Breaking News

Islam

Politik

Jumat, 30 Oktober 2015

ULAMA BERBAJU IBLIS

Kenapa saya tidak banyak percaya pada ulama, apalagi zaman sekarang ?

Di dalam riwayat Islam, Iblis adalah ahli ibadah kelas wahid. Ia dari golongan jin yang tercipta ribuan tahun sebelum manusia pertama diciptakan. Dan ia adalah mahluk yang sangat tekun beribadah, pada masanya. Namanya dulu adalah Azazil.

Ketekunan iblis beribadah mengalahkan seluruh mahluk lainnya. Ia bahkan dijadikan sebagai mahluk yg dipercaya, didengar kata2nya dan dianggap sebagai jembatan untuk bisa menyampaikan maksud kepada Tuhan.

Iblis diuji ketika Tuhan menciptakan manusia pertama, Nabi adam as, dan seluruh mahluk diperintahkan sujud dihadapan beliau. Hanya iblis-lah yang menolak untuk sujud. Kenapa ? Karena iblis merasa bahwa dirinya lebih tinggi derajatnya dan lebih dekat kepada Tuhan karena kuatnya ibadahnya, jadi untuk apa ia harus sujud di hadapan manusia ?

Iblis bukan malaikat yang tidak punya kehendak. Ia seperti manusia yang diberi kebebasan memilih. Dan karena ia sudah membangkang perintah Tuhan, maka neraka adalah kepastian baginya.

Disinilah tergambar Maha Adil-nya Tuhan. Ketika iblis meminta untuk menyesatkan manusia di dunia, Tuhan mengabulkannya sebagai balasan setimpal atas ibadah iblis selama ini. Meski begitu, Tuhan menyiapkan petunjuk2 kepada manusia di dunia untuk menghindari penyesatan yang dilakukan iblis.

Penggambaran yang begitu jelas bahwa baju ibadah tidak serta merta menjadikan dirinya dekat dengan Tuhan, menyadarkan saya bahwa manusia yang paling rentan menjadi iblis sebenarnya adalah ulama. Ulama mempunyai kekuatan menjerumuskan banyak orang dalam kesesatan. Kata-katanya dipatuhi banyak orang. Perilakunya dicontoh banyak orang. Ahli ibadah yang menakutkan.

Jadi ketika kita melihat sekelompok orang menjadi radikal, kita pasti akan melihat ulama yang radikal juga. Ketika kita melihat sekelompok orang berjiwa korup, ulamanya pasti korup juga. Bagaimana bisa kelompok orang mendapat pencerahan ketika ulamanya sendiri gelap ? Ketika seorang ulama menjadi cahaya bagi sekitarnya, tentu mereka yang berjiwa gelap yang akan menjauhinya, karena sudah sifat manusia akan berkelompok berdasarkan jenis sifatnya. Persis seperti binatang.

Disitulah kitab suci memberikan pelajaran, petunjuk2 supaya kita tidak gamang. Akal disematkan ke kita sebagai berkah dari Tuhan, supaya kita terus berfikir dengan berpegang pada petunjuk2-Nya. Tanpa petunjuk, kita akan menganggap apa yang kita lakukan benar, persis seperti yang diinginkan iblis.

Bagaimana bisa membedakan ulama yang benar dan ulama yang sejatinya berbaju iblis ?

Mudah sebenarnya. Serigala bisa berbulu domba, tetapi ia tidak pernah bisa mengembik. Begitu juga iblis sangat mampu berbaju ulama, tetapi ia tidak akan pernah bisa menyembunyikan kesombongannya. Dan ciri utama ulama yang benar adalah dari ahlaknya, dari cara dia memperlakukan manusia lain lebih baik daripada ia memperlakukan dirinya sendiri. Ahlak menunjukkan tidak sedikitpun kesombongan - sebagai sifat utama iblis - mempengaruhi dirinya.

Indonesia Bersatu
Itulah kenapa kita disuruh beragama dengan akal, karena tanpa akal sebenarnya manusia itu tidak mengenal agama, ia tidak mampu mengenal petunjuk-Nya. Tanpa akal, kita akan menjadi seperti kerbau yang dicucuk hidungnya yang digiring ke tempat pembantaian.

Ah, nikmat sekali rasanya kopi siang ini. Semoga kamu paham..

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Rabu, 28 Oktober 2015

SEPAKBOLA INDONESIA

Dibalik kemeriahan final sepakbola Persib vs Sriwijaya sore ini, ada yang sakitnya tuh disini, disini dan disini.. Karena pakde Jokowi tidak mau bertemu FIFA jika yang bawa PSSI..

Orang keras kepala kok ya di lawan...

Yang saya senang itu melihat ekspresi Jokowi yang sedang duduk bareng Ahok di GBK.


Jokowi dan Ahok
Kehadirannya seperti sebuah statement kepada PSSI, bahwa pemerintah-lah yang memegang aturan negara bukan mereka, bukan juga FIFA. PSSI jadi seperti antek asing di masa pemerintahan ini.

Ini juga sebuah statement bagus bahwa pemerintah tidak akan pernah mentolerir mafia dalam bidang apapun, juga olahraga. Pembekuan PSSI seperti analogi katak yang ditaruh dalam air dingin kemudian dipanaskan sampai mati pelan2.

La Nyala Mattaliti sampai sungkan datang ke GBK. Mungkin sedang berduka di atas bantal beludru ungunya yang berenda dan sejumput pita, sambil menyanyikan lagu lama First love dari Nikka Costa,

"Everyone can see, there's a change in me... They all say I'm not the same..."

Piala Presiden ini bukan sekedar masalah sepakbola, tetapi lebih kepada sikap politik pemerintah terhadap mafia dan induk organisasi dunia yang melindungi mereka.

Pesan besarnya sudah tersampaikan. Kalau ingin menggunakan fasilitas negara, datang kesini dan ikuti aturan main yang ada. Jangan negara yang mengikuti aturan organisasi.

Arogan ? Memang harus arogan. Sudah berapa lama negara ini diinjak dengan ancaman akan disanksi sepihak ? Sombong kepada orang sombong itu sedekah.


Ridwan Kamil, Jokowi dan Ahok
Itulah gaya Preaidenku. Dan aku termasuk warga negara yang bangga.

 Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Senin, 26 Oktober 2015

PAGI, PAK PRABOWO

Selamat pagi, pak Prabowo
Apa kabar, pak ?

Prabowo Subianto
Mungkin sedang minum kopi pagi ini. Atau mungkin juga sedang jalan2 dan mengagumi kuda bapak di kandang ya pak..

Saya ini dulu pengagum bapak lho, pak. Sungguh. Cerita2 tentang kehebatan bapak di melawan fretilin itu menggugah. Dan kisahnya bapak yang katanya diselamatkan Hercules saat bapak di kebiri dan ditinggalkan supaya mati sendiri, sungguh membuat saya trenyuh dan simpati. Mungkin itulah dasar kekaguman saya, meskipun cerita itu belum tentu benar.

Prabowo dan Megawati (2009)
Saya ingat tahun 2009, saya kecewa sekali kenapa bapak mau2nya jadi cawapres Megawati ? Bapak waktu itu namanya sangat kuat dan itu momen bapak yang terbaik jika mencalonkan diri menjadi capres. Bukan apa2, soalnya waktu itu yang mencalonkan diri ya itu2 saja, wajah lama yang sudah tidak segar lagi utk memimpin negara ini dan terlihat mereka bernafsu sekali ingin lagi, lagi dan lagi.

Dan bapak adalah calon yang segar sebenarnya. Saya bisa tidak golput kalau waktu itu bapak mencalonkan diri. Dan saya yakin sekali bapak akan menang. Bapak gagah, tampan, segar dan tentara lagi. Kurang apa coba, pak ?

Tapi waktu pilpres 2014, saya jadi berbalik tidak simpati, terutama saat bapak memutuskan koalisi dengan serigala-serigala berbulu putih bersih. Melihat siapa2 saja dibelakang bapak, jujur saya ngeri.

Dan semakin saya tidak simpati ketika ternyata mereka yang dibelakang bapak bermain sangat tidak sportif dan menghalalkan segala cara mulai kampanye hitam sampai manipulasi data pemenang. Saya jadinya berfikir, bagaimana seandainya bapak menang ya ? Habis negeri ini dicabik-cabik mereka yang lapar terus menerus tidak ada puasnya meski dikasi harta se-gunung arjuna.

Baru saya paham, apa sebenarnya kelemahan bapak.

Meski bapak terlihat gagah ketika berorasi, tegas ketika di podium, sejatinya bapak sangat lemah. Bapak terlihat penuh kompromi untuk menyenangkan orang2 di sekitar bapak. Itulah mungkin yang menjadi dasar bapak untuk menjadi cawapres Megawati dulu.


Prabowo dan Aburizal Bakrie

Bapak terlalu lembut hati. Tapi untuk memimpin negeri yang sudah penuh dengan serigala bengis pemakan sesama, tidak bisa dengan lembut hati dan penuh kompromi. Mereka terlalu ganas dan menguasai segala sisi. Perlu orang yang lebih kejam dan dingin untuk membunuhi mereka. Lembut hati boleh, tapi kepada rakyat kecil bukan kepada serigala, pak.

Bapak hanya dijadikan boneka saja, besarnya nama bapak hanya dimanfaatkan mereka saja. Dan ternyata bukan hanya orang luar yang memanfaatkan bapak, orang dalam lebih gila lagi. Mereka-lah ternyata penyambung lidah antara serigala dengan bapak.

Dan bapak sekali lagi menunjukkan kelemahan sejati. Katanya dulu mau menghukum mereka yang tidak mau mengikuti peraturan partai bapak untuk tidak keluar negeri pakai uang negara. Ternyata lebih kejam Surya Paloh yang memaksa sekjennya mundur ketika ketahuan korupsi, tetapi wakil bapak dibiarkan terus berleha2. Duh, bagaimana kalau mereka jadi menteri, pak ?

Maaf ya, pak kalau saya buat tersinggung bapak, karena saya dengar bapak emosian dan suka lempar2 handphone. Kalaupun saya akhirnya yang dilempar, tolong dengan handphone yang sudah 4G, pak. Saya pasti berterima-kasih sekali.

Apa bapak tidak sadar kalau bapak sudah diangkat2 sampai bapak sendiri halusinasi ? Atau mungkin itu juga kelemahan bapak yang paling dasar ? Bapak jadi seperti anak kecil yang dikasih kuda2an, dikasih baju raja2an, trus mereka menghormati dan mematuhi titah bapak padahal di belakang mereka ketawa ngikik2 sampe cepirit kekuningan.

Saya lagi2 membayangkan, bagaimana kalau bapak memimpin negeri ini. Kalau bapak Jenderal yang satu lagi melihat asap lalu prihatin berlebihan, bapak mungkin akan datang ke lokasi dengan kuda 3 miliaran dan be-retorika bahwa asap akan pergi sendiri karena takut dengan macan asia. Wah, kudanya bisa lari pak kalau ditunggangi macan.

Pecat-lah pak orang2 yang ada di bawah bapak itu, yang suka menjilat2 itu supaya istri2 mereka tetap senang. Ganti dengan orang2 muda yang baru yang idealismenya tinggi untuk menyelamatkan negeri ini. Dan orang2 idealis seperti itu tidak akan membiarkan bapak hanya duduk di rumah mewah bapak sambil mengeluarkan rapor merah. Mereka akan membangun karakter bapak dengan terus menerus menempatkan bapak sebagai tajuk berita. "Prabowo turun sendiri telanjang dada dan bersenjatakan selang untuk memadamkan api", "Prabowo ditengah2 buruh pabrik yang demo meminta kenaikan UMK", atau yang lebih ekstrim misalnya, "Prabowo mengagetkan pelanggan go-jek yang tidak sadar bahwa ternyata ia dibonceng seorang negarawan." Eh, kalau konsep nyamar yang ini kok mirip kampanye bapak yang itu yang sama2 mantan Jenderal ya, pak.

Prabowo Subianto
Banyak hal yang bisa dibangun diluar daripada hanya teriak dari dalam rumah. Ini zamannya kerja, bukan pencitraan, pak. Berbuat akan lebih terlihat daripada berteriak dalam senyap.

Sudahlah pak survey2 itu, hanya menghabiskan uang bapak saja karena tim survey juga butuh makan. Mereka hanya akan menambah bunga2 mimpi bapak saja, supaya kocek mereka semakin tebal. Dan anehnya, bapak malah tersenyum dalam tidur diatas bantal mahal yang disulam khusus untuk anggota kerajaan.

Saya sudahi saja ya, pak.. Anggap saja ini kritikan dan bukan hinaan. Sudah waktunya bangun karena hari sudah siang. Tidur terus nanti mimpinya makin berlebihan.

Ada peribahasa yang bagus untuk bapak. Ada uang abang disayang, gada uang abang melayang. Yang artinya, biarlah kebakaran di Kalimantan, yang penting nanam pohonnya di Senayan. Bingung kan, pak ? Sama saya juga..

Selamat pagi, bapak...

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Minggu, 25 Oktober 2015

ISLAM NUSANTARA, HARI SANTRI & BELA NEGARA

Kalau kita perhatikan dengan benar, mesin program revolusi mental sudah mulai bekerja, meski tidak dikoar2kan.

Salah satu cabang dari revolusi mental adalah konsep Islam Nusantara. Seperti pernah saya bahas, konsep Islam Nusantara ini diluncurkan supaya kita bisa memilah mana islam toleran dan mana islam radikal. Kemudian disusul program hari santri nasional untuk merapatkan barisan para santri.

Islam Nusantara
Kenapa agama Islam lebih diutamakan ? Karena mayoritas penduduk negeri kita beragama Islam. Ketika mayoritas ini menjadi radikal, maka negara-pun terancam. Usaha2 untuk me-radikalisasi Islam di Indonesia ini jelas sekali terlihat dengan tumbuhnya media2, organisasi2 dan manusia2 yang bersumbu pendek dan cuti nalar. Mereka ini tidak sedikitpun memiliki nasionalisme untuk Indonesia, tetapi untuk Arab Saudi.

Islam Nusantara
Triliunan rupiah dana Saudi mengalir ke Indonesia dalam bentuk pembangunan pesantren2, organisasi massa dan lain2. Dana besar mereka masuk dengan membawa program khilafah, yang isinya menjadikan Indonesia sebagai negara Islam dengan hukum syariat, yang tentunya syariat versi mereka. Program kerohanian Islam di sekolah2, masjid2, majelis2 dan pengajian2 menjadi sasaran utama penyebaran paham mereka. Budaya arab dipaksakan masuk ke Indonesia. Yang berbeda dengan mereka, dituding sesat dan kafir begitu juga dgn lambang negara kita.

Melawan konsep radikalisasi Islam ini, negara menggandeng NU dan Muhammadiyah. Meski masih berbeda pandang dgn Muhammadiyah terhadap hari santri yang baru dicanangkan, tetapi NU sudah bergerak dengan menerjunkan santri2nya ke daerah yang rawan konflik. Mereka melakukan brain-storming terhadap konsep Islam Nusantara kepada muslim disana sampai mendirikan madrasah, supaya mereka tidak menjadi radikal. Inilah perang yang sudah berjalan. Perang pemikiran.

Revolusi Mental
Salah satu cabang dari program revolusi mental adalah bela negara. Program ini mirip dengan yang dilakukan para santri, hanya targetnya adalah masyarakat umum yang tidak tersentuh para santri. Brainstorming terhadap wawasan kebangsaan dan menguatkan kembali nilai2 nasionalis yang pudar selama era reformasi. Rakyat diwajibkan kembali memahami apa itu negara kesatuan. Jika nasionalisme sudah mengakar kuat, maka rakyat tidak mudah diadu domba dengan isu2 sektarian. Apalagi sekarang bahkan di sekolahpun ada pelarangan hormat bendera karena dianggap syirik. Bela negara tidak seperti wajib militer yang fokus pada pelatihan bersenjata.

Inilah titik2 penting yang pertama dilakukan negara untuk melawan infiltrasi asing yang ingin mengoyak kebangsaan kita. Kita belajar banyak dari jatuhya Libya, rusuhnya Suriah dan chaos di Irak.

Titik2 revolusi mental di tempat lain belum tersentuh seperti korupsi, karena lembaga hukumnya sendiri masih penuh tikus2 berkerah putih. Saya menunggu langkah brilian untuk hal ini, dan saya yakin apa yang dilakukan Jokowi tidak ekstrim seperti yang dilakukan pemerintah China yang menyediakan peti mati. Langkah Jokowi ini biasanya lebih panjang dan memutar. Dia bukan model yang main pukul trus musuh terjengkang, karena musuh bisa saja bangkit dan memukul balik lebih keras.

Model Jokowi ini adalah memberi racun pelan2 sambil diajak makan dan ketawa2, lama2 musuhnya merasa tubuhnya sakit dan mati di tempat tidur dengan tersenyum. Tidak sempat lagi memikirkan kapan memberontak, karena ia merasa aman. Itulah cara yang dia lakukan dalam memberantas paham radikal di negeri ini dan akan dia lakukan dalam memberantas para tikus yang berdasi. Yang pasti, fokusnya pasti tikus di lembaga2 hukum dulu.

Ah, mungkinkah dia juga sedang berusaha menyingkirkan dengan halus Jaksa Agung yang dulu terpaksa dia terima demi koalisi yang kuat di parlemen ?

Coba kita tanya pada secangkir kopi..

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Sabtu, 24 Oktober 2015

BELAJAR CERDAS

Politik di Indonesia ini sekarang mirip agama.

Begitu sensitifnya ketika menyangkut nama, sehingga yang merasa idola-nya tersentil langsung tersinggung. Postingan saya tentang pak Prabowo membuat saya di inbox beberapa orang yang bertanya kenapa saya membenci Prabowo, dan seperti biasa, terakhirnya, "Oh, pantas syiah.."

Haters dan Lovers adalah konsep yang saya tidak paham, karena disitu ada konsep fanatisme. Dan saya bukan orang yang fanatik terhadap siapapun. Mereka yang membaca postingan saya tanpa rasa fanatik, pasti bisa melihat pesan yang ada di dalamnya.


Berpolitik Cerdas



Saya bukan fanatik terhadap Jokowi, tetapi saya menghargai kinerjanya. Bukan "siapa" dia tetapi "apa yang dilakukannya. Bukan "subjek"nya tetapi "objeknya". Dan saya hanya meng-analisa dari apa yg beliau lakukan, untuk saya sendiri. Sebagai pembelajaran bagus tentang strategi, pencapaian, kerendahan hati dan mampu keluar dari budaya lama yang puluhan tahun mendominasi perilaku pejabat kita.

Begitu juga dengan Ahok. Seandainya Ahok itu beragama budha dan dia orang batak bukan tionghoa, tetap saya akan menulis apa yang dilakukannya yang sangat menggugah. Langkah2nya fenomenal buat saya dan saya belajar banyak darinya, dari apa yang dilakukannya, bukan karena bajunya bahwa dia kristen dan china. Salah besar jika melihat itu.

Intinya sebenarnya kepada apa yang dilakukannya. Begitu juga ketika saya mengkritik para penentang Jokowi, bukan karena saya benci dengan mereka. Tetapi lebih kepada perbuatan dan perilaku mereka yang juga fenomenal. Bahwa ketika akhirnya saya menyebut nama ya karena merekalah carrier atau pembawa perilaku itu. Dari mereka juga saya banyak belajar, terutama belajar kesalahan pola pikir mereka.

Fanatisme itu ada di kulit luar dan sungguh itu sama sekali tidak menarik. Saya hanya mencoba menangkap inti dari peristiwa dan menuangkannya sebagai - lagi lagi - tempat belajar. Apa itu berpengaruh utk saya ? Sangat.

Saya orang yang percaya bahwa cara Tuhan berkomunikasi dgn kita adalah dengan menghadirkan peristiwa dan manusia pembawanya. Dari situ akal kita dituntut untuk mendapat setiap makna dalam setiap langkah mereka. Mengenal kebenaran dan kesalahan.

Saya tidak bilang saya netral, karena netral itu sama saja tidak mampu mengenal apapun. Nihil. Nol. Berarti sia2 Tuhan menghadirkan peristiwa jika saya tidak mendapat apa2 disana. Keberpihakan itu penting, karena tidak ada yang abu2 di dunia ini. Hitam putih. Kiri kanan. Yin dan Yang. Semua condong dan pada akhirnya berpihak. Tinggal berpihak ke yang benar atau ke yang salah, itu saja poinnya.

Saya sering membaca status orang2 tentang keberpihakan Iwan Fals dan Bimbim Slank ke Jokowi dan Ahok. Kata mereka, Iwan Fals dan Bimbim sudah melacur karena tidak lagi menjadi oposisi pemerintah. Disini yang salah kaprah. Oposisi itu jika pemerintah salah, kalau benar ya didukung. Ini akibat dari ketidak-mampuan memilah karena buta oleh fanatisme, oleh sosok.

Politik Kita Saat Ini


Sama saja dengan ber-agama, kan ? Ketika beragama tertentu maka akan sibuk membela agamanya, fanatik pada ulamanya. Akhirnya, agama jadi tidak mengajarkan apa2 kecuali taklid buta. Tidak ada inti yang berhasil diserap sedikitpun dari sejarahnya, dari petunjuknya apalagi ngomong dari Firman-Nya.

Apapun yang dikatakan si Denny jangan dipercaya karena dia syiah. Stigma itu yang membuat apapun yg saya katakan menjadi salah. Jika kata2 saya kasar maka saya disebut penghujat, jika kata2 saya lembut dianggap munafik. Trus maunya. gimana ? Tidak akan pernah benar ketika orang memandang sesuatu itu dari bajunya yang dipakai, bukan dari inti perbuatannya.

Malas sebenarnya ngomong ini, karena mau dikasih jawaban apapun tetap saja mental. Imam Ali as pernah berkata, orang bodoh itu tawanan lidahnya. Ia hanya setuju dengan pendapatnya saja. Membuktikan kebenaran kepada mereka itu mudah, yang susah membuat mereka menerimanya.

Jadi penjelasan ini bukan buat mereka yang inbox, tetapi buat yang lain yang merendahkan dirinya untuk mencoba mengambil inti dari setiap peristiwa. Tulisan saya jangan dianggap Tuhan, tapi juga jangan dianggap setan. Apa yang pernah saya tuangkan adalah keping puzzle untuk digabungkan dgn keping puzzle yang anda pegang. Akal-lah yang merangkai semuanya.

"Saya adalah hamba dari seorang yang mengajari saya, walaupun satu huruf..." Imam Ali as.

Silahkan diminum kopinya.

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

POLIGAMI

Pahami dulu kondisi masyarakat arab zaman dahulu, ketika mereka berada pada era jahiliyah.

Saya pernah cerita bagaimana mereka bisa mempunyai istri dan harem sampai ratusan, dan itu hal yang sangat wajar pada masa itu. Semakin kaya dia, maka status sosialnya akan terangkat ketika ia mampu mendapatkan wanita bahkan membeli budak wanita. Semacam trophy. Yang monogami ya stratanya rendah.

Dan itu bukan hanya masalah seks semata, tetapi juga untuk membangun keluarga besar. Semacam klan tempat mereka bernaung dan berkuasa. Semakin besar keluarga, maka semakin besar juga kesempatan berkuasa.




Poligami

Ketika Nabi Muhammad saw berada ditengah2 mereka, maka Nabi banyak mengatur hukum2 termasuk hukum pernikahan. Dan seperti yang disebut dalam Al-quran, maka dipampatkanlah tradisi menikahi ratusan wanita itu menjadi maksimal empat saja.

"Pertanyaannya kenapa empat ?"
Sebenarnya ini bukan masalah bilangan, tetapi Nabi pasti paham ukuran kecukupan sehingga tidak berlebih2an. Dan sekali lagi catat, ini juga karena situasi dan kondisi masyarakat arab.

"Berarti gak relevan dong jika dipakai zaman sekarang ?"
Relevan atau tidak kan tergantung situasi zaman. Kalau sekarang zaman monogami, buat sebagian orang pernikahan lebih dari satu jadi pandangan aneh. Tapi yang perlu dicatat, hukumnya tetap halal jadi diperbolehkan. Sebagai contoh relevan, hukum potong tangan bagi pencuri dulu biasa diberlakukan. Tapi sekarang diatur dengan penjara saja.

"Itu sunnah Rasul-kan ?"
Ya, Nabi juga melakukan itu. Sunnah itu artinya melakukan hal yang sesuai dengan perbuatan dan perkataan Nabi. Masalahnya, bisa tidak manusia seperti Nabi yang mampu berlaku adil kepada istri2nya sehingga mereka semua sayang dan rela. Kalau mampu, silahkan. Kalau misalnya malah membawa bencana dalam rumah tangga, ya hindarkan. Semua kan tergantung situasi dan kondisi juga. Sunnah Nabi itu banyak dan yg terpenting dari itu semua adalah ahlak. Jangan cuman sunnah yang enak aja dimakan, yang susah malah ditinggalkan.

"Kalau poliandri ?"
Ya gak bolehlah. Poliandri itu mengacaukan pertalian darah. Jadi tidak jelas ini anak siapa. Tatanan sosial bisa berantakan kalau wanita boleh menikah lebih dari satu lelaki.

"Berarti Tuhan tidak adil dong ?"
Konsep adil itu bukan sama rata, tapi sesuai porsinya. Menempatkan sesuatu pada tempatnya. Wanita kurang pada sisi ini, tapi dilebihkan pada sisi lain. Misalnya, tidak wajib mencari nafkah. Jadi cukup ongkang2 aja sambil baca koran, suami yang kerja.

"Ih, sembarangan. Trus kalau konsep adil kepada istri2nya itu juga harus begitu ?"
Ya, iyalah. Disesuaikan juga pada porsinya. Kalau istri pertama makan kangkung dan yang kedua suka steak, berikan sesuai porsinya. Kangkung ya kangkung, dikasi steak ntar sakit perut. Kalau si steak disuruh makan kangkung, entar kentutnya bau.

"Jadi kamu suruh aku makan kangkung dan kentutku bau, gitu ya ? MALAM INI TIDUR DI SOFA !!!"

Penulis: Denny Siregar
Read more ...

Indonesia

Air Hidup

Advertise Here

Designed By VungTauZ.Com