Setiap mahasiswa dari ilmu tertentu mempunyai karakternya masing-masing yang mau tak mau dipengaruhi ilmu dan gaya kuliahnya itu.
---
Mahasiswa kedokteran, seperti anak-anak saya, mereka harus tepat waktu datang kuliah, terlambat lebih dari tiga kali tak boleh ikut ujian. Mereka harus berpakaian rapih, formal, tak boleh kasual - tak ada jeans, tak ada polo shirt berkerah pun, yang laki-laki harus bercelana panjang kain bukan bahan jeans, baju kemeja. Rambut tentu harus rapih. Aturan-aturan ini demi membuat mereka terbiasa agar kelak bisa menjadi dokter dengan sikap yang baik. Dokter yang terlambat datang dan jorok, bisa saja menyebabkan nyawa orang lain melayang.
Dan mereka adalah jenis mahasiswa yang paling tak tahu gosip kampus sebab mereka hampir tak punya waktu untuk santai apalagi bergosip, selain belajar, belajar, belajar, laboratorium, klinik dan rumah sakit. Keriaan masa muda hilang, ucap orang-orang. Anak-anak saya bila berlibur pulang ke Bogor, di ransel-ranselnya tak pernah absen buku-buku teks kedokteran, dan mereka juga belajar setiap hari saat liburan. Pada awal kuliah mereka bahkan suka membawa steteskop di ranselnya.
---
Mahasiswa geologi, yang saya lihat tadi pagi di depan stasiun Bogor punya gaya lain lagi. Mereka didominasi laki-laki meskipun perempuannya kini semakin banyak dalam proporsi.
Mereka menggunakan jaket kampus yang menyolok warnanya, kebanyakan kuning, orange, atau merah. Jaket lapangan - warna ngejreng begitu agar bila mereka tengah di lapangan lebih mudah dikenali atau dicari bila mereka hilang. Hilang? Ya...mereka bisa tersesat di lapangan atau kena musibah di lapangan.
Tadi anak-anak mahasiswa berjaket lapangan warna merah ini memenuhi lima angkot jurusan Bubulak. Mungkin mereka mau pergi ke Gunung Cibodas, Ciampea - singkapan batugamping Miosen terkenal di sebelah barat-baratlaut Bogor. Ransel-ransel mereka besar-besar, mungkin mereka mau melakukan field camp beberapa hari. "Geologi Universitas Indonesia", saya baca di belakang jaketnya.
Ransel dan gulungan peta memenuhi bagian belakang setiap angkot. Tadi saat saya datang di stasiun, beberapa anak mahasiswa ini duduk-duduk di badan jalan membuka bekalnya, sarapan. Cuek saja, yang penting sarapan agar perjalanan terasa nyaman.
Sewa angkot rame-rame saja, yang penting tiba di lokasi, kalau ada truk tentara ya ikut truk tentara. Begitulah mereka. Bila ada yang terlalu ribet dengan urusan angkutan, makanan, akomodasi, pakaian - mereka akan dijuluki geolog salon. Juga bagi mereka yang di lapangan sedikit-sedikit mengenakan krem anti sinar Matahari di mukanya.
---
Begitulah, mahasiswa kedokteran dan geologi.
Mahasiswa kedokteran hampir selalu bisa dikenal dari penampilan dan gerak tubuhnya - cenderung hospital/medical lab.-looking, membawa steteskop.
Mahasiswa geologi juga bisa dibaca dari penampilannya dan gerak tubuhnya - cenderung field-looking, bahkan mereka membawa palu.
---
Saya pernah mengalami keduanya pada tahun 1983-1989: menjadi mahasiswa kedokteran (lalu drop out karena biaya) dan mahasiswa geologi.
Maka dalam diri saya berkumpul dua karakter itu: banyak membaca, analitis, diagnosis ala mahasiswa kedokteran dan bersahaja, apa adanya, kekuatan berjalan ala mahasiswa geologi.
Itu semasa mahasiswa. Kini, setelah 28 tahun menjadi seorang geolog Indonesia yang aktif berkiprah dalam profesi dan ilmunya, saya tahu bahwa mahasiswa apa pun harus rajin membaca, bersahaja, siap dalam segala medan, dan berusaha terus untuk sehat.
Anak-anak mahasiswa, isilah masa mudamu dengan kegiatan berguna, kelak kalian akan merasakan gunanya. Saya telah melalui keduanya. Masa kini kita dibentuk oleh masa lalu kita. Masa kini kita membentuk masa depan kita.
The past, the present, the future -semuanya saling berhubungan, yang satu mempengaruhi yang lain. Be wise with your time today, students!***
Penulis: Awang Satyana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar