Saya pernah cerita bagaimana mereka bisa mempunyai istri dan harem sampai ratusan, dan itu hal yang sangat wajar pada masa itu. Semakin kaya dia, maka status sosialnya akan terangkat ketika ia mampu mendapatkan wanita bahkan membeli budak wanita. Semacam trophy. Yang monogami ya stratanya rendah.
Dan itu bukan hanya masalah seks semata, tetapi juga untuk membangun keluarga besar. Semacam klan tempat mereka bernaung dan berkuasa. Semakin besar keluarga, maka semakin besar juga kesempatan berkuasa.
Poligami |
Ketika Nabi Muhammad saw berada ditengah2 mereka, maka Nabi banyak mengatur hukum2 termasuk hukum pernikahan. Dan seperti yang disebut dalam Al-quran, maka dipampatkanlah tradisi menikahi ratusan wanita itu menjadi maksimal empat saja.
"Pertanyaannya kenapa empat ?"
Sebenarnya ini bukan masalah bilangan, tetapi Nabi pasti paham ukuran kecukupan sehingga tidak berlebih2an. Dan sekali lagi catat, ini juga karena situasi dan kondisi masyarakat arab.
"Berarti gak relevan dong jika dipakai zaman sekarang ?"
Relevan atau tidak kan tergantung situasi zaman. Kalau sekarang zaman monogami, buat sebagian orang pernikahan lebih dari satu jadi pandangan aneh. Tapi yang perlu dicatat, hukumnya tetap halal jadi diperbolehkan. Sebagai contoh relevan, hukum potong tangan bagi pencuri dulu biasa diberlakukan. Tapi sekarang diatur dengan penjara saja.
"Itu sunnah Rasul-kan ?"
Ya, Nabi juga melakukan itu. Sunnah itu artinya melakukan hal yang sesuai dengan perbuatan dan perkataan Nabi. Masalahnya, bisa tidak manusia seperti Nabi yang mampu berlaku adil kepada istri2nya sehingga mereka semua sayang dan rela. Kalau mampu, silahkan. Kalau misalnya malah membawa bencana dalam rumah tangga, ya hindarkan. Semua kan tergantung situasi dan kondisi juga. Sunnah Nabi itu banyak dan yg terpenting dari itu semua adalah ahlak. Jangan cuman sunnah yang enak aja dimakan, yang susah malah ditinggalkan.
"Kalau poliandri ?"
Ya gak bolehlah. Poliandri itu mengacaukan pertalian darah. Jadi tidak jelas ini anak siapa. Tatanan sosial bisa berantakan kalau wanita boleh menikah lebih dari satu lelaki.
"Berarti Tuhan tidak adil dong ?"
Konsep adil itu bukan sama rata, tapi sesuai porsinya. Menempatkan sesuatu pada tempatnya. Wanita kurang pada sisi ini, tapi dilebihkan pada sisi lain. Misalnya, tidak wajib mencari nafkah. Jadi cukup ongkang2 aja sambil baca koran, suami yang kerja.
"Ih, sembarangan. Trus kalau konsep adil kepada istri2nya itu juga harus begitu ?"
Ya, iyalah. Disesuaikan juga pada porsinya. Kalau istri pertama makan kangkung dan yang kedua suka steak, berikan sesuai porsinya. Kangkung ya kangkung, dikasi steak ntar sakit perut. Kalau si steak disuruh makan kangkung, entar kentutnya bau.
"Jadi kamu suruh aku makan kangkung dan kentutku bau, gitu ya ? MALAM INI TIDUR DI SOFA !!!"
Penulis: Denny Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar