Jumat, 02 September 2016
Babi, Ayam, dan Agama Semit (Bag 1)
Sudah lama saya tergelitik dengan status keharaman daging babi dalam Islam. Jangan salah, bukan hanya Islam yang mengharamkan mengonsumsi daging babi. Agama Yahudi sudah sejak lama mengharamkannya jauh sebelum Islam lahir di Arabia. Dalam hal "perbabian" ini, Islam saya kira "njiplak" doang dari agama Yahudi. Bukan hanya soal babi ini saja, banyak doktrin atau ajaran Islam yang diambil, diserap, atau dimodifikasi dari tradisi Yahudi seperti sunat, hijab, puasa, haji, pokoknya banyak deh.
Dalam Hukum Yahudi (halakha), semua makanan yang dikonsumsi manusia harus sehat dan halal (di Barat disebut kosher). Menurut "undang-undang makanan" agama Yahudi, hewan-hewan kotor dan menjijikkan seperti babi, shellfish, atau serangga, atau makanan campuran daging dan susu, misalnya, semua haram dikonsumsi.
Jadi, sebetulnya agama Yahudi jauh lebih ketat dalam hal "tata boga" karena itu jika kebetulan akhi/ukhti sedang jalan-jalan atau plesiran di negara-negara Barat, kalau Anda khawatir makan makanan haram di "warung sekuler", maka jangan sungkan-sungkan makan saja di warung-warung milik Yahudi. Dijamin 100% halal tanpa harus mencantumkan label atau "papan halal" dari MUI.
Bagaimana dengan Kristen? Meskipun banyak atau bahkan mayoritas umat Kristen membolehkan mengonsumsi daging babi tetapi ada juga yang mengharamkannya seperti kaum Advent (Seventh-day Adventist Church atau Gereja Advent Hari Ketujuh). Gereja Ortodoks Etiopia juga mengharamkan mengonsumsi daging babi. Sebagian pengikut Gereja Koptik di Aleksandria, Mesir, juga mengharamkannya. Perlu diingat, meskipun Kristen "meng-ok-kan" daging babi, banyak umat Kristen yang tidak mau memakannya dengan alasan lain-lain.
Bukan hanya dalam rumpun agama Semit saja sebetulnya. Konon mengternak dan memakan daging babi juga ditabukan di peradaban kuno Suriah dan beberapa kawasan di Timur Tengah.
Pertanyaannya sekarang? Kenapa babi diharamkan? Apa sih sebetulnya alasan pelarangan babi? Kenapa Islam atau Al-Qur'an hanya secara eksplisit mengharamkan babi? Kenapa hewan-hewan lain yang perilaku dan pola-hidupnya agak mirip-mirip dengan babi (misalnya kuda nil, buaya, atau apa saja silakan cari contoh sendiri), tidak ditegaskan dalam Islam?
Sejumlah teks keagamaan (baik dalam Islam maupun Yahudi) yang sering kita dengar adalah bahwa pengharaman mengonsumsi daging babi itu karena daging babi mengandung banyak penyakit sehingga tidak sehat dan membahayakan. Pertanyaanya, kalau memang tidak sehat dan penuh penyakit, kenapa orang-orang Kristen yang memakan daging babi kok sehat-sehat dan segar-bugar? Kalau memang alasannya karena membahayakan tubuh atau bikin tubuh sakit, kan tinggal masakknya saja diperbaikin. Zaman modern sekarang sudah sangat canggih dalam mengolah makanan supaya sehat wal afiat.
Alasan lain yang muncul dalam teks-teks keislaman dan keyahudian adalah karena babi itu hewan kotor dan menjijikkan? Kalau soal hewan yang "kotor" dan "menjijikkan" kan banyak: kuda nil, buaya, ubur-ubur, monyet dlsb. Tapi kenapa babi yang disebut?
Lalu, alasan teologi-keagamaan lain, karena babi memiliki "telapak kaki dengan kuku terbelah". Ah, yang ini sih lebih tidak masuk akal lagi sebagai dasar pengharaman.
Menurutku, alasan yang lebih "masuk akal" tentang larangan babi ini dalam konteks Arab dan Timur Tengah lebih pada persoalan ekologi-ekonomi. Dalam kajian arkeologis-kesejarahan, merosotnya perkembangan babi dari Timur Tengah itu (padahal dulu pernah menjadi trend) seiring dengan munculnya ayam sebagai hewan ternak yang efektif, efisien, bergizi, dan ramah lingkungan. Bagaimana penjelasan selanjutnya? Panteng terus di FB ini...
Kent Vale, Singapore
Berlanjut ke Babi, Ayam, dan Agama Semit (Bag 2)
Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar