Breaking News

Islam

Politik

Selasa, 01 Desember 2015

PIYE TOH MASSS..

Sebenarnya malas mengomentari masalah pelarangan asyura yang dilakukan Bima Arya, walikota Bogor.

Kenapa ? Karena nanti dituding syiah dan syiah tidak perlu dimintai pandangan. Kedua, karena seperti yang sudah dialami mazhab syiah berabad2, semua tekanan dan fitnah kepada mereka, bukannya menjadikan mereka menyusut jumlahnya tapi malah berkembang pesat karena beritanya terangkat ke nasional dan orang jadi mencari tahu syiah itu apa ? Jadi, anggap saja promosi gratis untuk syiah.

Bima Arya dan WPID

Tapi sesudah mas Bima komentar bahwa apa yang dilakukan mas dengan melarang kegiatan asyura karena kondisi darurat, nah disini yang saya merasa aneh meski saya sebelumnya sudah menebak apa yang melatar-belakangi mas Bima berlaku seperti itu.

Ini darurat apa toh, mas ? Apa takut Bogor rusuh begitu ? Lalu terjadi bakar2an tempat ibadah dan akhirnya sekian ratus orang mati, tah ? Terus nanti ujung2nya mas Bima dianggap gagal, popularitasnya turun dan ga kepilih lagi, begitu ya ?

Coba deh baca UUD pasal 29 ayat 2, bahwa negara menjamin kebebasan beragama dan menjalankan ibadah. Itu berarti apa, mas ? Berarti sesuai konstitusi mas Bima bisa mengerahkan keamanan untuk mencegah kerusuhan. Lha, jangan dibandingin ma konser musik yang berpotensi rusuh dong, konser kan gak diatur dalam UUD. Piye toh, mas.. mas.. ( sambil ngunyah sirih )

Kalau mau minta pandangan tentang asyura ya jangan minta pandangan sama yang ga ngerti toh mas. Kenapa ga tanya NU aja ? Wong jelas2 NU itu organisasi besar yang pengaruhnya sangat kuat dibandingkan komunitas2 kecil yang ada embel2nya Islam itu. Pandangan MUI ? Lha, MUI iku sopo toh ? Lembaga negara aja bukan, kok dimintai pandangan tentang konstitusi ? Masak MUI sekarang merambah menjual stempel halal ke penyelenggaraan ibadah ?

Kalau sudah ada pegangan konstitusi terus takut, saya malah jadi bertanya, sampean itu abdi negara atau abdi ormas ? Bahaya sekali kalau abdi negara yang memegang konstitusi diatur2 oleh mereka yang berkepentingan. Apa karena mereka yang kemarin2 memberikan suara dan mas takut kehilangan suara mereka gitu ? Kalau itu, ya mboh mas.... ( ngemil ban dalem )

Jajaran aparat seperti polres, polsek kan tinggal tunggu komando mas Bima. Amankan, mereka tinggal 86. Kalau masalah takut rusuh, semua juga takut rusuh. Wong anak kecil berantem aja bisa rusuh satu desa. Mbok ya, tegas dengan berpegangan pada konstitusi gitu lho mas.

Duh, saya nanti disangka Ahok lover kalau bicara ini, tapi bisakah mas Bima sedikit saja belajar kepada Ahok ? Ahok itu gada takut2nya kalau masalah gini, mas.

Bayangkan, dia melarang semua melakukan kegiatan ibadah di Monas. Semuanya. Padahal yang mau melakukan kegiatan ritual disitu adalah komunitas Majelis Rasulullah yang massanya puluhan ribu, mas. Apa kalau dilarang gitu mereka gada kemungkinan untuk rusuh ? Pasti ada dan besar kemungkinannya. Tapi dengan penjelasan yang masuk akal dan melakukan dialog termasuk koordinasi dgn pihak keamanan, gak terjadi apa2 tuh ?

Tuh Ahok lho mas, yang wilayah pemerintahannya jauh lebih luas, dengan tekanan jauh lebih besar dan massa yang lebih beringas. Malu dong mas, malu. Sebagai orang muda seharusnya pikirannya lebih terbuka dgn wawasan yang luas. Kalau model mas Bima kayak begini, apa bedanya ma pejabat zaman orba ? Piye, enak zamanku toh ? ( sambil melambai2kan tangan )

Saya pasti dibilang orang yang tidak paham situasi dan kondisi Bogor, saya tahu itu. Tapi sebenarnya situasi dan kondisi yang bagaimana sih, mas ? Gak ambil contoh Ridwan Kamil yang memperbolehkan kegiatan asyura di Bandung ? Coba liat, rusuh ngga ? Ngga toh ? Itu baru namanya pemegang konstitusi, mas.. Gada yang bisa nyetir dia.

Bima Arya
Memang ada perbedaan antara penakut dan pemberani dalam ranah pemimpin, mas. Bedanya ada di kemampuan menghadirkan jabatan sebagai amanat dan bukan peluang. Orang kalau sudah melihat jabatan sebagai amanat, tidak akan pernah takut mau popularitas turun atau mau kehilangan kursi, yang penting sudah berjalan sesuai konstitusi. Kalau yang melihat jabatan sebagai peluang ya, pastilah takut kehilangan suara.

Ini era pemimpin pemberani, mas bukan penakut. Ini era orang berpikiran terbuka, bukan tertutup. Orang akan menghargai keberanian langkah seorang pemimpin ketika dia benar. Cobalah sesuatu yang baru, jangan terlalu terjebak pada pola pemikiran lama yang didoktrinkan orang2 disamping anda. Anda yang mengontrol mereka, bukan mereka yang menguasai anda.

Ah, saya sudahi dululah. Nanti saya disangka menggurui anda yang pintar dan sedang berkuasa lagi.

Gak usah jauh2 ke Ahok dan Ridwan Kamil, coba contohlah Nassar, mas.. Dia berani disita mobilnya oleh mantan istri demi prinsip dan harga diri. Meski akhirnya mengusap air mata di depan kamera, "Aku tuh gak bisa diginiin..." Dia mintanya digituin...

Ngopi sek mas, biar tangguh..

Penulis: Denny Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indonesia

Air Hidup

Advertise Here

Designed By VungTauZ.Com