Kenapa saya tidak banyak percaya pada ulama, apalagi zaman sekarang ?
Di dalam riwayat Islam, Iblis adalah ahli ibadah kelas wahid. Ia dari golongan jin yang tercipta ribuan tahun sebelum manusia pertama diciptakan. Dan ia adalah mahluk yang sangat tekun beribadah, pada masanya. Namanya dulu adalah Azazil.
Ketekunan iblis beribadah mengalahkan seluruh mahluk lainnya. Ia bahkan dijadikan sebagai mahluk yg dipercaya, didengar kata2nya dan dianggap sebagai jembatan untuk bisa menyampaikan maksud kepada Tuhan.
Iblis diuji ketika Tuhan menciptakan manusia pertama, Nabi adam as, dan seluruh mahluk diperintahkan sujud dihadapan beliau. Hanya iblis-lah yang menolak untuk sujud. Kenapa ? Karena iblis merasa bahwa dirinya lebih tinggi derajatnya dan lebih dekat kepada Tuhan karena kuatnya ibadahnya, jadi untuk apa ia harus sujud di hadapan manusia ?
Iblis bukan malaikat yang tidak punya kehendak. Ia seperti manusia yang diberi kebebasan memilih. Dan karena ia sudah membangkang perintah Tuhan, maka neraka adalah kepastian baginya.
Disinilah tergambar Maha Adil-nya Tuhan. Ketika iblis meminta untuk menyesatkan manusia di dunia, Tuhan mengabulkannya sebagai balasan setimpal atas ibadah iblis selama ini. Meski begitu, Tuhan menyiapkan petunjuk2 kepada manusia di dunia untuk menghindari penyesatan yang dilakukan iblis.
Penggambaran yang begitu jelas bahwa baju ibadah tidak serta merta menjadikan dirinya dekat dengan Tuhan, menyadarkan saya bahwa manusia yang paling rentan menjadi iblis sebenarnya adalah ulama. Ulama mempunyai kekuatan menjerumuskan banyak orang dalam kesesatan. Kata-katanya dipatuhi banyak orang. Perilakunya dicontoh banyak orang. Ahli ibadah yang menakutkan.
Jadi ketika kita melihat sekelompok orang menjadi radikal, kita pasti akan melihat ulama yang radikal juga. Ketika kita melihat sekelompok orang berjiwa korup, ulamanya pasti korup juga. Bagaimana bisa kelompok orang mendapat pencerahan ketika ulamanya sendiri gelap ? Ketika seorang ulama menjadi cahaya bagi sekitarnya, tentu mereka yang berjiwa gelap yang akan menjauhinya, karena sudah sifat manusia akan berkelompok berdasarkan jenis sifatnya. Persis seperti binatang.
Disitulah kitab suci memberikan pelajaran, petunjuk2 supaya kita tidak gamang. Akal disematkan ke kita sebagai berkah dari Tuhan, supaya kita terus berfikir dengan berpegang pada petunjuk2-Nya. Tanpa petunjuk, kita akan menganggap apa yang kita lakukan benar, persis seperti yang diinginkan iblis.
Bagaimana bisa membedakan ulama yang benar dan ulama yang sejatinya berbaju iblis ?
Mudah sebenarnya. Serigala bisa berbulu domba, tetapi ia tidak pernah bisa mengembik. Begitu juga iblis sangat mampu berbaju ulama, tetapi ia tidak akan pernah bisa menyembunyikan kesombongannya. Dan ciri utama ulama yang benar adalah dari ahlaknya, dari cara dia memperlakukan manusia lain lebih baik daripada ia memperlakukan dirinya sendiri. Ahlak menunjukkan tidak sedikitpun kesombongan - sebagai sifat utama iblis - mempengaruhi dirinya.
Itulah kenapa kita disuruh beragama dengan akal, karena tanpa akal sebenarnya manusia itu tidak mengenal agama, ia tidak mampu mengenal petunjuk-Nya. Tanpa akal, kita akan menjadi seperti kerbau yang dicucuk hidungnya yang digiring ke tempat pembantaian.
Ah, nikmat sekali rasanya kopi siang ini. Semoga kamu paham..
Penulis: Denny Siregar
Read more ...
Di dalam riwayat Islam, Iblis adalah ahli ibadah kelas wahid. Ia dari golongan jin yang tercipta ribuan tahun sebelum manusia pertama diciptakan. Dan ia adalah mahluk yang sangat tekun beribadah, pada masanya. Namanya dulu adalah Azazil.
Ketekunan iblis beribadah mengalahkan seluruh mahluk lainnya. Ia bahkan dijadikan sebagai mahluk yg dipercaya, didengar kata2nya dan dianggap sebagai jembatan untuk bisa menyampaikan maksud kepada Tuhan.
Iblis diuji ketika Tuhan menciptakan manusia pertama, Nabi adam as, dan seluruh mahluk diperintahkan sujud dihadapan beliau. Hanya iblis-lah yang menolak untuk sujud. Kenapa ? Karena iblis merasa bahwa dirinya lebih tinggi derajatnya dan lebih dekat kepada Tuhan karena kuatnya ibadahnya, jadi untuk apa ia harus sujud di hadapan manusia ?
Iblis bukan malaikat yang tidak punya kehendak. Ia seperti manusia yang diberi kebebasan memilih. Dan karena ia sudah membangkang perintah Tuhan, maka neraka adalah kepastian baginya.
Disinilah tergambar Maha Adil-nya Tuhan. Ketika iblis meminta untuk menyesatkan manusia di dunia, Tuhan mengabulkannya sebagai balasan setimpal atas ibadah iblis selama ini. Meski begitu, Tuhan menyiapkan petunjuk2 kepada manusia di dunia untuk menghindari penyesatan yang dilakukan iblis.
Penggambaran yang begitu jelas bahwa baju ibadah tidak serta merta menjadikan dirinya dekat dengan Tuhan, menyadarkan saya bahwa manusia yang paling rentan menjadi iblis sebenarnya adalah ulama. Ulama mempunyai kekuatan menjerumuskan banyak orang dalam kesesatan. Kata-katanya dipatuhi banyak orang. Perilakunya dicontoh banyak orang. Ahli ibadah yang menakutkan.
Jadi ketika kita melihat sekelompok orang menjadi radikal, kita pasti akan melihat ulama yang radikal juga. Ketika kita melihat sekelompok orang berjiwa korup, ulamanya pasti korup juga. Bagaimana bisa kelompok orang mendapat pencerahan ketika ulamanya sendiri gelap ? Ketika seorang ulama menjadi cahaya bagi sekitarnya, tentu mereka yang berjiwa gelap yang akan menjauhinya, karena sudah sifat manusia akan berkelompok berdasarkan jenis sifatnya. Persis seperti binatang.
Disitulah kitab suci memberikan pelajaran, petunjuk2 supaya kita tidak gamang. Akal disematkan ke kita sebagai berkah dari Tuhan, supaya kita terus berfikir dengan berpegang pada petunjuk2-Nya. Tanpa petunjuk, kita akan menganggap apa yang kita lakukan benar, persis seperti yang diinginkan iblis.
Bagaimana bisa membedakan ulama yang benar dan ulama yang sejatinya berbaju iblis ?
Mudah sebenarnya. Serigala bisa berbulu domba, tetapi ia tidak pernah bisa mengembik. Begitu juga iblis sangat mampu berbaju ulama, tetapi ia tidak akan pernah bisa menyembunyikan kesombongannya. Dan ciri utama ulama yang benar adalah dari ahlaknya, dari cara dia memperlakukan manusia lain lebih baik daripada ia memperlakukan dirinya sendiri. Ahlak menunjukkan tidak sedikitpun kesombongan - sebagai sifat utama iblis - mempengaruhi dirinya.
Indonesia Bersatu |
Ah, nikmat sekali rasanya kopi siang ini. Semoga kamu paham..
Penulis: Denny Siregar