Lama tidak naik bus TransJakarta, tengah hari tadi saya naik bus ini lagi. Masuk ke dalam bus panjang ini saya langsung duduk kebetulan ada beberapa kursi kosong. Kemudian saya pun agak bingung -penumpangnya kok semua wanita. Ah saya salah masuk "kamar" nampaknya, lalu saya menoleh ke belakang ternyata para penumpang pria berkumpul di sana... Saya tahu ada pembagian area wanita dan pria di bus ini, tetapi tidak menyangka sepanjang dan sedefinitif itu areanya.
Saya pun segera berdiri mau berjalan ke bagian belakang, lebih baik saya berdiri di sana saja, di antara kaum saya...tidak apa-apa berdiri juga. Tetapi petugas bus menyilakan saya tetap duduk saja di bagian wanita (?).
Di perhentian bus
berikutnya masuklah tiga anak muda dari pintu bus bagian wanita -seperti
saya tadi. Melihat masih ada kursi kosong di bagian wanita mereka
serentak hendak duduk. Tetapi petugas yang sama yang menyilakan saya
tetap duduk melarang para pemuda itu duduk di kursi wanita (?)
Mengapa saya boleh duduk, sementara ketiga pemuda itu tidak boleh duduk di bagian wanita (?). Saya menduga-duga jawabannya. Mungkin karena saya terlihat sudah tua, rambut banyak ubannya dan tinggal sedikit, mengenakan baju batik, bermimik muka bersahabat... - nampak bukan ancaman bagi para wanita (he..he..).
Saya pun duduk saja dengan tenang... Sekali-sekali saya menoleh ke bagian pria. Nampak beberapa mimik muka tidak suka, apa iri melihat saya tidak diminta pergi. He..he..mungkin ini keistimewaan bagi para orang yang berpenampilan tua...
Tiba-tiba saya ingat aktor/artis Benyamin Suaeb, alm: muka kampung rezeki kota, katanya. Penampilan saya boleh tua -memang umur sudah lebih dari setengah abad, tetapi jangan salah menilai. Para geolog muda tak jarang teler mengikuti saya berjalan... Saya juga tentu lelah sebenarnya, hanya antusiasme, semangat, mental yang kuat sering menyeret fisik yang lemah...***
Penulis: Awang Satyana
Mengapa saya boleh duduk, sementara ketiga pemuda itu tidak boleh duduk di bagian wanita (?). Saya menduga-duga jawabannya. Mungkin karena saya terlihat sudah tua, rambut banyak ubannya dan tinggal sedikit, mengenakan baju batik, bermimik muka bersahabat... - nampak bukan ancaman bagi para wanita (he..he..).
Saya pun duduk saja dengan tenang... Sekali-sekali saya menoleh ke bagian pria. Nampak beberapa mimik muka tidak suka, apa iri melihat saya tidak diminta pergi. He..he..mungkin ini keistimewaan bagi para orang yang berpenampilan tua...
Tiba-tiba saya ingat aktor/artis Benyamin Suaeb, alm: muka kampung rezeki kota, katanya. Penampilan saya boleh tua -memang umur sudah lebih dari setengah abad, tetapi jangan salah menilai. Para geolog muda tak jarang teler mengikuti saya berjalan... Saya juga tentu lelah sebenarnya, hanya antusiasme, semangat, mental yang kuat sering menyeret fisik yang lemah...***
Penulis: Awang Satyana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar