PILKADA DKI telah berkembang ke arah yang cukup mengkhawatirkan. Bukan saja soal Cagub petahana, Basuka Tjahaya Purnama (Ahok) yang pernyataannya di Kepulauan Seribu yang memicu kontroversi, tapi juga respon sebagian kelompok yang sengaja memanfaatkan isu ini untuk tujuan-tujuan lain di luar Pilkada DKI.
Sebenarnya situasi pasca kontroversi pernyataan Ahok mengenai Surat al-Maidah sudah mulai mereda setelah Ahok minta maaf secara terbuka atas ucapannya yang dianggap menyinggung umat Islam. Tokoh-tokoh agama ternama juga menanggapi positif permintaan maaf itu. Semua itu menjadikan situasi yang semua penuh ketegangan mulai mereda.
Tapi belakangan situasi kembali memanas, terutama setelah MUI
mengeluarkan pernyataan sikap yang pada intinya menyatakan Ahok telah
melakukan penistaan agama. Situasi tambah semakin memanas karena sebuah
stasiun TV swasta menggelar acara dialog secara live kurang lebih 4 jam,
dengan tema “Setelah Ahok Minta Maaf”. Berkembang juga berita, besok
pagi, Jumat 14 Oktober 2016 akan ada aksi besar yang dimulai dari Masjid
Istiqlal, dengan tema “Tangkap Ahok Penista Agama”. Situasi ini
menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran, sehingga Gereja Katedral yang
letaknya di sebelah masjid Istiqlal merasa perlu membuat himbauan khusus
kepada Jemaatnya agar besok hari itu tidak mendekat ke kawasan Katedral
jika tidak ada keperluan mendesak.
Saya menduga ada kelompok-kelompok yang mengambil untung dari situasi untuk merusak sendi-sendi kehidupan bangsa. Hal ini dilakukan dengan mengadu domba antara umat Islam dan non-Islam, bahkan antar sesame umat Islam yang mempunyai halauan yang berbeda. Mereka akan menunggangi organisasi-organisasi keagamaan, untuk memuluskan agenda adu dombanya.
Siapakah kelompok itu? Sebenarnya tidak terlalu sulit dikenali. Mereka bukan saja benci pada Ahok, tapi juga benci tatanan Negara ini, benci pada Pancasila, benci pada NKRI dan seterusnya yang dianggap sebagai sistem Negara thagut. Anasir-anasir kelompok radikal akan berkumpul dengan memanfaatkan persoalan Ahok menjadi pintu masuknya. Namun, yang dituju bukan soal Ahok, tapi lebih besar dari itu.
Karena itu, waspada dengan skenario adu domba yang sudah mulai terasa. Bukan soal Ahok dan Pilkada DKI, tapi ini soal keutuhan bangsa.
Rumadi Ahmad
Ketua Lakpesdam PBNU
[Catatan: himbauan di atas dari temanku, Mas Rumadi Ahmad, yang juga Ketua Lakpesdam PBNU, Jakarta. Silakan disebarluaskan jika berkenan demi keutuhan bangsa dan negara].
Saya menduga ada kelompok-kelompok yang mengambil untung dari situasi untuk merusak sendi-sendi kehidupan bangsa. Hal ini dilakukan dengan mengadu domba antara umat Islam dan non-Islam, bahkan antar sesame umat Islam yang mempunyai halauan yang berbeda. Mereka akan menunggangi organisasi-organisasi keagamaan, untuk memuluskan agenda adu dombanya.
Siapakah kelompok itu? Sebenarnya tidak terlalu sulit dikenali. Mereka bukan saja benci pada Ahok, tapi juga benci tatanan Negara ini, benci pada Pancasila, benci pada NKRI dan seterusnya yang dianggap sebagai sistem Negara thagut. Anasir-anasir kelompok radikal akan berkumpul dengan memanfaatkan persoalan Ahok menjadi pintu masuknya. Namun, yang dituju bukan soal Ahok, tapi lebih besar dari itu.
Karena itu, waspada dengan skenario adu domba yang sudah mulai terasa. Bukan soal Ahok dan Pilkada DKI, tapi ini soal keutuhan bangsa.
Rumadi Ahmad
Ketua Lakpesdam PBNU
[Catatan: himbauan di atas dari temanku, Mas Rumadi Ahmad, yang juga Ketua Lakpesdam PBNU, Jakarta. Silakan disebarluaskan jika berkenan demi keutuhan bangsa dan negara].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar