Apa kabar, pak ?
Prabowo Subianto |
Saya ini dulu pengagum bapak lho, pak. Sungguh. Cerita2 tentang kehebatan bapak di melawan fretilin itu menggugah. Dan kisahnya bapak yang katanya diselamatkan Hercules saat bapak di kebiri dan ditinggalkan supaya mati sendiri, sungguh membuat saya trenyuh dan simpati. Mungkin itulah dasar kekaguman saya, meskipun cerita itu belum tentu benar.
Prabowo dan Megawati (2009) |
Dan bapak adalah calon yang segar sebenarnya. Saya bisa tidak golput kalau waktu itu bapak mencalonkan diri. Dan saya yakin sekali bapak akan menang. Bapak gagah, tampan, segar dan tentara lagi. Kurang apa coba, pak ?
Tapi waktu pilpres 2014, saya jadi berbalik tidak simpati, terutama saat bapak memutuskan koalisi dengan serigala-serigala berbulu putih bersih. Melihat siapa2 saja dibelakang bapak, jujur saya ngeri.
Dan semakin saya tidak simpati ketika ternyata mereka yang dibelakang bapak bermain sangat tidak sportif dan menghalalkan segala cara mulai kampanye hitam sampai manipulasi data pemenang. Saya jadinya berfikir, bagaimana seandainya bapak menang ya ? Habis negeri ini dicabik-cabik mereka yang lapar terus menerus tidak ada puasnya meski dikasi harta se-gunung arjuna.
Baru saya paham, apa sebenarnya kelemahan bapak.
Meski bapak terlihat gagah ketika berorasi, tegas ketika di podium, sejatinya bapak sangat lemah. Bapak terlihat penuh kompromi untuk menyenangkan orang2 di sekitar bapak. Itulah mungkin yang menjadi dasar bapak untuk menjadi cawapres Megawati dulu.
Prabowo dan Aburizal Bakrie |
Bapak terlalu lembut hati. Tapi untuk memimpin negeri yang sudah penuh dengan serigala bengis pemakan sesama, tidak bisa dengan lembut hati dan penuh kompromi. Mereka terlalu ganas dan menguasai segala sisi. Perlu orang yang lebih kejam dan dingin untuk membunuhi mereka. Lembut hati boleh, tapi kepada rakyat kecil bukan kepada serigala, pak.
Bapak hanya dijadikan boneka saja, besarnya nama bapak hanya dimanfaatkan mereka saja. Dan ternyata bukan hanya orang luar yang memanfaatkan bapak, orang dalam lebih gila lagi. Mereka-lah ternyata penyambung lidah antara serigala dengan bapak.
Dan bapak sekali lagi menunjukkan kelemahan sejati. Katanya dulu mau menghukum mereka yang tidak mau mengikuti peraturan partai bapak untuk tidak keluar negeri pakai uang negara. Ternyata lebih kejam Surya Paloh yang memaksa sekjennya mundur ketika ketahuan korupsi, tetapi wakil bapak dibiarkan terus berleha2. Duh, bagaimana kalau mereka jadi menteri, pak ?
Maaf ya, pak kalau saya buat tersinggung bapak, karena saya dengar bapak emosian dan suka lempar2 handphone. Kalaupun saya akhirnya yang dilempar, tolong dengan handphone yang sudah 4G, pak. Saya pasti berterima-kasih sekali.
Apa bapak tidak sadar kalau bapak sudah diangkat2 sampai bapak sendiri halusinasi ? Atau mungkin itu juga kelemahan bapak yang paling dasar ? Bapak jadi seperti anak kecil yang dikasih kuda2an, dikasih baju raja2an, trus mereka menghormati dan mematuhi titah bapak padahal di belakang mereka ketawa ngikik2 sampe cepirit kekuningan.
Saya lagi2 membayangkan, bagaimana kalau bapak memimpin negeri ini. Kalau bapak Jenderal yang satu lagi melihat asap lalu prihatin berlebihan, bapak mungkin akan datang ke lokasi dengan kuda 3 miliaran dan be-retorika bahwa asap akan pergi sendiri karena takut dengan macan asia. Wah, kudanya bisa lari pak kalau ditunggangi macan.
Pecat-lah pak orang2 yang ada di bawah bapak itu, yang suka menjilat2 itu supaya istri2 mereka tetap senang. Ganti dengan orang2 muda yang baru yang idealismenya tinggi untuk menyelamatkan negeri ini. Dan orang2 idealis seperti itu tidak akan membiarkan bapak hanya duduk di rumah mewah bapak sambil mengeluarkan rapor merah. Mereka akan membangun karakter bapak dengan terus menerus menempatkan bapak sebagai tajuk berita. "Prabowo turun sendiri telanjang dada dan bersenjatakan selang untuk memadamkan api", "Prabowo ditengah2 buruh pabrik yang demo meminta kenaikan UMK", atau yang lebih ekstrim misalnya, "Prabowo mengagetkan pelanggan go-jek yang tidak sadar bahwa ternyata ia dibonceng seorang negarawan." Eh, kalau konsep nyamar yang ini kok mirip kampanye bapak yang itu yang sama2 mantan Jenderal ya, pak.
Prabowo Subianto |
Sudahlah pak survey2 itu, hanya menghabiskan uang bapak saja karena tim survey juga butuh makan. Mereka hanya akan menambah bunga2 mimpi bapak saja, supaya kocek mereka semakin tebal. Dan anehnya, bapak malah tersenyum dalam tidur diatas bantal mahal yang disulam khusus untuk anggota kerajaan.
Saya sudahi saja ya, pak.. Anggap saja ini kritikan dan bukan hinaan. Sudah waktunya bangun karena hari sudah siang. Tidur terus nanti mimpinya makin berlebihan.
Ada peribahasa yang bagus untuk bapak. Ada uang abang disayang, gada uang abang melayang. Yang artinya, biarlah kebakaran di Kalimantan, yang penting nanam pohonnya di Senayan. Bingung kan, pak ? Sama saya juga..
Selamat pagi, bapak...
Penulis: Denny Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar