Salah satu cabang dari revolusi mental adalah konsep Islam Nusantara. Seperti pernah saya bahas, konsep Islam Nusantara ini diluncurkan supaya kita bisa memilah mana islam toleran dan mana islam radikal. Kemudian disusul program hari santri nasional untuk merapatkan barisan para santri.
Islam Nusantara |
Islam Nusantara |
Melawan konsep radikalisasi Islam ini, negara menggandeng NU dan Muhammadiyah. Meski masih berbeda pandang dgn Muhammadiyah terhadap hari santri yang baru dicanangkan, tetapi NU sudah bergerak dengan menerjunkan santri2nya ke daerah yang rawan konflik. Mereka melakukan brain-storming terhadap konsep Islam Nusantara kepada muslim disana sampai mendirikan madrasah, supaya mereka tidak menjadi radikal. Inilah perang yang sudah berjalan. Perang pemikiran.
Revolusi Mental |
Inilah titik2 penting yang pertama dilakukan negara untuk melawan infiltrasi asing yang ingin mengoyak kebangsaan kita. Kita belajar banyak dari jatuhya Libya, rusuhnya Suriah dan chaos di Irak.
Titik2 revolusi mental di tempat lain belum tersentuh seperti korupsi, karena lembaga hukumnya sendiri masih penuh tikus2 berkerah putih. Saya menunggu langkah brilian untuk hal ini, dan saya yakin apa yang dilakukan Jokowi tidak ekstrim seperti yang dilakukan pemerintah China yang menyediakan peti mati. Langkah Jokowi ini biasanya lebih panjang dan memutar. Dia bukan model yang main pukul trus musuh terjengkang, karena musuh bisa saja bangkit dan memukul balik lebih keras.
Model Jokowi ini adalah memberi racun pelan2 sambil diajak makan dan ketawa2, lama2 musuhnya merasa tubuhnya sakit dan mati di tempat tidur dengan tersenyum. Tidak sempat lagi memikirkan kapan memberontak, karena ia merasa aman. Itulah cara yang dia lakukan dalam memberantas paham radikal di negeri ini dan akan dia lakukan dalam memberantas para tikus yang berdasi. Yang pasti, fokusnya pasti tikus di lembaga2 hukum dulu.
Ah, mungkinkah dia juga sedang berusaha menyingkirkan dengan halus Jaksa Agung yang dulu terpaksa dia terima demi koalisi yang kuat di parlemen ?
Coba kita tanya pada secangkir kopi..
Penulis: Denny Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar