Breaking News

Islam

Politik

Kamis, 25 Agustus 2016

KEMBALINYA SEORANG SUHARDI


Istirahat dulu dari berita "bersih-bersih" ala Erdogan dan Ikhwanul Muslimin di Turki, sambil menunggu perkembangan selanjutnya.
Saya tertarik dengan pelantikan Komjen Pol Suhardi Alius sebagai Kepala BNPT.
Ingatan saya kembali di awal tahun ,2015, saat terjadi bentrokan keras antara KPK dan Polri yang dikenal sebagai Cicak vs Buaya ke 2. Saat itu mendekati pergantian Kapolri dari Jenderal Sutarman ke - rencananya - Komjen Budi Gunawan.

Pergantian terhambat, karena BG - yang merupakan titipan bu Mega - dijadikan tersangka oleh KPK dalam kasus rekening gendut polisi. Kita mengalami periode keributan luar biasa pada waktu itu, dan Jokowi diminta mengambil sikap cepat.

Mendadak Suhardi - entah mana namanya yg benar alius atau aloysius - yang ketika itu menjabat Kabareskrim dicopot dan dimutasi ke Lemhanas. Posisinya langsung di gantikan oleh Budi Waseso.
Rumour mengabarkan dicopotnya beliau karena kedekatannya dengan KPK dan PPATK. KPK mendapat banyak data dr Suhardi tentang siapa saja nama yang terkait rekening gendut. Bukan itu saja, Suhardi dikatakan sebagai penghianat oleh Buwas. Stigma ini waktu itu membekas di banyak internal kepolisian, yang bagaikan sarang tikus besar dengan hanya satu pintu informasi keluar.
Suhardi Alius dikenal bersih.


Ia dengan berani meminta diskotek Stadium - yang dikenal sebagai tempat hiburan dgn bekingan yg kuat di Jakarta - untuk di tutup. Ia juga yang tidak segan melaporkan kecelakaan di jalan tol dengan pelaku anak Hatta Rajasa. Ia juga dikenal suka blusukan menyambangi pos2 polisi tanpa pengawalan.
Saya tersenyum ketika beliau akhirnya di lantik, karena teringat betapa teori saya waktu itu dibantah habis2an bahwa Jokowi adalah orang yg tidak mudah diatur. Caranya menahan BG spy tdk dilantik sangat halus.

Perangnya dgn banyak kepentingan melawan kemauan kuat partai pendukungnya untuk menjadikan BG sbg Kapolri, seperti orkestra yang tanpa disadari menina-bobokan lawannya. Ia menahan tangannya dgn menyuruh mundur sementara orang2 bersih, supaya tidak terjadi banyak gejolak yg lebih luas. Pada saatnya, mereka akan dipanggil kembali untuk bertugas.

Pertanda kemenangan Jokowi terhadap tekanan partainya dan institusi Polri adalah dengan diangkatnya Tito sebagai Kapolri, dan Tito kembali mengangkat Suhardi ke permukaan. Sebuah permainan catur ala Jokowi yang memang baru bs dilihat satu waktu di depan.

Selamat atas pelantikannya Komjen Suhardi..
Sambil minum kopi sore ini, saya jadi berfikir, " Apa pakde masih punya tempat untuk Abraham Samad dan Bambang Wijayanto ?"

Seruputtt..

Penulis: Denny Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indonesia

Air Hidup

Advertise Here

Designed By VungTauZ.Com