Setiap bulan puasa, sejumlah kelompok dan umat Islam (sejumlah lo ya, gak semuanya, nanti ada yang menuduh lagi saya anti Islam dan kaum Muslim) di Indonesia selalu saja ada yang melakukan berbagai tindakan arogan, anarkis, ngamuk, mau menangnya sendiri, betul-betul memuakkan dan memalukan.
Yang rutin mereka lakukan setiap tahun di bulan puasa misalnya, "sweeping" warung-warung yang buka di siang hari, ngobrak-abrik tempat-tempat yang mereka anggap "sarang maksiat", kemudian khotbah dimana-mana pletar-pletor kayak petasan minta semua orang, khususnya non-Muslim, untuk menghormati kaum Muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa dengan cara tidak makan-minum di hadapan orang-orang yang berpuasa atau menutup warung makan di siang bolong. Inilah yang saya maksud dengan "penyakit kambuhan tahunan" (sebagian) umat Islam.
Dengan
berlagak seperti "satpam Tuhan", mereka tidak sungkan-sungkan
membentak-bentak orang lain atau bahkan melakukan kekerasan terhadap
orang/kelompok lain yang menurut mereka tidak "menghormati" bulan
Ramadan. Bukankah tindakan ini seperti "anak-anak" balita yang
merengek-rengek minta diperhatiin orang tuanya? Atau, barang kali,
seperti "Tuan Takur" dalam film India itu atau "tuan-tuan" lain yang
"gila hormat"? Apakah kira-kira Tuhan bangga dengan kelakuan arogan
mereka?
Jika kita dengan mudahnya minta umat agama lain untuk menghormati ibadah-ritual kita, apakah kita juga sudah melakukan hal yang sama: menghormati ibadah-ritual umat agama lain? Jika kita ingin dihormati orang lain, maka kita juga harus menghormati orang lain. Jika kita merasa sakit karena tidak dihormati orang lain, maka begitulah umat lain juga akan merasakan sakit jika kita tidak menghormati dan bahkan mengolok-olok mereka.
Puasa bukan hanya menahan makan-minum tapi juga menahan hawa nafsu, termasuk nafsu amarah dan mau menangnya sendiri. Tuhan tidak butuh "satpam" atau "satpol PP". Jangankan masalah puasa, soal keimanan dan kekafiran orang saja, Tuhan santai banget. Manusia saja yang ribut.
Akhirul kalam, jika kita minta orang yang tidak berpuasa untuk menghormati orang yang berpuasa, maka kita yang berpuasa juga harus menghormati mereka yang tidak berpuasa. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang berpuasa, dan selamat menikmati makan-minum seperti biasa bagi yang tidak berpuasa.
Kent Vale, Singapore
Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Jika kita dengan mudahnya minta umat agama lain untuk menghormati ibadah-ritual kita, apakah kita juga sudah melakukan hal yang sama: menghormati ibadah-ritual umat agama lain? Jika kita ingin dihormati orang lain, maka kita juga harus menghormati orang lain. Jika kita merasa sakit karena tidak dihormati orang lain, maka begitulah umat lain juga akan merasakan sakit jika kita tidak menghormati dan bahkan mengolok-olok mereka.
Puasa bukan hanya menahan makan-minum tapi juga menahan hawa nafsu, termasuk nafsu amarah dan mau menangnya sendiri. Tuhan tidak butuh "satpam" atau "satpol PP". Jangankan masalah puasa, soal keimanan dan kekafiran orang saja, Tuhan santai banget. Manusia saja yang ribut.
Akhirul kalam, jika kita minta orang yang tidak berpuasa untuk menghormati orang yang berpuasa, maka kita yang berpuasa juga harus menghormati mereka yang tidak berpuasa. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang berpuasa, dan selamat menikmati makan-minum seperti biasa bagi yang tidak berpuasa.
Kent Vale, Singapore
Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Tidak ada komentar:
Posting Komentar