Breaking News

Islam

Politik

Kamis, 31 Desember 2015

DUA WAJAH PKS

Di mata saya PKS kini punya dua wajah. Wajah pertama adalah DPP PKS yang dipimpin Presidennya yang baru Sohibul Iman.
Pada wajah ini PKS menyadari magmet politik Jokowi makin kuat. Memusuhi Jokowi sama saja bunuh diri. Makanya sejak pertama kali terpilih sebagai Presiden PKS, Sahibul Iman mewanti-wanti kadernya berhenti mencaci maki Jokowi.

Kekuatiran DPP terbukti saat Pilkada yang lalu. Suara PKS jauh dari target. Untuk memulihkan kembali citranya pengurus DPP mendatangi Jokowi di Istana. Statemennya tentang pemerintahan Jokowi juga sangat lunak. "Kalau bagus, tentu kami dukung," ujar Presiden PKS kepada wartawan.
Bukan hanya itu. PKS juga memberi sinyal untuk mengganti Fahri Hamzah sebagai wakil ketua DPR. Fahri memang dikenal sebagai oposan Jokowi kelas wahid.

Semua ini adalah langkah politik PKS untuk mencuri simpati publik. Sebab mereka sadar politik 'kebencian' yang selama ini dipraktekan justru menjadi bumerang. Pisaunya memotong suara mereka sendiri.
Tapi PKS juga punya Jonru, sang juru tebar isu. Mereka juga punya Pekanews dan PKSpiyungan. Sejak Pilpres kemarin populasi orang sejenis Jonru dan pengikut piyungan lumayan banyak. Mereka ini yang selalu nyinyir pada Jokowi sampai sekarang. Tidak peduli fakta atau fitnah. Nyinyir dulu, verifikasi belakangan.
Saya yakin di FB atau twitter dengan mudah kita bisa menemukan mahluk jenis ini. Mereka menampilkan wajah PKS yang lain.
Langkah DPP adalah langkah politik. Mirip fatwa politik. Jika fatwa agama itu bersifat konsisten dalam segala keadaan, beda dengan fatwa politik yang bisa berubah tergantung kepentingan.
Fatwa haram memilih pemimpin perempuan, misalnya. Fatwa tersebut tidak beredar pada Pilkada Tanggerang Selatan yang baru lalu. Di Tangsel PKS mendukung Airin Diany.
Atau fatwa haram memilih pemimpin non-muslim. Fatwa itu tidak terdengar saat pemilihan walkot Solo beberapa waktu lalu. Ketika itu Jokowi berpasangan dengan FX Rudi yang non-muslim. Kebetulan PKS jadi salah satu partai pendukungnya.

Tapi saat di Jakarta Jokowi berpasangan dengan Ahok dan PKS jadi rivalnya, fatwa haram memilih pemimpin non-muslim beredar luas.
Saya sih, memahami itu cuma bagian dari strategi politik. Cuma sekadar main-main atas nama agama. Yang namanya politik bisa berubah setiap saat. Jangankan sikap terhadap Jokowi. Wong fatwa agama aja bisa berubah, kok.

Bagi saya PKS memang cuma partai politik. Sama seperti PKI atau Golkar. Sebagai Parpol tentu bisa saja menggunakan berbagai strategi untuk meraih kekuasaan, termasuk politisasi isu-isu agama.
Sedangkan wajah Jonru, piyungan dan pengikutnya adalah wajah ideologis. Wajah yang jujur. Wajah yang apa adanya. Wajah PKS sebelum memakai bedak dan lipstik. Mereka bisa dianggap mewakili pikiran dan perasaan kader PKS.

Jonru


Sejak seruan DPP tentang bicara yang lebih santun, sikap Jonru dan Piyungan toh, tidak berubah. Terlihat dari konten dan ocehannya. Sebagian besar kader di lapangan juga sama saja.
Ini memang fenomena luar biasa. Partai yang dibangun dengan semangat tarbiyah itu kini menemui jalannya sendiri. Dulu setiap kader sangat tunduk pada murobi-nya. Kini, seorang Jonru bahkan berani menantang Presiden PKS.

Penulis: Eko Kuntadhi
Read more ...

Selasa, 29 Desember 2015

AHOK, HULK SI PEMARAH

Ahok itu sebenarnya orang yang sangat penyayang kepada sesama.

Kasus Kampung Pulo dan Metro mini adalah gambaran siapa Ahok sesungguhnya. Dibalik kerasnya dan kasarnya ia berbicara, hatinya sebenarnya trenyuh. Ia gabungan antara Hulk si pemarah dan Sinterklas pemberi hadiah.

Ia trenyuh melihat betapa bertahun2 warga Jakarta ketakutan dengan sikap ugal2an supir metromini. Tetapi ia tahu, bahwa supir metromini begitu karena mereka mengejar setoran untuk makan. Disamping itu ia ingin menyelesaikan masalah kemacetan di Jakarta, dan yang pasti ia ingin Jakarta ini seperti kota di negara maju dimana semua tertata dengan rapih dan modern.

Ahok, Hulk Si Pemarah


Bagaimana menyatukan itu semua ?

Masalahnya ada di sistem transportasi. Ia lalu menawarkan konsep integrasi dalam sistem transportasi. Transportasi Jakarta harus nyaman, aman, murah dan tepat waktu. Dengan kenyamanan yang ada, maka warga Jakarta akan lebih memilih transportasi umum daripada naik kendaraan pribadi.
Maka ia menawarkan kepada kopaja dan metromini untuk bergabung dengan transJakarta, dengan syarat perbarui armadamu. Sudah lama ia menawarkan konsep itu, tetapi selalu ditolak karena pengusaha angkutan umum sudah terlalu nyaman dengan sistem yang ada.

Dengan bergabungnya angkutan umum dalam satu moda yang terintergrasi, ia juga sekalian ingin mengangkat harkat para supir yang selalu "kejar setoran". Ia menawarkan sistem gaji berdasarkan kilometer berjalan, bukan berdasarkan jumlah penumpang. Dengan begitu, supir tidak lagi ugal-ugalan dan berlomba dengan sesamanya utk rebutan penumpang. Supir bisa mendapat sampai 7 juta per bulan, tanpa harus mempertaruhkan nyawanya dan nyawa penumpangnya hanya karena "kejar setoran".
Saya pernah lama tinggal di Jakarta, memang sangat berbahaya sebagai penumpang. Baru kaki naik sebelah, kernet sudah teriak kenceng, "Tarikkkkk..." Bus pun sudah lari kayak setan dikejar naga, apalagi kalau dibelakang sudah terlihat moncong rekannya.. Belum lagi di dalam bus desak2kan campur keringat, parfum murahan dan ketek yang jarang disiram. Dimana konsep manusiawinya ?

Selain itu kekumuhan di moda transportasi selama ini mengundang pengamen, pengemis, pemeras dan pencopet. Memberantas itu harus mulai dari akarnya, maka perbaharui sistemnya.
Nah, ketika ia sudah menawarkan sistem yang menguntungkan semua dan ditolak bahkan pake acara ngancam2, ia pun marah besar. Tidak ada yang bisa mengancam Ahok, bahkan dewa Zeus sekalipun. Ia balik mengancam, kalau mau bertarung mereka akan habis. Preman lawan dengan gaya preman. Kalau preman dilawan dengan gaya ratu kecantikan, ya bisa diperkosa sekelurahan.
Itulah Ahok dan dia tidak habis pikir kenapa orang yang mau diangkat harkat hidupnya malah melawan dirinya. Ahok bukan sekedar menghancurkan sistem lama, ia juga sudah menyiapkan solusinya sehingga tidak ada yang dirugikan. Apa kurangnya dia ?

Jadi kalau ada orang2 yang sok santun mengatakan Ahok itu sebagai pejabat tidak boleh kasar, dia tidak paham bagaimana susahnya melawan mental preman. Preman itu harus digertak bukan dihadapi dengan tangan melambai. Yang penting, lihat konsep besarnya maka akan mengerti arahnya.
Buat saya, Ahok adalah Gubernur terbaik se-Indonesia. Belum tentu Gubernur dari daerah lain ditempatkan di Jakarta bisa berlaku seperti dia. Mungkin sudah melambaikan tangan ke kamera tanda menyerah. Bu Risma masih didukung warga Surabaya, lha Ahok bahkan sebagian warganya ikut melawan dia.
Saya tidak bisa bayangkan, bagaimana rumitnya mengurai benang kusut di Jakarta yang terpelihara sekian lama. Mungkin secangkir kopi setiap pagi sudah tidak terasa lagi manisnya.

5-10 tahun lagi, ketika Jakarta sudah tertata dengan rapih, modern dan nyaman untuk ditinggali, kita akan berdecak kagum mengingat perjuangannya. Si Cina yang sering dimaki kafir itu benar2 malaikat yang diturunkan untuk warga Jakarta.

Ahok, may Allah bless you. Semoga natal ini, Tuhan memberkatimu.
Tertanda,
FBA - Fans Berat Ahok.

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Minggu, 27 Desember 2015

AHOK DAN HAJI SETYA

Setya Novanto dan Ahok sama-sama politisi keturunan Cina. Tapi dari keduanya ada perbedaan sangat lebar. Soal keturunan misalnya, Setya Novanto seperti ingin menyembunyikan kecinaannya, Ahok terang-terangan dengan garis leluhurnya. Panggilannya aja Ahok!

Ahok dan Haji Stya Novanto

Setya mulanya beragama katolik. Terpilih tiga periode menjadi anggota DPR dari daerah pemilihan NTT yang sebagian besar penduduknya beragama katolik. Dia mengganti agamanya menjadi muslim. Sudah berangkat haji. Saat proses pemilihan menjadi ketua DPR-RI tidak ada gonjang-ganjing isu agama.
Ahok beragama Kristen. Saat Adyaksa Daut menyarankan dia masuk Islam, agar bisa terpilih jadi Gubernur, Ahok tidak menanggapi dengan serius. Dalam banyak kesempatan, bahkan Ahok melontarkan kemuakannya jika agama dibawa-bawa ke ranah politik. Bagi Ahok, agama itu di atas politik. Dia tidak akan melepas keyakinannya hanya untuk terpilih jadi Gubernur.

Soal gaya bicara di depan publik, Setya Novanto terkesan santun. Suaranya pelan. Penuh dengan kata-kata normatif. Diksinya khas pejabat orde baru. Bahkan dia bisa bicara bahwa dia sedang membela kepentingan bangsa dan negara, saat rekaman papa minta saham beredar.
Beda dengan Ahok. Gaya bicara Ahok meledak-ledak. Spontan. Pilihan diksinya persis seperti obrolan rakyat kebanyakan. Kita bisa dengar, "UPS nenek lu!," dari mulut Ahok.

Setya Novanto suka dengan pembicaraan tertutup. Dia agak alergi keterbukan. Bahkan kabarnya dia berniat mempolisikan Menteri Sudirman Said yang membawa rekaman pembicaraan antara Setya dengan Freeport sebagai barang bukti ke MKD. Bagi Setya merekam pembicaraan orang, meskipun dia pejabat negara yang sedang mencatut nama Presiden, termasuk tindakan kriminal.

Setya mungkin lupa, berapa banyak maling yang tertangkap karena aksinya terekam CCTV. Jika suatu saat nanti ada maling yang menuntut pengeola minimarket, karena memasang CCTV yang merekam aksi kejahatannya, itu artinya dia maling paling pede sedunia-akhirat.
Sedangkan Ahok suka dengan keterbukaan. Sejak jadi angota DPR rakyat bisa tahu kemana uang reses digunakan Ahok, dan berapa yang dikembalikannya ke kas negara. Semua disusun lengkap dengan lampiran kuitansi, lalu dipampang di situs pribadinya. Saat menjabat Wagub sampai jadi Gubernur DKI, Ahok kerap merekam rapat-rapat pejabat DKI lantas diupload ke dunia maya. Rakyat bisa tahu apa yang dibicarakannya dan bagaimana para pejabat itu bekerja.

Fadli Zon dan Haji Setya Novanto

Nama Setya Novanto sering disebut-sebut dalam skandal proyek-proyek besar. Sebelum isu papa minta saham, kita sudah mendengar kasus Bank Bali, e-KTP, Penyelewengan dana PON Riau dan berbagai mega proyek lainnya.

Nama Ahok dikenal sebagai pejabat yang antikorupsi. "Tidak usah berkorban untuk Indonesia. Cukup tidak korupsi saja, itu sudah memberikan sumbangan terbesar bagi rakyat," ujar Ahok.
Pada akhirnya kita tidak bisa menilai pemimpin berdasarkan tampilan luar. Tidak bisa menilai dari ras dan agama yang dianutnya. Nilai pemimpin terletak dari apa yang sudah diperjuangkan untuk rakyat...

Penulis: Eko Kuntadhi
Read more ...

Jumat, 25 Desember 2015

MEREKA YG SELESAI DGN DIRINYA

Dalam peristiwa Freeport ini, ada satu momen menarik yg banyak terlewatkan karena kericuhannya.
Momen itu adalah pernyataan pak Luhut Panjaitan, Menkopolhukam. Ia berkata, "Saya sudah minta izin kepada istri saya utk menjadi menteri. Saya berjanji tidak akan melacurkan diri. Saya sudah selesai dengan diri saya. Tidak ada lagi kepentingan.."
Sebenarnya, apa yang dimaksud pak Luhut bahwa ia sudah selesai dengan dirinya ?
Yang harus kita paham, bahwa kita sebagai manusia selalu terbungkus oleh nafsu. Nafsu ini adalah binatang liar di dalam diri yang tidak mudah ditundukkan. Orientasi manusia selalu berbeda sehingga model nafsunya pun berbeda.


Luhut Panjaitan

Ada yg nafsu terhadap harta sehingga terus menerus mengumpulkan harta dalam hidupnya. Ada yg terkungkung nafsu thd lawan jenisnya, sehingga selalu berfikir bagaimana bs menaklukkan mereka. Bahkan ada yg menggunakan nafsu dalam ilmunya, sehingga ia terus menerus berdebat dan mencari lawan dalam setiap langkahnya.

Pergulatan manusia dalam memerangi nafsunya adalah peperangan terbesar sepanjang zaman. Ada yang menang, tetapi lebih banyak lagi yang kalah. Ketika mereka kalah, nafsu akan menguasai dirinya sehingga secara tidak sadar ia sudah kehilangan dirinya sendiri. Ketika nafsu sudah membungkus penuh manusia, manusia bisa menjadi hewan berkaki dua. Mungkin itu jg salah satu maksud Tuhan menciptakan hewan, menunjukkan bagaimana jika seorang manusia sudah kehilangan hartanya yg paling berharga yaitu akal.
Orang yang sudah selesai dengan dirinya, menunjukkan bahwa ia sudah muak dgn apa yg selalu dikejarnya, dibanggakannya. Ia sudah tidak lagi mencari ukuran dari pandangan manusia lain. Ia lebih cenderung mencari sisi spiritualnya yg sudah lama hilang.

Dalam kasus Luhut Panjaitan, harta sudah bukan lagi menjadi ukurannya karena orientasi beliau memang kesana. Ia sudah mempunyai perusahaan2 besar dgn asset ratusan miliaran rupiah. Ia sudah sangat terbiasa dgn semua itu dan sudah mencapai titik jenuhnya. Ia ingin mencari sesuatu yang lain, mencari dirinya sendiri yg sudah lama hilang. Dan pada tahapan seperti ini, orang condong melakukan kegiatan sosial.
Kegiatan sosialnya BIll Gates adalah mendirikan badan amal utk kanker. Sedangkan Warren Buffet lebih senang jalan bersama cucunya. Anton Medan sudah muak dgn dunia hitamnya, sehingga kini ia merasa punya kewajiban utk berbicara kpd anak muda spy jangan terjerumus ke tempat yg sama. Mereka sudah selesai dengan dirinya dan sedang mencari kegunaannya kepada manusia lain.

Apakah berarti pemuka agama adalah orang yg sudah selesai dgn dirinya ? Belum tentu, karena lebih banyak pemuka agama yang kuat di ritual tetapi miskin di spiritual. Mereka2 ini silau dgn gemerlapnya dunia, dan selalu membungkus dirinya dgn ayat, dgn firman, bukan untuk menghadirkan Tuhan dalam dirinya tetapi utk dimanfaatkan dalam mencari dunia. Dan Tuhan selalu menguji mereka unttuk menunjukkan kepada manusia lain yg berfikir dan bisa mengambil pelajaran darinya.

Biasanya mereka yg sudah selesai dgn dirinya, sudah banyak meninggalkan sisi kemateriannya. Nafsunya sudah meninggalkan dirinya karena ia sudah sangat kenyang akan pengalaman. Ia ingin membuat dirinya menjadi lebih berarti bagi manusia lain, bukan utk dirinya lagi. Jika mereka tidak ada di tempat2 sepi, mereka selalu terlibat dalam kegiatan sosial.
Apa yg saya cari lagi di dunia ini ? Semua sudah saya rasakan. Dan saya bahkan tidak menemukan apa2 di dalamnya. Lalu, apa yg selalu saya kejar selama ini jika jiwaku tetap saja kosong ? Begitulah kira2 pertanyaan2 dalam benaknya yang menariknya kebawah, ke dasar bumi, setelah selama ini ia berada di awan.

Hanya memang lebih banyak manusia yg tidak pernah puas dalam hidupnya. Ia selalu haus akan materi. Haus akan sanjungan. Dan memang Tuhan sudah mencabut nikmat akalnya, sehingga ia berjalan spt orang buta, kehilangan dirinya. Sudah tidak punya rasa malu meski ia ditelanjangi begitu rupa karena ia selalu mencari pembenaran dalam semua aksinya.

Sudah dikasi kekayaan begitu banyak, masih saja mencari kekayaan lebih dengan cita2 memiliki jet pribadi. Nanti sdh dapat jet pribadi, ingin punya pulau pribadi. Bahkan kalau bisa, ia akan memesan kamar VVIP di surga dan mengatur Tuhan seakan2 ia punya saham disana.

Luhut Panjaitan dan Fadli Zon
Mungkin ketika matinya, penghuni kubur akan ribut karena ada Papa Minta Surga.

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Rabu, 23 Desember 2015

BELAJAR KE NEGERI CHINA

Jika melihat apa yang dilakukan pemerintahan Jokowi ini, sekilas mirip dengan apa yg dilakukan China.
China adalah negara besar dengan total jumlah penduduk lebih dari 1 milyar jiwa. Pada masa pemerintahan Mao Zedong, China menganut sistem sosialisme penuh dengan menolak sistem kapitalisme ala barat. Seluruh sistem ekonomi sepenuhnya dikuasai pemerintah.

Belajar Ke Negeri Cina

Sistem sosialisme penuh ini ternyata menyebabkan kekacauan di China. Negara ini tidak berhasil mengeksplore dirinya lebih jauh karena banyak keterbatasan pemerintah. Gerak swasta sangat dibatasi, sedangkan korupsi di pemerintahan menggila karena kekuasaan yg tidak terbatas.

Memasuki era Deng Xiaoping, sistem ekonominya lebih pragmatis. Deng berhasil me-restrukturisasi sistem ekonomi China dengan menggabungkan konsep sosialisme dan kapitalisme. China membuka diri terhadap investasi asing dan swasta diberikan peran lebih dalam ekonomi, tetapi semua tetap mengikuti peraturan pemerintah. Pemerintah memberi fasilitas2 kepada swasta, membeli hasil kerja mereka dan menjualnya di pasar internasional.

Dengan sistem penggabungan itu, China tumbuh menjadi negara dengan ekonomi raksasa. Pemerintah menjadi pemain bukan hanya sebatas sbg pembuat kebijakan.
Kebalikan dengan Indonesia. Pada masa lalu sistem ekonomi kita menganut sistem kapiitalisme penuh. Negara hanya sebatas sbg pembuat kebijakan sedangkan swasta menjadi pemain dominan dalam ekonomi. Modal asing masuk dgn deras dan menguasai banyak sektor. Pemerintahan sangat korup karena mempermainkan regulasi atau kebijakan.

Ketika era pemerintahan Jokowi ini, negara mulai bermain dengan banyak mengambil alih sektor2 yg selama ini dikuasai kumpulan swasta. Sektor pendidikan, sektor kesehatan bahkan sektor transportasi mulai dikuasai negara dgn sistem akuisis secara halus.
Terbitnya BPJS mengambil alih peran kuat perusahaan asuransi asing yg selama ini berjaya disana. Dari premi yg diterima pemerintah trilyunan rupiah setiap tahun, digunakan utk pembiayaan infrastruktur dan penambahan modal kepada BUMN utk semakin memperkuat posisinya di internasional.
Di Jakarta, proyek Transjakarta menghantam lahan yg selama ini dinikmati bertahun2 oleh Organda. Pembangunan sistem transportasi dimana2 mulai dr tol laut smp mass rapid transit di kembangkan. Pulau2 dibangun rel kereta utk meningkatkan ekomoni.

Proyek swasembada pangan ditingkatkan utk menghantam impor yg selama ini dikuasai swasta. Presiden pun sudah meminta PTPN menyediakan 10 rb hektar lahan sbg pengembangan buah lokal. Pelan2 peran swasta yg dulu bermain secara bebas, diatur dan dikendalikan oleh pemerintah.
Kalau dulu China menganut sistem sosialisme kemudian akhirnya dipadukan dgn kapitalisme, Indonesia yg dulu menganut sistem kapitalisme sekarang memadukannya dgn sosialisme.
Dengan memadukan sistem ini, maka Indonesia sudah melakukan hal yg mirip dengan China dimana negara bermain dengan baik mengatur swasta, mengambil keuntungan darinya dan digunakan utk memajukan negara ini.

Karena itulah PT Freeport tidak bisa lagi bermain2 dgn pemerintahan sekarang, karena pemerintah tdk hanya mau bermain di sisi kebijakan dan pajak saja, tapi sudah harus menjadi pemain utama. Sudah terlalu lama kita duduk di bangku cadangan.
Ah, seandainya dulu pada zaman Soeharto beliau memainkan dengan baik kediktatoran-nya utk seluruh bangsa bukan hanya untuk kelompoknya yg rakus itu saja, bisa dibayangkan negara kita ini kayanya seperti apa. Meski kelihatannya negara ini maju tapi realitanya kapal ini bocornya dimana2.

Ditambah lagi periode 10 tahun yang bocornya di Kalimantan, nambalnya di Senayan, ya makin banyak bocornya. Bocor karena memang sengaja tidak ditambal dengan baik, hanya dikasih selang dan dialirkan ke tangki2 yg sudah disiapkan.

Sambil nyeruput kopi, ngomong masalah bocor saya kok jadi ingat seseorang yang tidak boleh disebut namanya itu ya ?
Oke, kita sebut saja namanya "Mawar". Mawar adalah korban perkosaan.... Halah, malah kayak berita kriminal di koran.

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Senin, 21 Desember 2015

TENTANG KATEGORI ORANG

Gus Dur pernah berkata, jika kamu berbuat baik, orang tidak akan tanya apa agamamu. Kutipan ini saya baca di sebuah dinding tempat berkumpul tukang ojeg di daerah Kalimalang, Jakarta.
Kalimat ini juga bisa bermakna, jika orang berbuat jahat kita juga tidak perlu tanya apa agamanya.
Ini menyangkut kategorisasi kita memandang orang lain. Sebagian orang seringkali keserimpet dalam soal ini. Dalam menilai orang kita kadang memasukan dalam keranjang yang salah.

Agama di Indonesia

Sering kita mendengar kata kafir, yang ditujukan pada pemeluk agama lain. Atau tudingan sesat pada kelompok yang berbeda tafsir keagamaan. Kita mengkategorikan orang berdasarkan label agamanya.
Setiap agama memang menjelaskan bahwa ajarannya yang paling benar. Itu berfungsi untuk menguatkan keyakinan pengikutnya. Yakinilah hal tersebut dalam ruang pribadi. Namun ketika di ruang publik, kita harus memahami ada keyakinan orang lain yang juga merasa benar dengan agamanya. Ada orang lain yang bisa saja berbeda tafsir dalam soal keagamaan.

Makanya kita tidak perlu bersorak ketika ada orang masuk ke agama kita. Saya sendiri tidak nyaman dengan berita seseorang pindah agama, apalagi selebritis, sebab berita itu bertendensi menonjolkan agama barunya dan menyalahkan agama lamanya.
Padahal tidak bertambah kebenaran agama kita, hanya karena ada orang lain yang masuk. Tidak juga berkurang kebenarannya hanya karena ada yang murtad.
Sesungguhnya dalam kehidupan, kita akan lebih nyaman bergaul dengan orang yang baik, meskioun agamanya berbeda. Kita juga membenci orang yang jahat, meski seagama dengan kita. Itu adalah manusiawi.

Kita menilai orang dari apa yang dilakukannya, bukan dari apa yang dianutnya. Soal apakah dia menganut agama yang benar atau salah, biarkan itu bagian Tuhan yang menilai.
Jadi kategorisasinya adalah antara orang baik dan orang jahat. Tentang orang yang menegakkan keadilan atau melaksanakan kezaliman. Tentang jujur atau curang.

Intinya tentang apa yang dilakukan seseorang. Tentang tindakannya. Bukan tentang status muslim dan non-muslim. Bukan suni atau syiah. Bukan kristen dan non-kristiani. Dan seterusnya.
Begitupun ketika kita menilai para pemimpin politik. Akan lebih enak melihat dari apa yang sudah dilakukannya, bagaimana rekam jejaknya, ketimbang mempermasalahkan apa agamanya.
Sama seperti ketika Anda menilai Setya Novanto. Sebagai ketua DPR mungkin banyak angka merahnya. Kelakuannya menghadiri kampanye Donald Trump dan kasus papa minta saham, bikin rapotnya jeblok.
Tapi coba beberapa puluh tahun lalu Anda menilai dari segi tampilan fisiknya. Setya pernah dinobatkan jadi pria terganteng se-Surabaya, lho...

Penulis: Eko Kuntadhi
Read more ...

Sabtu, 19 Desember 2015

MELAWAN RADIKALISME

Kegaduhan sektarian yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia ini, tidak mungkin luput dari pandangan Badan Intelijen Negara.
Hanya model penanganannya yang harus ekstra hati2, karena salah bertindak bisa menjadi bumerang bagi pemerintah RI. Kita harus paham bagaimana pola2 mereka dalam mengadu-domba rakyat di Indonesia dengan berkaca dari apa yg terjadi di Suriah.

Melawan Rasdikalisme

Isu sektarian di Suriah awalnya dihembuskan di kalangan masyarakat di daerah. Isu itu semakin berkembang dengan munculnya kelompok2 radikal disana yang mirip dengan ormas2 radikal disini. Ormas radikal di Suriah menghembuskan ketidak-percayaan kepada pemerintah, sama dengan ormas disini yang menghembuskan ketidak-percayaan kepada Pancasila sebagai lambang negara dan ingin menggantinya.
Isu itu semakin membesar karena tidak mendapat penanganan khusus dan akhirnya membelah masyarakat menjadi pro dan kontra terhadap Bashar Assad. Gelontoran dana dari luar membeli ulama2 di Suriah utk menghembuskan perpecahan. Ulama yg tidak berpihak kepada mereka kemudian dibunuh, spt peristiwa bom bunuh diri yg menewaskan ulama terkenal Syaikh al Bouthi di Damaskus.

Karena isu pemberontakan meluas, maka tentara Suriah melakukan tekanan kepada kelompok yang kontra pemerintah dan berujung dengan dipenjaranya beberapa tokoh mereka. Perlawanan terhadap pemerintah semakin meluas di daerah, sehingga mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa dari kelompok militan. Berdasarkan situasi inilah, kelompok militan membangun kelompok perlawanan bernama Free Syrian Army dengan bantuan rekrutan jihadis2 asing yang sudah dipersiapkan di Turki.

Karena itu kita harus mengerti kenapa pemerintah seakan membiarkan ormas2 radikal itu bebas berorasi disini. Sebenarnya juga salah jika dibilang membiarkan, karena pemerintah sudah punya formulanya yang dijalankan secara bertahap. Mulai dari pembentukan konsep Islam nusantara, hari santri sampai bela negara adalah bentuk penanganan terhadap virus radikal yang ingin membesar di Indonesia.
Cara bermain pemerintah untuk menangani kelompok radikal, mirip dengan apa yang mereka ingin lakukan dengan KPK sekarang, yaitu lebih mengutamakan konsep pencegahan daripada penangkapan. Dan untuk menjalankan konsep pencegahan itu, masyarakat harus dilibatkan secara aktif.
Cara masyarakat supaya ikut aktif mencegah adalah dengan memainkan isu2 yang sebenarnya menghantam ormas2 radikal itu sendiri. Inilah mainan intelijen. Mereka bukan eksekutor seperti Densus 88. Mereka lebih condong bermain otak daripada otot.

Dan tanpa kita sadari, kita sebenarnya sudah terikut permainan intelijen dari BIN, terlihat tapi tidak terasa.
Berdirinya ANAS aliansi nasional toleransi untuk menghadapi ANNAS aliansi nasional anti syiah. Bergeraknya warga Nahdliyin mengusir kelompok wahabi di Aceh dan Madura, tampak seperti kekerasan tapi tidak terjadi bentrokan apa2. Bergeraknya masyarakat Banyumas mendatangi kantor HTI dan memaksa kelompok itu untuk memasang lambang garuda di kantor perwakilannya, adalah model2 yang melibatkan masyarakat aktif melakukan pencegahan supaya kelompok radikal itu tidak berkembang luas.
Bahkan kita harus curiga bahwa reaksi keras masyarakat Sunda membesarkan masalah plesetan sampurasun menjadi campur racun oleh Habib Rizieq, adalah bagian dari permainan intelijen. Masyarakat Sunda yang terkenal halus tiba2 berubah menjadi keras dan menolak FPI di wilayah Jawa barat.

Begitu juga di Bali yang tiba2 mencuat masalah wisata syariah dan mengobarkan semangat penolakan. Bisa jadi itu adalah sebuah cara supaya Bali ikut aktif dalam menangkal radikalisme yang berbau timur tengah. Penanda-tanganan piagam tantular yg baru saja dilakukan adalah cara efektif meredam gejolak yg terlihat sengaja dipanaskan dan dibiarkan liar.

Indonesia Bersatu
Permainan2 kontra intelijen ini mirip dengan apa yang dilakukan Jokowi dalam menangani situasi tekanan terhadap pemerintahannya. Belah dua partai lawan, lalu pecahkan koalisi mereka, biarkan mereka merasa diatas angin dan buka kebusukan yg mereka lakukan, lalu biarkan masyarakat yang aktif menilai. Jadikan semua itu bola panas dan liar tapi lokalisir kegaduhannya.
Kalau dibaratkan menyembuhkan kanker stadium 4, pemerintah Suriah melakukan amputasi terhadap organ yang terkena tetapi pemerintah Indonesia melakukan penyembuhan bertahap, meski terlihat mata seperti lamban.

Yang harus menjadi patokan, Jokowi sudah mencanangkan di Internasional bahwa Indonesia adalah model bagi Islam yang cerdas, berwawasan dan ramah bukan tanpa tujuan dan proses. Tujuan sudah ditetapkan dan proses sedang berjalan. Dan bagaimana model pencegahan radikalisme disini tanpa kekerasan atau campur tangan pemerintah adalah dengan melibatkan secara aktif rakyat Indonesia supaya terlibat penuh dan waspada.

“Buatlah jalan musuh memutar dan pancinglah mereka dengan keuntungan..” Tsun Zu.
Ini permainan catur yang menarik dan disamping papan catur tentu ada secangkir kopi hitam yang hangat.

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Kamis, 17 Desember 2015

BALI YANG SYARIAH

Saya 2 tahun tinggal di Bali.
Saya rela keluar dari kerjaan lama dan memulai kerja dari bawah lagi hanya supaya bisa tinggal di Bali.
Bali itu eksotik sekaligus misterius. Disana terjadi pertemuan dua arus besar antara dunia modern dan ketatnya unsur tradisional. Menariknya, kedua unsur yg sebenarnya berbeda ini bukannya saling menolak, malah saling berkait. Di Bali begitu mudah kita menemukan kendaraan terbaru semudah kita menemukan patung2 yang bercerita tentang legenda masa lalu.

Orang Bali itu aneh menurut saya. Mereka begitu terbukanya terhadap pendatang baru, tetapi mereka bisa menjaga adat istiadat mereka dengan sangat kuat sehingga tidak kehilangan identitas dirinya. Bandingkan dengan Jakarta misalnya, dimana ciri masyarakat Betawi harus dipaksa dilestarikan supaya tidak hilang tergerus arus modernisasi. Anak muda di Bali-pun bangga dengan pakaian tradisional mereka, sebangga mereka menyanyikan lagu2nya Rihanna.
Meskipun begitu, karena saya muslim, terkadang saya harus menahan diri terhadap rasa mual melihat makanan sejenis lawar, yang tampak seperti daging babi dan darahnya diaduk menjadi satu dan menjadi makanan lezat bagi masyarakat Bali. Tapi lama2 saya terbiasa juga melihat teman saya yg asli Bali makan dengan lahapnya di samping saya.

Dengan semua kelebihan yang ada pada Bali dan membuat saya jatuh cinta pada suasana, keluguan dan kebaikan masyarakatnya, saya menjadi heran ketika pemerintah hendak menjadikan Bali sebagai salah satu destinasi wisata syariah.
Pemerintah seharusnya paham, bahwa kata "syariah" itu berarti aturan yg tunduk pada ketetapan Tuhan dan dalam hal ini syariah identik dengan Islam. Lalu, bagaimana Bali yang mayoritas Hindu bisa menerima begitu saja identitas agama lain disematkan kepada mereka ?
Pemerintah juga seharusnya peka, bahwa Islam yg selama ini dikenal oleh warga Bali adalah Islam fundamentalis yang sudah mengacak2 periuk makan mereka dengan bom Bali 1&2. Peristiwa yang menghancurkan tiang ekonomi mereka yang sepenuhnya bergantung pada pariwisata. Dan menyematkan kata "syariah" memunculkan kembali trauma mereka.

Bali Yang Syariah


Pemerintah harus sadar bahwa Bali tidak ingin mengganti pemandangan pantai mereka yang indah dengan gurun pasir yang banyak onta. Bali sudah sangat cukup dengan turis Eropa, Jepang dan Australia sehingga tidak membutuhkan turis timur tengah yg sangat pelit tapi permintaannya banyak luar biasa.
Warga Bali juga paham bahwa "syariah" yang dimaksud bukan meng-Islamisasi Bali, melainkan hanya menyediakan restoran Islami, hotel Islami. Tapi kenapa mesti harus bicara syariah ? Selama ini disana kalau ingin mencari masakan muslim, cukup cari rumah makan Jawa atau Padang. Itu sudah ciri yang melekat halal-nya, tidak usah lagi pake label syariah2an. Kalau hotel ngapain juga pake konsep syariah ?
Warga Bali tidak perlu mengemis turis, justru turis-lah yang harus beradaptasi dengan adat dan budaya mereka. Tidak perlu dengan alasan untuk meningkatkan pendapatan dari sisi pariwisata, Bali adalah penyumbang pendapatan pariwisata terbesar di Indonesia. Bahkan Bali bisa lebih terkenal diluar daripada nama Indonesia.

Pemerintah harus memahami Bali dan menghargai berapa lama mereka mempertahankan ciri khas mereka dengan meminta gedung2 yang ada di Bali harus mempunyai ciri Bali, lalu untuk apa pemerintah memaksa mereka harus bernuansa timur tengah ?
Biarkan Bali dengan Bali-nya. Selama ini mereka tenteram, damai dan orang Hindu disana sebagai mayoritas menjaga minoritas lainnya dengan tanggung-jawab dan amanah. Jangan mereka digesek2an sehingga keluar ego keagamaannnya.

Coba, beranikah pemerintah memaksa warga Aceh untuk mendirikan sebuah pura disana ? Wong, gereja aja dibakar apalagi pura yang asumsi masyarakat sana adalah menyembah patung. Biarkan semua berkembang sesuai dengan budaya yang ada tanpa harus dipaksa mereka menerima. Pemerintah jangan karena alasan menambah devisa dari pariwisata, tidak bertanya dulu kepada masyarakat sekitar apakah menerima atau tidak ? Jangan main paksa.

Pada waktu kerusuhan Mei 98, berbondong2 warga Jakarta mengungsi ke Bali. Pada waktu kerusuhan Ambon, warga Ambon juga banyak yg mengungsi ke Bali. Itu tandanya Bali masih teridentifikasi sebagai tempat aman, jangan pula malah dijadikan tempat yang tidak aman.
Begitu banyak wisata syariah yang bisa dibangun di daerah yg sesuai, kenapa mesti memaksa Bali ? Kalau yang dimaksud wisata syariah adalah wisata reliji, bukankah selama ini Bali juga menyediakan wisata reliji tanpa harus gembor2 ?

Bali ya Bali, mereka tidak bisa dipaksa menjadi Sulawesi. Nasar ya Nasar, ia tidak bisa dipaksa menjad atlet angkat besi. Bisa aneh jadinya, ketika tangannya yang kekar dan berotot mengacung di depan kamera sambil jarinya di kuncupkan ke atas dan berkata dengan suara gemulai, "sini, kuremas punyamu..."

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Selasa, 15 Desember 2015

GAGAL MANING, PAK ADHYAKSA?

Kalau soal manuver politik boleh-lah pak Adhyaksa dault ini.
Track record beliau mulai dari menjadi ketua senat mahasiswa sampai didapuk menjadi menteri pemuda dan olahraga, menunjukkan kepiawaiannya bermain politik. Ketika paham bahwa "ajakan"nya supaya Ahok masuk Islam mendapat sambutan yang kurang baik, beliau putar haluan dengan mengajak 10 orang pendeta untuk mengusungnya.

Adhyaksa Dault

Ada poin yang ingin diangkat dengan situasi ini. Pertama, beliau ingin menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang sangat toleran. Buktinya, pendeta pun mendukung beliau.

Yang kedua, Ahok harus dihadapkan dengan pendeta, pimpinan jemaat. Biarlah orang Kristen yang menasehati Kristen lainnya. Kalau yang menasehati beragama Islam, nanti dibilang sara, sok mencampuri keyakinan orang lain dan bla bla lainnya. Sekali tepuk, dapat dua lalat. Senyum pun mengembang dibalik kumis indah yang membentang.

Hanya ada satu yang mengganjal. Kenapa masih suka bermain2 di wilayah agama ?

Politik berjubah agama adalah mainan orde baru. Pada masa itu, agama dijadikan sebagai baju untuk menjaring massa yang juga senang pakai baju. Mulai dari partai berlambang Ka'bah sampai ada istilah Jenderal hijau adalah cara2 efektif untuk menarik simpati masyarakat sampai ke arah pendulangan suara. Dan pak Adhyaksa tumbuh besar di masa2 itu.
Sayangnya, pak Adhyaksa mungkin terlupa bahwa era sudah berubah.
Era media sosial ini, mau tidak mau membuka banyak borok mereka yg membawa agama dalam misi politiknya. Entah berapa banyak pemuka agama yang jatuh karena terlalu berat mengemban amanah sedangkan pola berfikir mereka masih "mumpung ada kesempatan". Bully-an terhadap mereka yg membawa2 agama dalam misi politiknya dan terjatuh, jauh lebih parah dari bully-an mereka yang jatuh tetapi tidak membawa nama agama.

Era keterbukaan ini, pola berfikir masyarakat pun mengalami peningkatan. Standar mereka sangat tinggi, apalagi ketika kita berbicara wilayah ibukota. Mereka lebih menyukai pemimpin dengan tindakan daripada pemimpin yang sibuk dengan seragam.
Pak Adhyaksa seharusnya cermat mengamati ini sejak awal jika ingin memenangkan pertarungan. Membawa2 agama dalam kancah politik Indonesia sekarang adalah manuver yang ketinggalan zaman. Ibarat sekarang kita sudah masuk pada era smartphone, tapi strategi yang dipakai masih telepon fixed line. Mana nomernya yang masih pake putaran lagi, bukan yang sudah pencetan.

Yang kasihan sebenarnya adalah para pemuka agama yang pak Adhyaksa usung kemana2. Mereka akan di bully habis2an di media sosial. Apalagi gelar pendeta di dalam agama Kristen, haram hukumnya bermain politik. Pendeta urusannya jemaat. Mereka adalah gembala, jangan jadikan mereka serigala.
Harusnya pak Adhyaksa belajar dari kesalahan FPI, yang membawa baju agama sampai melantik Gubernur tandingan yang bayar iuran RW-pun kurang. Kasihan beliau si Gubernur tandingan, hilang entah kemana. Jadinya malah ketahuan kalau belum bayar iuran.

Mungkin pak Adhyaksa tidak sadar, bahwa manuver bapak malah mengangkat nama Ahok dikalangan agamanya dia. Perilaku Ahok dalam memimpin Jakarta menunjukkan bahwa ia sangat Kristen dan menjalankan ajaran Yesus dengan benar. Kalau pendeta yang bapak usung menyerang Ahok, malah banyak yang bertanya kenapa orang yang sudah menjalankan ajaran agamanya dengan baik diserang ? Yang nyerang pendeta lagi, orang yang seharusnya lebih mengerti ajaran dengan benar.
Disini saya harus memberikan standing applause untuk Ahok, maaf ya pak Adhyaksa. Serangan kepada Ahok oleh pendeta yang bapak bawa malah menjadi senjata makan tuan. Umat Kristen jadi paham dan terbuka matanya, bahwa di dalam agama mereka, bahkan orang yang seharusnya mereka hormati dan mereka percaya kata2nya, ternyata bisa salah melangkah. Ahok menampar par par mereka yang berbaju pendeta tetapi punya kepentingan pribadi dibaliknya. Jangan sampai para pendeta yang bapak usung membuka bajunya dibagian dada dan berteriak histeris sambil menangis, "Tampar aku, koh Ahok.. Tampar....."

Mungkin sudah saatnya bapak mengumpulkan semua timses bapak dalam ruangan meeting, dan tatap mereka dengan geram sambil bergumam, "Son.. Kalian gagal maning, gagal maning son...."
Jangan menyerah, pak. Kegagalan adalah sukses yang tertunda. Tundalah 5 tahun lagi.

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Minggu, 13 Desember 2015

TOPENG MANUSIA

Sudah lama aku tidak bertemu teman lamaku.

Ia 10 tahun lebih tua dariku. Aku bersamanya saat masa2 sulitnya. 10 tahun ia mengalami situasi paling rendah dalam hidupnya. Ia bergerak kesana kemari untuk mencari apa yang bisa ia bawa pulang ke rumah sekedar menghidupkan api dapurnya.

Pada situasi itu, betapa aku sadar bahwa aku diajari hidup olehnya. Ia menjadi orang yang paham agama, dan mengajari tanpa menggurui bagaimana caranya berserah diri kepada Tuhan. Dan ia menjadi role model yang bagus bagiku saat aku sedang mencari misteri hidup dan mati.
Hingga pada satu momen, ia menjadi bagian dari satu partai dengan idealisme yang tinggi. Dan ia berhasil menjadi anggota dewan yang terhormat. Sejak itulah frekwensi pertemanan kami semakin lama berkurang. Aku lebih sering membaca kiprah dan karirnya di surat kabar. Karirnya terus naik sehingga ia menduduki kursi terhormat itu selama 2 periode.

Topeng Manusia


Kami bertemu lagi secara tidak sengaja. Ia sudah jauh berubah. Kaya, terhormat, lingkungan pergaulannya sekelas pejabat. Ia bercerita tentang kemungkinan ia akan menjadi bupati di tanah kelahirannya.
Entah kenapa ada yang hilang dalam pertemuan ini. Ada dimensi yang berbeda antara ia dahulu dan ia sekarang. Nilai2 hidupnya lebih banyak ditentukan oleh materi, seberapa banyak istrinya dan hartanya. Aku tidak lagi menemukan nilai2 spiritual yang dulu membuat aku tertarik dalam pembicaran lama dengannya. Ia tidak lagi menghadirkan misteri bagiku, seakan semua yang dulu diajarkannya hilang tak berbekas.
Pembicaraan itupun tidak berlangsung lama. Mungkin karena ia merasa juga ada kekakuan dan perbedaan pikiran yang jauh. Kami menjadi manusia yang penuh dengan basa basi yang tidak menyenangkan.
Lama aku berfikir sesudah pertemuan itu, betapa cepatnya situasi bisa merubah seorang manusia. Sesuatu yang dulu terlihat emas, ketika ia dibakar maka tampaklah bahwa dasarnya adalah perunggu.


Aku jadi teringat nasihat Imam Ali as, bahwa adakalanya Tuhan mengambil semuanya dari seorang manusia supaya ia menemukan Tuhannya. Dan ketika ia merasa menemukan Tuhannya, maka di-ujilah ia dengan kenikmatan. Ujian itu bukan hanya untuknya, tetapi juga untuk memberi pelajaran kepada manusia lain.
Seseorang bertanya kepada Imam Ali as, "wahai Imam, kenapa seseorang diberikan kekayaan ?". Imam menjawab,"Untuk membuka jati dirinya, siapa dia sebenar2nya.."

Ah, secangkir kopi lagi kuminum sebelum melanjutkan perjalanan ini. Terkadang aku merindukan semua yang ada di belakang, tetapi misteri di depan selalu membuatku penasaran.

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Jumat, 11 Desember 2015

SEPOTONG CINTA DI KARBALA

Peringatan perjalanan 40 hari keluarga Imam Hussain as pasca gugurnya beliau dan pengikutnya di padang Karbala atau yang biasa dinamakan Arbain, selalu meninggalkan kesan yg mendalam buat saya.
Bukan ritualnya yang menohok hati, tetapi nilai spiritualitasnya yang tinggi.

Perjalanan sejauh 80 km dari makam Imam Ali as di Najaf ke makam Imam Hussain as di Karbala Irak, bisa disebut sebagai prosesi ziarah terbesar di dunia. Bayangkan saja, total 20 juta orang berjalan kaki dengan perasaan mengharu biru mengingat peristiwa penting dalam sejarah umat Islam. Sebagai perbandingan, musim haji saja otoritas haji hanya sanggup menampung 2 juta orang.
Sisi spiritual yang tinggi bukan hanya dalam perjalanannya saja, tetapi juga di sepanjang jalan. Ribuan masyarakat Irak, bahkan dari luar Irak, berlomba2 menyediakan apa yg bisa mereka sediakan untuk para peziarah. Ada yang menyediakan tenda, ada yang menyediakan pijat kaki dan banyak lagi yang menyediakan makanan.
Dan semua itu gratis.

Ini ruang dan waktu dimana materi tidak berlaku. Mereka berlomba-lomba mencari dan memperbanyak pahala dari apa yg mereka mampu. Mereka akan meminta para penziarah untuk mengambil apa yang mereka tawarkan dan mereka akan sangat berterima-kasih untuk itu. Karena mereka akhirnya berfungsi sebagai pelayan dari tamu-tamu agung yang datang dari seluruh dunia.
Begitu banyak sisi humanis yang bisa dipotret dalam satu peristiwa ziarah. Membuat bahkan mendengar ceritanya saja, diri ini merasa rendah. Bagaimana diri ini merasa lebih mulya dari seorang papa yang mampu menyisihkan apa yg dia punya untuk diberikan kepada para penziarah ? Mereka bahkan mengemis supaya diterima. Mereka luar biasa kaya.

Karbala

Tidak berlebihan ketika seorang teman pernah bercerita bahwa untuk membersihkan toilet di makam Imam Hussain as, banyak yang menunggu antrian selama sekian tahun lamanya. Dan mereka malah bukan dari kalangan papa, tetapi para pejabat, para pengusaha sampai para ulama.
Apa yang mereka cari sebenarnya ?
Pada tingkatan keimanan seperti mereka, manusia materi tidak akan pernah mengerti bahwa mereka menganggap materi ini semua sampah belaka. Dunia ini lebih rendah dari segala sesuatu, karena itulah ia dinamakan dunia. Mereka mencari materi bukan untuk menjadi budaknya, tetapi untuk berguna bagi manusia lainnya.
Karbala - Cinta
Seorang teman pernah bertanya, kapan saya akan ziarah kesana ?
Saya hanya tersenyum dan menjawab, apakah tidak cukup jiwa saya yang selalu berada disana ? Saya begitu larut dalam kisah tragis itu, sehingga saya masih belum merasa kuat untuk berada disana.
Saya takut, bahkan ketika kaki baru saja menginjak tanah di bandara, airmata saya langsung deras berderai tiada hentinya.

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Rabu, 09 Desember 2015

ZOMBIE DI SEKITAR KITA

Sejak terbentuknya Aliansi nasional anti syiah atau anas, bulan april 2014 di masjid al fajr bandung, provokasi tentang akan meledaknya perseteruan sunni syiah semakin gencar.

Sesudah deklarasi di bandung, berturut2 mereka mendeklarasikan cabang2nya di garut, tasikmalaya sampai kalimantan. Mungkin sudah puluhan jumlahnya cabang mereka. Anas sendiri dikomandani seorang mantan jenderal dibelakangnya dgn beberapa orang yg menyebut diri mereka ulama.

Anti Dari Anti
Satu kejadian pernah terjadi di bogor, ketika seorang ustad terkenal dengan suara seraknya, berseru "jihad" akibat ia diserang sekelompok orang tak dikenal yang merasa ter-provokasi oleh spanduk anti syiah. Sayangnya seruan itu sangat prematur dan tidak terjadi gerakan spt yg diharapkan. Tetapi itu menjadi sebuah pertanda bahwa kejadian serupa akan diulang ketika mereka sudah matang dengan propaganda2 berupa seminar, pengajian, majelis taklim, spanduk dan lain2. Provokasi akan dilakukan seolah2 mereka mendapat serangan, untuk selanjutnya mereka berdalih membela diri dengan seruan perang.

8 november kemarin di surakarta, mereka mengeluarkan poin2 seminar bahwa syiah siap melakukan kudeta di NKRI. Menurut mereka, syiah dari lebanon sudah siap sedia di negeri ini untuk menunggu perintah dari Iran untuk melakukan kudeta. Konsep brainwashing mereka terapkan dengan memutar balik fakta bahwa ISIS adalah syiah, memanfaatkan momentum peringatan pemerintah bahwa ISIS adalah teroris.

Lalu kenapa selain syiah mereka juga mengabarkan bangkitnya komunis bersama syiah akan kudeta di Indonesia ? Ini tidak lepas dari keterlibatan Rusia di suriah. Mereka mendoktrin bahwa Rusia itu komunis, padahal faktanya Presiden Rusia adalah seorang katolik yang taat. Mereka menyembunyikan data kepada umat mereka bahwa Rusia bukan lagi Uni Sovyet, yang dulu berhaluan komunis.

Pertanyaannya, untuk apa mereka bersusah payah melakukan propaganda ini ?

Jika melihat pola2 yang sama di timur tengah terutama Libya dan Suriah, isu sektarian selalu dimainkan untuk satu tujuan yaitu menjatuhkan pemerintahan yg sah. Pola propaganda dilakukan utk mencuci otak rakyat dan pada saat kebohongan berulang2 itu akhirnya diterima sebagai kebenaran, maka mereka akan memulai dengan gerakan mengatas-namakan rakyat.

Fungsi propaganda itu adalah memunculkan gerakan pro dan kontra di tengah rakyat. Sesudah pro dan kontra semakin tajam, lalu dibuatlah peristiwa2 yang akan melemahkan pemerintah seperti kerusuhan2 di beberapa daerah sehingga terkesan negara tidak aman. Selain itu mereka bermain di pelemahan ekonomi, sehingga banyak yang merasa lapar.

Ketika kepercayaan masyarakat yang menurun kepada pemerintah semakin lebar, mereka mulai membenturkan pro dan kontra tersebut. Aparat2 pemerintah disusupi supaya terbelah. Berita2 dibangun simpang siur sehingga banyak yang lemah akal bingung mana yang salah dan yang benar.

Kerusuhan meluas, dan seperti kita tahu di Libya berakhir dengan kejatuhan Muammar Qaddafi, meski di Suriah mereka belum berhasil menjatuhkan Bashar Assad. Jika gerakan rakyat belum berhasil spt di Suriah, maka mereka akan menyerukan jihad ke internasional sehingga masuklah sipil militan dari berbagai negara utk membantu menekan. Bashar Assad sendiri di propagandakan sebagai syiah padahal bukan.

Kembali ke negara kita, pola yg sama mereka terapkan. Membalik fakta melalui berita2 supaya banyak orang kebingungan, meruncingkan perbedaan agama supaya terjadi kerusuhan, dan kita sudah melihat bagaimana tolikara dan singkil berhasil dibakar. Diharapkan situasi ini akan memancing daerah lain untuk membalas dendam.

Mereka memetakan dengan baik situasi di beberapa daerah. Yang mayoritas kristen, di provokasi dgn membakar tempat ibadah muslim dan juga sebaliknya. Untuk daerah seperti Jawa, isu agama tidak selaku di daerah maka di munculkanlah isu mazhab seperti sunni dan syiah. Jaringan dibangun dulu, untuk kemudian digerakkan sesudah dimunculkan momen yang tepat. Perhatikan, Bogor melarang kegiatan asyura sedangkan purwakarta melarang kegiatan anti syiah. Terus di peruncing.

Investasi untuk membangun kondisi ini sangat mahal, karena melibatkan sumber daya manusia yg banyak dan waktu yg panjang. Tetapi mereka juga tidak memberikan dana secara gratis.

Namanya investasi pasti ada waktu kembalinya. Mereka berharap ketika negara ini rusuh, maka mereka akan menguasai penuh sumber daya alam di Indonesia yang kaya seperti emas d Freeport dan migas. Mereka juga akan kembali menguasai Petral yg sdh dibubarkan yang selama ini menguntungkan mereka 250 milyar per hari. Belum lagi lahan pangan dan lahan hutan.

Jadi, meskipun isu yang dibangun tentang sunni syiah, ini murni bukan masalah sektarian tetapi imperialisme yg dibangun atas nama sektarian. Kewaspadaan ini bukan hanya untuk sunni, untuk syiah tetapi juga agama lain, karena yang akan diserang adalah keutuhan negara kita. Indonesia akan dipecah2, masing provinsi akan menyatakan merdeka. Ketika pecah, akan lebih mudah mereka menguasai daerah2. Ingat anggota DPRD Riau yang pernah menyatakan akan keluar dari NKRI karena masalah asap ?

Bagusnya pemerintah sangat tanggap akan hal ini. Dibangunnya infrastruktur2 di luar jawa menandakan bahwa pengembangan ekonomi akan diratakan di seluruh daerah sehingga tidak terkesan ekonomi terpusat ke Jawa yg membuat iri daerah.

Kita berpacu dengan waktu melawan pemikiran mereka. Indonesia akan menjadi suriah ke 2 atau tidak, sepenuhnya tergantung kita.

Meski kita tertawa melihat begitu bodohnnya propaganda mereka, seperti syiah sudah menyiapkan puluhan ribu pedang untuk kudeta atau puluhan ribu syiah lebanon sudah masuk Indonesia, tetapi jangan hilang waspada.

"Jangan pernah memandang remeh orang2 bodoh dalam kelompok besar" kata George Calin.

Ketika orang2 dungu itu terprovokasi, maka mereka akan menjadi api yang membakar kemana2, tanpa memandang suku ataupun agama. Sebab mereka seperti zombie yang tidak berakal dan di remote hanya untuk satu tujuan yaitu menghancurkan.

Sudah terasa hambar kopinya ?

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Senin, 07 Desember 2015

KETURUNAN NABI ISA AS

 Ketika seorang teman mengatakan bahwa ia mempercayai kisah bahwa Yesus mempunyai garis keturunan seperti yang dikisahkan Dan brown dalam Da vinci code, saya tersenyum.

"Darimana dasarnya ?" Tanya saya. Dia lalu bercerita dengan teori kemungkinan dan alasan bahwa Dan brown pasti sudah melakukan penelitian mendalam tentang itu. Saya senang saja mendengar ceritanya, mumpung sore dan ada secangkir kopi panas.

"Bagaimana pandangan syiah tentang Nabi Isa ?" Tanyanya. Kaget juga saya ketika ia bertanya sisi pandangan syiah, bukan Islam secara keseluruhan. "Bukankah orang2 syiah itu kritis dan selalu mempertanyakan sesuatu untuk memenuhi logikanya ? Apakah di syiah tidak memperhitungkan kemungkinan adanya pernikahan Nabi Isa ?"

Saya ketawa gelak. Saya yakin teman saya ini salah paham. Sambil menyeruput kopi saya jelaskan, "Orang2 syiah terkenal kritis, betul. Dan selalu berusaha memenuhi logika berfikirnya, juga betul. Tapi bukan kemudian tidak mempunyai dasar dalam logikanya, atau sibuk dengan teori2 kemungkinan yang tidak mempunyai pondasi berfikir. Tanpa pondasi, itu bukan logika namanya tetapi analogi. Dan analogi tidak dibenarkan dalam situasi apapun.."

Saya menyeruput lagi, ah sedapnya, dan melanjutkan. "Syiah seperti halnya sunni berpatokan pada Alquran dan perkataan Nabi Muhammad saw yang terekam dalam hadis. Tetapi di syiah pondasi berfikirnya lebih luas, karena juga mengikuti perkataan Imam Ali as yang sejak kecil mengikuti Nabi.

Apa yang keluar dari perkataan Imam Ali adalah apa yg dikatakan Nabi. Begitu juga para Imam lainnya yang merupakan keturunan Imam Ali as yang dinubuatkan sebagai Imam sampai akhir zaman. Jadi harus ada verifikasi dari perkataan mereka, karena merekalah kunci dari semua jawaban. Itu pondasi logikanya..."

"Trus apa jawabannya ?" Kejar temanku. "Apakah benar Nabi Isa menikah dan mempunyai keturunan ?"

Ini bagian yang paling sedap, yaitu menyeruput kopi sebelum menjawab supaya temanku tegang.

Imam Jafar ash shadiq As bersabda, “Nabi Isa As ditanya ihwal mengapa Anda tidak menikah?” Nabi Isa As menjawab, “Menikah untuk apa?”

Orang-orang berkata, “Supaya Anda kelak memiliki keturunan.” Nabi Isa bertanya lagi, “Keturunan buat apa? Kalau hidup akan menyebabkan kesengsaraan dan kalau meninggal akan menimbulkan kesedihan dan kegundahan.”

Da Vinci Code - Novel


Nabi Isa as berkata kepada para sahabatnya, “Makananku tumbuh-tumbuhan dan minumanku dari air sungai dan mata air yang aku minum dengan tanganku. Lampu penerangku adalah cahaya bulan, karpetku adalah bumi dan bebatuan menjadi bantalku. Pakaianku dari rambut-rambut hewan. Saya tidak memiliki anak yang kemudian mati. Aku tidak memiliki istri yang harus bersedih. Aku tidak memiliki rumah yang kemudian rusak. Aku tidak memiliki harta yang harus dihabisi. Karena itu aku adalah manusia yang paling tidak membutuhkan.”

Di antara sebab mengapa Nabi Isa disebut sebagai al-Masih adalah karena beliau senang bepergian (sayyâh). Akar kata sayyâh berasal dari siyâhat yang bermakna berkeliling dan bersafari di bumi untuk beribadah dan memutuskan diri dari khalayak. Karena itu disebutkan bahwa Nabi Isa as melakukan perjalanan dan safari di muka bumi kemudian bangun ketika tiba waktu malam dan mengerjakan salat hingga pagi.

Dalam sebuah riwayat yang dinukil oleh Thabarsi dari Imam Ali As dalam menjawab pertanyaan seorang Yahudi, beliau membenarkan bahwa Nabi Isa As adalah seorang sayyâh. ( Islamquest )

"Jadi teori ku salah ?" Tanya temanku.

"Jangan menyerah, benturkan semua teori2 yang ada asal jangan menyimpulkan tanpa pondasi. Pengennya logika, malah ber-analogi nantinya.. Karena kamu salah, kamu yang bayar kopinya.."

"Memang dari kemarin gua yang bayar kok !"

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Sabtu, 05 Desember 2015

SYIAH RAFIDHI

Ketika sedang surfing ke status2 teman, mata saya tertarik ke beberapa komen dari mereka yang menyatakan dirinya syiah rafidhi.

Syiah rafidhi adalah sebutan dari kelompok yang menyatakan dirinya sebagai pembangkang, dan konsep mereka condong kepada pembangkangan terhadap fatwa2 ulama besar syiah bahwa persatuan sunni syiah adalah hal yang sangat penting dan siapapun yang secara sadar melakukan provokasi terhadap hubungan kedua mazhab adalah bagian dari musuh Islam.
SYIAH RAFIDHI
Syiah Rafidhi ini sangat bangga dengan ke-syiah-annya dan mereka selalu mempermasalahkan sejarah Islam sebagai pondasi tindakannya. Mereka mencaci maki sahabat2 Nabi, mencaci sunni dan bahkan mencaci ulama2 besar syiah yang mem-fatwakan persatuan sebagai pengecut.

Mereka buta, bahwa ulama2 besar syiah yg mereka anggap pengecut itu berhasil membangun sebuah negara yang independen dan kuat di sisi ekonomi dan pertahanan. Mereka buta, bahwa ulama2 besar syiah yang mereka anggap pengecut itu berhasil mempertahankan stabilitas keamanan di timur tengah dengan membantu negara2 seperti Palestina, Lebanon, Suriah dan Irak dalam sisi pertahanan negara dengan dana besar dan teknologi militer yg canggih. Sedangkan mereka ? Masih saja sibuk dengan sejarah, mencaci maki sana sini dan tidak bergerak kemana2 seperti hal-nya ulama mereka. Jurassic mindset.

Kebanggaan diri mereka begitu besar karena mereka merasa di jalan yang paling benar, dan jalan yang benar menurut mereka identik dengan mencaci. Semua dicacinya kecuali kelompok mereka sendiri.

Sangat mengherankan, bagaimana sesuatu yang dirasa benar dilakukan dengan cara yang salah ? Apakah mungkin kebenaran dicampur dengan kesalahan ? Sebab benar dikali salah, hasilnya pasti salah. Benar harus dikali dengan benar baru hasilnya benar. Betapa jeniusnya iblis yang bisa mempermainkan manusia antara kesombongan dan iman.

Ulama rujukan mereka tinggal di London dan Australia. Kelompok mereka sangat kecil dari keseluruhan mereka yang bermazhab syiah tetapi - seperti halnya wahabi sbg sempalan sunni - suara mereka keras atau dikeras-keraskan supaya didengar.

Mereka mencari panggung supaya terlihat dan ketika mereka terlihat apalagi yang diharapkan selain kucuran dana ?

Its all about money, its all about dam dam daradamdam..

Mereka mudah sekali dipancing untuk dibenturkan, sama seperti kelompok radikal di semua agama, karena yang ada di dada mereka semua hanyalah api.

Permasalahannya, sama seperti wahabi yang mengatas-namakan sunni, mereka juga mengatas-namakan syiah. Sehingga yg terlihat di permukaan adalah perseteruan sunni syiah. Itu saja masalah besarnya. Selain itu, mereka sama sekali bukan siapa2 dan tidak layak diperhatikan.

Saya jadi teringat pengacara yang lembut di depan kamera dan brutal di ranjang. Untuk terus mengangkat namanya ke permukaan, ia terus membuat sensasi dengan mengkritik A, menghina B, mempermasalahkan C. Semua itu hanya karena namanya tenggelam dan itu berdampak di pekerjaan. Tetapi lama2 orang paham dan malah kasihan karena ia terjebak dengan situasi yang ia sendiri ciptakan.

Syiah rafidhi itu seperti PSSI. Mereka memegang lisensi bahwa mereka syiah, tapi tidak pernah mendapat ruang sehingga harus terus menciptakan sensasi. Mereka harus onani supaya terpuaskan.

Bahkan dalam onani pun mereka ejakulasi dini. Bagaimana kau bisa bertempur, bujang ? Sudah kubilang jangan bertempur, kau bertempur pulak. Ah, cepat kali pun kau keluar... Kayak kereta peluru saja cepatnya. Wwusss, belum sempat ngomong ahhh, kau sudah selesai.

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Kamis, 03 Desember 2015

ISIS DI INDONESIA


Hasil dari sapu bersih Rusia terhadap ISIS di Suriah, menuai hasil. Para teroris itu balik kandang.
Pertengahanan Oktober kemarin, bom bunuh diri meledak di Ankara, ibukota Turki. Lebih dari 100 orang tewas. Turki dikenal sebagai tempat pelatihan teroris dari seluruh Eropa sebelum mereka masuk melalui perbatasan ke Suriah.

Hari ini bom meledak di Paris, ibukota Perancis. Lebih dari 100 orang tewas. ISIS meng-klaim bahwa itu adalah hasil gemilang mereka.

Apa yang pernah disampaikan Bashar Assad Presiden Suriah terbukti, bahwa diantara pengungsi Suriah menyusup teroris yg bergabung dengan sel-sel mereka di Eropa dan mulai memutar mundur bom waktu bagi serangkaian aksi terorisme di sana. Medan perang diluaskan ke Eropa.
Sebenarnya sudah sejak lama sel teroris aktif di Eropa, hanya mereka tidur sementara karena fokus di Suriah. Suriah buat mereka akan dijadikan pusat pemerintahan, sebelum nantinya tetap akan menyerang Eropa.

Pray For Paris


Yang menarik adalah bagaimana situasi Indonesia pasca terpukulnya ISIS di Suriah dan mereka menyebar kemana2 ?
Februari 2015, sebuah bom klorin meledak di pusat perbelanjaan Depok, Jabar. Brigjen Rudi Sufahriadi dari BNPT mengatakan bahwa untungnya bom itu tidak di rakit dengan sempurna, jika sempurna efeknya sungguh dahsyat. Bom klorin tidak pernah digunakan di Indonesia selama ini dan BNPT mencurigai itu oleh-oleh dari pulangnya para kombatan ISIS ke Indonesia.

BNPT mendata ada sekitar 500 WNI yang bergabung dengan ISIS di Suriah. Dan pasca serangan Rusia, kembalinya mereka ke Indonesia adalah PR besar bagi BNPT untuk mencegah. Memang sulit memantau kepulangan mereka karena biasanya sesudah dari Irak atau Suriah, mereka mampir dulu ke beberapa negara timteng atau asia sehingga masuknya ke Indonesia menjadi legal. Sama seperti penyusupan mereka ke Eropa melalui pengungsi, WNI yang bergabung dgn ISIS akan pulang ke Indonesia bisa melalui Jeddah, dengan alasan pulang umroh.

Apakah mereka yang pulang akan aktif disini ?
Jangan salah. Sama seperti di Eropa, sel-sel teroris di Indonesia sebenarnya sudah lama aktif. Pulangnya rekan mereka ke Indonesia akan menambah semangat jihad termasuk pelatihan perakitan bom dan kemiliteran. Di Indonesia banyak isu yg akan mereka bawa mulai dari muslim vs kristen sampai sunni vs syiah.

Kalau melihat apa yg mereka lakukan di Ankara dan Paris, ibukota negara sekaligus pusat berkumpulnya masyarakat Internasional, target mereka di Indonesia hanya dua, kalau tidak Jakarta ya Bali. Dengan menjadikan kota besar sebagai playground-nya, pesan mereka ke dunia internasional akan lebih cepat tersampaikan.

Segera selamatkan Nassar, Ipan, farhat, Ibas, lulung dan beberapa anggota DPR yg kemaren memakai masker di senayan. Mereka asset penting kita. Tanpa mereka, Indonesia kehilangan maskot meme-memean...

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Selasa, 01 Desember 2015

PIYE TOH MASSS..

Sebenarnya malas mengomentari masalah pelarangan asyura yang dilakukan Bima Arya, walikota Bogor.

Kenapa ? Karena nanti dituding syiah dan syiah tidak perlu dimintai pandangan. Kedua, karena seperti yang sudah dialami mazhab syiah berabad2, semua tekanan dan fitnah kepada mereka, bukannya menjadikan mereka menyusut jumlahnya tapi malah berkembang pesat karena beritanya terangkat ke nasional dan orang jadi mencari tahu syiah itu apa ? Jadi, anggap saja promosi gratis untuk syiah.

Bima Arya dan WPID

Tapi sesudah mas Bima komentar bahwa apa yang dilakukan mas dengan melarang kegiatan asyura karena kondisi darurat, nah disini yang saya merasa aneh meski saya sebelumnya sudah menebak apa yang melatar-belakangi mas Bima berlaku seperti itu.

Ini darurat apa toh, mas ? Apa takut Bogor rusuh begitu ? Lalu terjadi bakar2an tempat ibadah dan akhirnya sekian ratus orang mati, tah ? Terus nanti ujung2nya mas Bima dianggap gagal, popularitasnya turun dan ga kepilih lagi, begitu ya ?

Coba deh baca UUD pasal 29 ayat 2, bahwa negara menjamin kebebasan beragama dan menjalankan ibadah. Itu berarti apa, mas ? Berarti sesuai konstitusi mas Bima bisa mengerahkan keamanan untuk mencegah kerusuhan. Lha, jangan dibandingin ma konser musik yang berpotensi rusuh dong, konser kan gak diatur dalam UUD. Piye toh, mas.. mas.. ( sambil ngunyah sirih )

Kalau mau minta pandangan tentang asyura ya jangan minta pandangan sama yang ga ngerti toh mas. Kenapa ga tanya NU aja ? Wong jelas2 NU itu organisasi besar yang pengaruhnya sangat kuat dibandingkan komunitas2 kecil yang ada embel2nya Islam itu. Pandangan MUI ? Lha, MUI iku sopo toh ? Lembaga negara aja bukan, kok dimintai pandangan tentang konstitusi ? Masak MUI sekarang merambah menjual stempel halal ke penyelenggaraan ibadah ?

Kalau sudah ada pegangan konstitusi terus takut, saya malah jadi bertanya, sampean itu abdi negara atau abdi ormas ? Bahaya sekali kalau abdi negara yang memegang konstitusi diatur2 oleh mereka yang berkepentingan. Apa karena mereka yang kemarin2 memberikan suara dan mas takut kehilangan suara mereka gitu ? Kalau itu, ya mboh mas.... ( ngemil ban dalem )

Jajaran aparat seperti polres, polsek kan tinggal tunggu komando mas Bima. Amankan, mereka tinggal 86. Kalau masalah takut rusuh, semua juga takut rusuh. Wong anak kecil berantem aja bisa rusuh satu desa. Mbok ya, tegas dengan berpegangan pada konstitusi gitu lho mas.

Duh, saya nanti disangka Ahok lover kalau bicara ini, tapi bisakah mas Bima sedikit saja belajar kepada Ahok ? Ahok itu gada takut2nya kalau masalah gini, mas.

Bayangkan, dia melarang semua melakukan kegiatan ibadah di Monas. Semuanya. Padahal yang mau melakukan kegiatan ritual disitu adalah komunitas Majelis Rasulullah yang massanya puluhan ribu, mas. Apa kalau dilarang gitu mereka gada kemungkinan untuk rusuh ? Pasti ada dan besar kemungkinannya. Tapi dengan penjelasan yang masuk akal dan melakukan dialog termasuk koordinasi dgn pihak keamanan, gak terjadi apa2 tuh ?

Tuh Ahok lho mas, yang wilayah pemerintahannya jauh lebih luas, dengan tekanan jauh lebih besar dan massa yang lebih beringas. Malu dong mas, malu. Sebagai orang muda seharusnya pikirannya lebih terbuka dgn wawasan yang luas. Kalau model mas Bima kayak begini, apa bedanya ma pejabat zaman orba ? Piye, enak zamanku toh ? ( sambil melambai2kan tangan )

Saya pasti dibilang orang yang tidak paham situasi dan kondisi Bogor, saya tahu itu. Tapi sebenarnya situasi dan kondisi yang bagaimana sih, mas ? Gak ambil contoh Ridwan Kamil yang memperbolehkan kegiatan asyura di Bandung ? Coba liat, rusuh ngga ? Ngga toh ? Itu baru namanya pemegang konstitusi, mas.. Gada yang bisa nyetir dia.

Bima Arya
Memang ada perbedaan antara penakut dan pemberani dalam ranah pemimpin, mas. Bedanya ada di kemampuan menghadirkan jabatan sebagai amanat dan bukan peluang. Orang kalau sudah melihat jabatan sebagai amanat, tidak akan pernah takut mau popularitas turun atau mau kehilangan kursi, yang penting sudah berjalan sesuai konstitusi. Kalau yang melihat jabatan sebagai peluang ya, pastilah takut kehilangan suara.

Ini era pemimpin pemberani, mas bukan penakut. Ini era orang berpikiran terbuka, bukan tertutup. Orang akan menghargai keberanian langkah seorang pemimpin ketika dia benar. Cobalah sesuatu yang baru, jangan terlalu terjebak pada pola pemikiran lama yang didoktrinkan orang2 disamping anda. Anda yang mengontrol mereka, bukan mereka yang menguasai anda.

Ah, saya sudahi dululah. Nanti saya disangka menggurui anda yang pintar dan sedang berkuasa lagi.

Gak usah jauh2 ke Ahok dan Ridwan Kamil, coba contohlah Nassar, mas.. Dia berani disita mobilnya oleh mantan istri demi prinsip dan harga diri. Meski akhirnya mengusap air mata di depan kamera, "Aku tuh gak bisa diginiin..." Dia mintanya digituin...

Ngopi sek mas, biar tangguh..

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Indonesia

Air Hidup

Advertise Here

Designed By VungTauZ.Com