Breaking News

Islam

Politik

Senin, 30 Mei 2016

PALESTINA, 30 M: JESUS IN AGONY (Bag 2)

Bersambung dari PALESTINA, 30 M: JESUS IN AGONY (Bag 1)

Singkat cerita. Pontius Pilatus, Wali Negeri -mirip seorang gubernur, Yudea tempat Palestina berada, yang menduduki posisi itu sejak tahun 26 M, panglima tentara dan kepala pengadilan, juga berkuasa mengangkat Imam Besar di kalangan Yahudi, mengadili Yesus yang tak pernah menunduk takut kepadanya seperti kebanyakan orang terhukum lainnya.
Pontius Pilatus segan kepada Yesus dan dia tak menemukan kesalahan Yesus, ia berupaya untuk menolong membebaskan Yesus, tetapi selain Yesus sendiri tidak sedikit pun menunjukkan permintaan pertolongan apalagi pembebasan, Pilatus tidak berdaya menghadapi tuntutan orang-orang Yahudi yang berteriak agar Yesus dihukum mati. Bila tuntutan itu tidak diikuti, orang-orang Yahudi dapat mengadukannya kepada Kaisar Romawi saat itu, Tiberius. Apalagi Imam Besar Yahudi tahu bahwa Pilatus pernah mengkorupsi uang dari Bait Allah. Akhirnya Pilatus pun mencuci tangannya tanda menyerahkan keputusan kepada para orang Farisi dan orang-orang Yahudi.


Orang-orang Yahudi dan Ahli Taurat (Farisi) meminta Yesus dihukum salib. Hukuman salib bukan tradisi Yahudi, tak ditemukan di Perjanjian Lama. Hukuman mati ala Yahudi adalah dirajam -dilempari batu. Hukuman salib berasal dari bangsa Fenisia dan Kartago lalu diterapkan secara luas oleh bangsa Roma. Hukuman salib adalah hukuman penghinaan yang hanya ditujukan untuk budak-budak, penduduk asli jajahan, dan penjahat-penjahat kelas rendah. Warga Roma sendiri jarang disalibkan.
Namun sebelum disalibkan, Yesus disiksa dulu seusai penghakiman oleh Pilatus dengan cara dicambuki. Dan ini adalah sebuah pembantaian, menggunakan flagellum -cemeti khas Romawi berupa tali-tali kulit berpilin berujung duri dan kait besi tajam yang bisa menancap ke sekujur badan pesakitan, mencabut sebagian dagingnya saat cambuk ditarik, dicambuki lagi, menancap lagi, mencabut dagingnya lagi, dst...dst... Bayangkan, darah Yesus terciprat kemana-mana, serpihan dagingnya terlempar ke mana-mana. Drama penyiksaan luar biasa itu diiringi oleh tawa terbahak-bahak tentara-tentara Roma yang terkenal kejam, olokan-olokan orang-orang Yahudi dan para ahli Taurat yang munafik, dan isak tangis para pengikut Yesus. Jesus again in heavy agony...di halaman gedung pengadilan tak jauh dari Bait Allah.
Pencambukan yang sangat sadis itu sudah jelas membuat Yesus menjadi sangat lemah dan hampir mati. Belum lagi mahkota duri yang dianyam tentara Roma dari tanaman semak berduri tajam di tanah Palestina (mungkin spesies Phoenix dactylifera) yang disesakkan dengan cara paksa ke kepala Yesus telah membuat kepalaNya tertusuk permanen dan berdarah-darah selama penyiksaan itu.

--------

Eksekusi hukuman mati berupa penyaliban pun dilakukan di bukit batu di pinggir sebelah barat kota Yerusalem bernama Golgota.
Setelah penyiksaan dengan pencambukkan, Yesus diharuskan memikul sendiri balok kayu salibnya (patibulum, bagian palang atas salib) ke bukit Golgota. Inilah jalan penderitaan yang dilaluinya -via dolorosa, sepanjang jalan itu Ia menerima olok-olok dan diludahi. Sebuah tulisan olokan dibawa di depan, yang nanti dipasang di salibNya: INRI - Iesous Nazaremus Rex Ioudea - Yesus dari Nazareth Raja Yahudi. Berkali-kali Ia jatuh dan terjerembab dengan muka di atas tanah sebab kedua tanganNya terikat di patibulum. Kedua lutut dan dadanya yang memar menekan tanah keras.
Ia terlalu lemah. Ia tidak tidur semalaman setelah perjamuan terakhir pada Kamis malam dan pergumulan jiwa di Getsemani, lalu ia sepagian dan siang hari dihakimi dan disiksa dengan flagellum. Yesus mengalami dehidrasi tingkat parah, keringat bercampur darah yang mengucur di Getsemani, tidak tidur semalaman, darah yang terciprat oleh cambukan fragellum membuat Ia kurang cairan, dan Ia tidak minum sejak perjamuan terakhir pada Kamis malam sebab anggur asam bercampur cuka yang diberikan tentara Roma pun ditolakNya.
Wajar Yesus menjadi sangat lemah karena dehidrasi ditambah luka-luka hebat yang ditahanNya. Maka Ia terjungkal beberapa kali saat memikul patibulum. Seorang pengikut Yesus yang ada di dekat Yesus, Simon dari Kirene, akhirnya dipaksa tentara Roma membawakan patibulum Yesus sebab Yesus sendiri sudah tidak mampu lagi memikulnya.

---------

Tiba di Golgota, Yesus segera dibaringkan di atas tanah, kedua lengannya dilintangkan sejajar patibulum. Dan...dua paku besi dipakukan pada kedua lengan Yesus di dekat pergelanganNya. Paku yang dipakukan di bagian tengah pergelangan ini akan mengenai syaraf "median" (median nerve) dan ini menyebabkan rasa nyeri yang luar biasa sampai para dokter mengatakan sejumlah bius morfin pun tak akan mampu menghentikan rasa nyeri itu. Lalu Yesus dan patibulum tempat memaku kedua lenganNya dinaikkan untuk disatukan ke tiang kayu tegak bernama "simplex". Bobot badan Yesus ditahan dengan cara didudukkan pada palang kayu pendek bernama "sedecula" yang dipakukan melintang pada simplex. Dan ujung kedua kaki Yesus pada kedua tumitnya kemudian dipaku juga. Ini mengenai urat syaraf (nerve) "plantar" pada tumit yang akan menimbulkan nyeri luar biasa. Tumit kanan diletakkan di atas tumit kiri.
Posisi demikian di atas kayu salib akan membuat kejang otot selama penyaliban dalam waktu lama. Posisi ini pun sedemikian rupa dirancang untuk membuat si tersalib susah bernafas. Ini akan menyebabkan oxygen starvation (hypoxia). Para ahli medis modern menduga Yesus akhirnya mati di atas kayu salib setelah tiga jam digantung di salib dalam serangakaian "agony" yang dideritanya sejak di Getsemani, yaitu rangkaian kesakitan berupa: "kejang, kehausan, kelaparan, luka-luka yang terbuka, kekurangan cairan akibat darah dan keringat yang banyak keluar, dan akhirnya sebuah cardiogenic shock.
Cardiogenic shock - shock fatal yang berhubungan dengan gagalnya jantung memompakan darah ke organ-organ badan terjadi karena kegagalan yang berhubungan dengan oxygen starvation (hypoxia) dan nutrient starvation (kurang gula darah) pada akhirnya menghabisi hidup Yesus pada sekitar jam 3 Jumat sore itu, sesaat setelah Yesus berseru berteriak menyerahkan nyawaNya kepada BapaNya.
Yesus cepat matinya di kayu salib sebab siksaan luar biasa yang telah diterimaNya sebelumnya, tidak seperti kedua penjahat yang disalibkan di sebelah-sebelahnya. Kedua penjahat ini belum mati ketika hendak diturunkan dari salibnya sehingga harus dilakukan "crurifragium" oleh tentara Roma yaitu pematahan kaki agar kematian cepat datang. Yesus sudah mati saat hendak diturunkan dari salib menjelang petang. Lambungnya ditusuk tombak tentara Roma tidak bereaksi selain darah dan air yang menyembur keluar.

---------

Drama Jesus in agony di Bukit Golgota ditandai alam oleh sebuah gerhana Matahari yang panjang yang berlangsung dari pukul 12 sampai pukul 3 sore (Matius 27: 45). Lalu kematian Yesus pada pukul 3 sore serentak ditandai oleh gempa yang melanda Yerusalem (Matius 27:51) yang secara geologis dibangkitkan oleh reaktivasi cabang sesar (splay fault) dari Sesar Laut Mati yang bergerak sinistral membelah bukit-bukit batu dan menyobek tirai besar di Bait Allah - membuat orang-orang Yahudi dan tentara-tentara Romawi yang menyalibkan Yesus gempar ketakutan seraya mengaku, "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." (Matius 27:54b).
Demikian, "Jesus in Agony" yang saya rangkai ceritanya dari kesaksian-kesaksian Alkitab serta penelitian-penelitian teologia, arkeologi, dan ilmu kedokteran. Kitab-Kitab Suci menceritakan pergumulan dan penyaliban Yesus secara halus, kenyataan yang sebenarnya adalah bahwa ini mungkin siksaan paling biadab dalam sejarah atas seseorang yang tidak bersalah.

----------

Rekan-rekan seiman saya, Kristiani, tahu mengapa Yesus dengan sengaja memilih melakukan itu. Jalan salib adalah pilihanNya untuk memerdekakan orang-orang yang percaya kepadaNya. Selamat memperingati, mengingat, merenungi, dan memaknai Jumat Agung.***

Penulis: Awang Satyana, Jumat Agung 25 Maret 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indonesia

Air Hidup

Advertise Here

Designed By VungTauZ.Com