"Darimana dasarnya ?" Tanya saya. Dia lalu bercerita dengan teori kemungkinan dan alasan bahwa Dan brown pasti sudah melakukan penelitian mendalam tentang itu. Saya senang saja mendengar ceritanya, mumpung sore dan ada secangkir kopi panas.
"Bagaimana pandangan syiah tentang Nabi Isa ?" Tanyanya. Kaget juga saya ketika ia bertanya sisi pandangan syiah, bukan Islam secara keseluruhan. "Bukankah orang2 syiah itu kritis dan selalu mempertanyakan sesuatu untuk memenuhi logikanya ? Apakah di syiah tidak memperhitungkan kemungkinan adanya pernikahan Nabi Isa ?"
Saya ketawa gelak. Saya yakin teman saya ini salah paham. Sambil menyeruput kopi saya jelaskan, "Orang2 syiah terkenal kritis, betul. Dan selalu berusaha memenuhi logika berfikirnya, juga betul. Tapi bukan kemudian tidak mempunyai dasar dalam logikanya, atau sibuk dengan teori2 kemungkinan yang tidak mempunyai pondasi berfikir. Tanpa pondasi, itu bukan logika namanya tetapi analogi. Dan analogi tidak dibenarkan dalam situasi apapun.."
Saya menyeruput lagi, ah sedapnya, dan melanjutkan. "Syiah seperti halnya sunni berpatokan pada Alquran dan perkataan Nabi Muhammad saw yang terekam dalam hadis. Tetapi di syiah pondasi berfikirnya lebih luas, karena juga mengikuti perkataan Imam Ali as yang sejak kecil mengikuti Nabi.
Apa yang keluar dari perkataan Imam Ali adalah apa yg dikatakan Nabi. Begitu juga para Imam lainnya yang merupakan keturunan Imam Ali as yang dinubuatkan sebagai Imam sampai akhir zaman. Jadi harus ada verifikasi dari perkataan mereka, karena merekalah kunci dari semua jawaban. Itu pondasi logikanya..."
"Trus apa jawabannya ?" Kejar temanku. "Apakah benar Nabi Isa menikah dan mempunyai keturunan ?"
Ini bagian yang paling sedap, yaitu menyeruput kopi sebelum menjawab supaya temanku tegang.
Imam Jafar ash shadiq As bersabda, “Nabi Isa As ditanya ihwal mengapa Anda tidak menikah?” Nabi Isa As menjawab, “Menikah untuk apa?”
Orang-orang berkata, “Supaya Anda kelak memiliki keturunan.” Nabi Isa bertanya lagi, “Keturunan buat apa? Kalau hidup akan menyebabkan kesengsaraan dan kalau meninggal akan menimbulkan kesedihan dan kegundahan.”
Da Vinci Code - Novel |
Nabi Isa as berkata kepada para sahabatnya, “Makananku tumbuh-tumbuhan dan minumanku dari air sungai dan mata air yang aku minum dengan tanganku. Lampu penerangku adalah cahaya bulan, karpetku adalah bumi dan bebatuan menjadi bantalku. Pakaianku dari rambut-rambut hewan. Saya tidak memiliki anak yang kemudian mati. Aku tidak memiliki istri yang harus bersedih. Aku tidak memiliki rumah yang kemudian rusak. Aku tidak memiliki harta yang harus dihabisi. Karena itu aku adalah manusia yang paling tidak membutuhkan.”
Di antara sebab mengapa Nabi Isa disebut sebagai al-Masih adalah karena beliau senang bepergian (sayyâh). Akar kata sayyâh berasal dari siyâhat yang bermakna berkeliling dan bersafari di bumi untuk beribadah dan memutuskan diri dari khalayak. Karena itu disebutkan bahwa Nabi Isa as melakukan perjalanan dan safari di muka bumi kemudian bangun ketika tiba waktu malam dan mengerjakan salat hingga pagi.
Dalam sebuah riwayat yang dinukil oleh Thabarsi dari Imam Ali As dalam menjawab pertanyaan seorang Yahudi, beliau membenarkan bahwa Nabi Isa As adalah seorang sayyâh. ( Islamquest )
"Jadi teori ku salah ?" Tanya temanku.
"Jangan menyerah, benturkan semua teori2 yang ada asal jangan menyimpulkan tanpa pondasi. Pengennya logika, malah ber-analogi nantinya.. Karena kamu salah, kamu yang bayar kopinya.."
"Memang dari kemarin gua yang bayar kok !"
Penulis: Denny Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar