atas salib) ke
bukit Golgota. Inilah jalan penderitaan yang dilaluinya -via dolorosa,
sepanjang jalan itu Ia menerima olok-olok dan diludahi. Sebuah tulisan
olokan dibawa di depan, yang nanti dipasang di salibNya: INRI - Iesous
Nazaremus Rex Ioudea - Yesus dari Nazareth Raja Yahudi. Berkali-kali Ia
jatuh dan terjerembab dengan muka di atas tanah sebab kedua tanganNya
terikat di patibulum. Kedua lutut dan dadanya yang memar menekan tanah
keras.
Ia terlalu lemah. Ia tidak tidur semalaman setelah
perjamuan terakhir pada Kamis malam dan pergumulan jiwa di Getsemani,
lalu ia sepagian dan siang hari dihakimi dan disiksa dengan flagellum.
Yesus mengalami dehidrasi tingkat parah, keringat bercampur darah yang
mengucur di Getsemani, tidak tidur semalaman, darah yang terciprat oleh
cambukan fragellum membuat Ia kurang cairan, dan Ia tidak minum sejak
perjamuan terakhir pada Kamis malam sebab anggur asam bercampur cuka
yang diberikan tentara Roma pun ditolakNya.
Wajar Yesus menjadi
sangat lemah karena dehidrasi ditambah luka-luka hebat yang ditahanNya.
Maka Ia terjungkal beberapa kali saat memikul patibulum. Seorang
pengikut Yesus yang ada di dekat Yesus, Simon dari Kirene, akhirnya
dipaksa tentara Roma membawakan patibulum Yesus sebab Yesus sendiri
sudah tidak mampu lagi memikulnya.
---------
Tiba di
Golgota, Yesus segera dibaringkan di atas tanah, kedua lengannya
dilintangkan sejajar patibulum. Dan...dua paku besi dipakukan pada kedua
lengan Yesus di dekat pergelanganNya. Paku yang dipakukan di bagian
tengah pergelangan ini akan mengenai syaraf "median" (median nerve) dan
ini menyebabkan rasa nyeri yang luar biasa sampai para dokter
mengatakan sejumlah bius morfin pun tak akan mampu menghentikan rasa
nyeri itu. Lalu Yesus dan patibulum tempat memaku kedua lenganNya
dinaikkan untuk disatukan ke tiang kayu tegak bernama "simplex". Bobot
badan Yesus ditahan dengan cara didudukkan pada palang kayu pendek
bernama "sedecula" yang dipakukan melintang pada simplex. Dan ujung
kedua kaki Yesus pada kedua tumitnya kemudian dipaku juga. Ini mengenai
urat syaraf (nerve) "plantar" pada tumit yang akan menimbulkan nyeri
luar biasa. Tumit kanan diletakkan di atas tumit kiri.
Posisi
demikian di atas kayu salib akan membuat kejang otot selama penyaliban
dalam waktu lama. Posisi ini pun sedemikian rupa dirancang untuk membuat
si tersalib susah bernafas. Ini akan menyebabkan oxygen starvation
(hypoxia). Para ahli medis modern menduga Yesus akhirnya mati di atas
kayu salib setelah tiga jam digantung di salib dalam serangakaian
"agony" yang dideritanya sejak di Getsemani, yaitu rangkaian kesakitan
berupa: "kejang, kehausan, kelaparan, luka-luka yang terbuka, kekurangan
cairan akibat darah dan keringat yang banyak keluar, dan akhirnya
sebuah cardiogenic shock.
Cardiogenic shock - shock fatal yang
berhubungan dengan gagalnya jantung memompakan darah ke organ-organ
badan terjadi karena kegagalan yang berhubungan dengan oxygen starvation
(hypoxia) dan nutrient starvation (kurang gula darah) pada akhirnya
menghabisi hidup Yesus pada sekitar jam 3 Jumat sore itu, sesaat setelah
Yesus berseru berteriak menyerahkan nyawaNya kepada BapaNya.
Yesus cepat matinya di kayu salib sebab siksaan luar biasa yang telah
diterimaNya sebelumnya, tidak seperti kedua penjahat yang disalibkan di
sebelah-sebelahnya. Kedua penjahat ini belum mati ketika hendak
diturunkan dari salibnya sehingga harus dilakukan "crurifragium" oleh
tentara Roma yaitu pematahan kaki agar kematian cepat datang. Yesus
sudah mati saat hendak diturunkan dari salib menjelang petang.
Lambungnya ditusuk tombak tentara Roma tidak bereaksi selain darah dan
air yang menyembur keluar.
---------
Drama Jesus in agony
di Bukit Golgota ditandai alam oleh sebuah gerhana Matahari yang panjang
yang berlangsung dari pukul 12 sampai pukul 3 sore (Matius 27: 45).
Lalu kematian Yesus pada pukul 3 sore serentak ditandai oleh gempa yang
melanda Yerusalem (Matius 27:51) yang secara geologis dibangkitkan oleh
reaktivasi cabang sesar (splay fault) dari Sesar Laut Mati yang bergerak
sinistral membelah bukit-bukit batu dan menyobek tirai besar di Bait
Allah - membuat orang-orang Yahudi dan tentara-tentara Romawi yang
menyalibkan Yesus gempar ketakutan seraya mengaku, "Sungguh, Ia ini
adalah Anak Allah." (Matius 27:54b).
Demikian, "Jesus in Agony"
yang saya rangkai ceritanya dari kesaksian-kesaksian Alkitab serta
penelitian-penelitian teologia, arkeologi, dan ilmu kedokteran.
Kitab-Kitab Suci menceritakan pergumulan dan penyaliban Yesus secara
halus, kenyataan yang sebenarnya adalah bahwa ini mungkin siksaan paling
biadab dalam sejarah atas seseorang yang tidak bersalah.
----------
Rekan-rekan seiman saya, Kristiani, tahu mengapa Yesus dengan sengaja
memilih melakukan itu. Jalan salib adalah pilihanNya untuk memerdekakan
orang-orang yang percaya kepadaNya. Selamat memperingati, mengingat,
merenungi, dan memaknai Jumat Agung.***
Penulis: Awang Satyana, Jumat Agung 25 Maret 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar