Entah kenapa isu kebangkitan PKI berhimpitan waktunya dengan fenomena tahu bulat digoreng dadakan yang hadir di tengah masyarakat. Tahu yang biasanya segiempat, sebagai simbol empat pilar kebangsaan, diubah bentuknya secara subversif menjadi bulat.
Kamu tahu makna bulat? Lengkungannya bisa dimaknai sebagai arit. Sedangkan cabe yang menghiasinya bisa diasosiakan dengan palu. Maka, wajar jika orang berteriak PKI sudah bangkit di Indonesia. Ciri-cirinya, tahu menjadi bulat. Sedangkan digoreng dadakan adalah kode bakal hadirnya revolusi : panas dan mendadak.
"Bagi PKI semuanya bisa terjadi," ujar seorang teman. Saya maklum
dengan argumennya. Dia adalah pengagum berat Kivlan Zein. Buktinya saban
berdendang, teman saya menyanyikan lagu yang sama. "Insyallah,
insyallah, insyallah you'll find your way..."
Bagi Kivlan semua memang masih insyallah. Wahyu Setiadji yang katanya sebagai ketua PKI baru, apakah itu orang benar atau tokoh kartun, masih insyaallah. 15 juta anggota PKI juga masih insyaallah ada atau tidaknya. Bukti otentik kebangkitan PKI cuma empat lembar kaos oblong disablon palu dan arit.
Majakah Tempo pernah mengulas Kivlan yang bermimpi jadi Presiden. Dia merasa kejatuhan bintang kemukus. Untuk mengatuk-gatukan dengan ramalan Ronggowarsito, Kivlan mengganti namanya menjadi Sutiyogo.
Nama itu kedengarannya seperti gabungan dua mantan Gubernur DKI --Sutiyoso dan Wiyogo Atmodarminto. Entah apa alasan Kivlan, mau jadi Presiden kok, nama yang dipilihnya cuma sekelas Gubernur.
Kembali ke isu kebangkitan PKI, Kivlanlah yang paling lantang berteriak. Ibaratnya suara Kivlan satu oktaf di bawah Axl Rose. Kivlan juga sempat berharap pemerintah membiayai kegiatan perang dengan PKI.
Mungkin beliau ingin mengulang sukses Pam Swakarsa yang dulu digagasnya. Tapi jaman sudah berubah. Pam sekarang sudah tudak ada lagi, digantikan PDAM. Itupun di Jakarta pengelolaannya diserahkan ke perusahaan asing. Sedangkan Pamela Anderson sejak lama keluar dari Baywatch. Saat ini 'Pam' yang tersisa hanyalah akhiran dari 'Sat'.
Sayangnya sekeras-kerasnya Kivlan teriak, Menkopulhukam Luhut Panjaitan tidak percaya pada isu kebangkitan PKI. Tapi Kivlan baik hati. Dia mau mengajari Menko tentang isu ini.
Saya membayangkan kedua purnawirawan itu berjumpa. Di depannya ada camilan tahu bulat, digoreng dadakan. Masih panas, lengkap dengan rawitnya.
Dari camikan itulah analisa kebangkitan PKI akan diterangkan.
Penulis: Eko Kuntadhi
Bagi Kivlan semua memang masih insyallah. Wahyu Setiadji yang katanya sebagai ketua PKI baru, apakah itu orang benar atau tokoh kartun, masih insyaallah. 15 juta anggota PKI juga masih insyaallah ada atau tidaknya. Bukti otentik kebangkitan PKI cuma empat lembar kaos oblong disablon palu dan arit.
Majakah Tempo pernah mengulas Kivlan yang bermimpi jadi Presiden. Dia merasa kejatuhan bintang kemukus. Untuk mengatuk-gatukan dengan ramalan Ronggowarsito, Kivlan mengganti namanya menjadi Sutiyogo.
Nama itu kedengarannya seperti gabungan dua mantan Gubernur DKI --Sutiyoso dan Wiyogo Atmodarminto. Entah apa alasan Kivlan, mau jadi Presiden kok, nama yang dipilihnya cuma sekelas Gubernur.
Kembali ke isu kebangkitan PKI, Kivlanlah yang paling lantang berteriak. Ibaratnya suara Kivlan satu oktaf di bawah Axl Rose. Kivlan juga sempat berharap pemerintah membiayai kegiatan perang dengan PKI.
Mungkin beliau ingin mengulang sukses Pam Swakarsa yang dulu digagasnya. Tapi jaman sudah berubah. Pam sekarang sudah tudak ada lagi, digantikan PDAM. Itupun di Jakarta pengelolaannya diserahkan ke perusahaan asing. Sedangkan Pamela Anderson sejak lama keluar dari Baywatch. Saat ini 'Pam' yang tersisa hanyalah akhiran dari 'Sat'.
Sayangnya sekeras-kerasnya Kivlan teriak, Menkopulhukam Luhut Panjaitan tidak percaya pada isu kebangkitan PKI. Tapi Kivlan baik hati. Dia mau mengajari Menko tentang isu ini.
Saya membayangkan kedua purnawirawan itu berjumpa. Di depannya ada camilan tahu bulat, digoreng dadakan. Masih panas, lengkap dengan rawitnya.
Dari camikan itulah analisa kebangkitan PKI akan diterangkan.
Penulis: Eko Kuntadhi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar