Sambungan dari Muhammad Ali dan Islam di Amerika (1)
Seperti saya uraikan sebelumnya, keliru besar jika menganggap
Amerika itu sebagai melulu "negeri Kristen-Yahudi". Amerika adalah
negara "melting pot" tempat ngumpulnya berbagai agama dan sekte dan
kelompok non-agama. Amerika juga rumah buat aneka ragam sekte Islam dan
kelompok keislaman. Sekte-sekte dan berbagai kelompok Islam yang
dilarang di negara-negara tertentu (misalnya Ahmadiyah atau Hizbut
Tahrir), bisa menikmati kebebasan disini, ketawa-ketiwi, egal-egol, dan
kentat-kentut dengan bebasnya karena konstitusi Amerika menjamin
kebebasan beragama semua warganya.
Meskipun sebagian umat Islam
dan sejumlah ormas keislaman di AS ada saja yang rajin dan istiqamah
mengkopar-kapirkan Mamarika, tetapi mereka tetap dibiarkan sepanjang
tidak melakukan tindakan terorisme, kekerasan, dan hal-ikhwal yang
mengganggu ketentraman publik. Karena alasan "demokrasi agama" inilah,
Amerika menjadi salah satu tumpuan hidup dan eksistensi buat aneka ragam
kelompok agama, termasuk Islam. Jane Smith, dalam buku Islam in
America, bahkan menyebut negara Paman Sam ini yang paling heterogen dan
paling banyak menampung berbagai kelompok dan mazhab umat Islam.
Menurut catatan sejumlah sejarawan, dari sekian banyak suku-bangsa
Muslim di Amerika, kaum Muslim Afrika-Amerika konon yang paling banyak
populasinya. Kaum Muslim Afrika-Amerika (disebut "Black Muslims")
kontemporer merupakan keturunan para budak Afrika yang didatangkan oleh
Amerika sejak awal abad ke-18. Karena politik rasisme anti-negro (white
supremacy) yang begitu kuat di Amerika kala itu, sejumlah tokoh Muslim
Afrika-Amerika sejak awal abad ke-20 kemudian menggelar sejumlah
perlawanan teologi-budaya untuk melawan "supremasi kulit putih".
Di antara tokoh Muslim Afrika-Amerika yang memelopori gerakan
"perlawanan teologi-budaya" atas "bangsa kulit putih" adalah Noble Drew
Ali dan yang paling fenomenal adalah Wallace Fard Muhammad yang
mendirikan Nation of Islam (NOI) pada awal 1930-an. Puncak gemilang NOI
ketika dipimpin oleh tokoh Muslim Afrika-Amerika karismatik bernama
Elijah Muhammad (1837-1975). Tokoh Muslim yang hobi berpeci, berjas, dan
berdasi inilah yang menjadi mentor sejumlah tokoh Muslim Afrika-Amerika
legendaris termasuk Malcolm X (Malcolm Little), Louis Farrakhan, Warith
Deen Mohammed, dan "sang petinju legenda" Muhammad Ali.
Mereka
adalah para tokoh Muslim yang bergemuruh menentang perang dan politik
rasisme serta memperjuangkan martabat dan hak-hak kemanusiaan yang
dipenjarakan oleh rezim Amerika waktu itu. Mereka bahu-membahu berjuang
bersama sejumlah tokoh Kristen kharismatik penentang rasisme seperti
Martin Luther King, Jr. Di antara sekian tokoh Muslim Afrika-Amerika,
Malcolm X yang paling fenomenal. Pidato-pidatonya menggelegar bergemuruh
laksana petir yang menyambar-nyambar yang mampu menyihir beribu-ribu
orang dan mampu memikat hati dan pikiran banyak warga Afrika-Amerika
untuk bergabung menjadi umat Islam.
Menariknya, meskipun mereka
adalah para tokoh Muslim hebat di Amerika ini, tidak ada satupun yang
berjubah apalagi berjenggot panjang menjuntai tak terurus. Mereka berjas
dan berdasi dan kelimis. Mereka juga tidak mengkhotbahkan tentang
jubah, celana cingkrang setengah tiang, jilbab/hijab, apalagi poligami
he he. Kenapa? Ya memang buat mereka semua itu gak penting banget lah
karena bukan esensi ajaran Islam hanya "bunga-bunga" budaya Arab saja
yang tidak perlu diterapkan di Amerika.
Kent Vale, Singapore
Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Tidak ada komentar:
Posting Komentar