Ada 2 fenomena yang masih baru terjadi di time
line saya, yang pertama adalah seorang guru SMP yang di tuntut di
pengadilan akibat mencubit siwanya (entah benar dicubit atau hanya di
elus) dan yang kedua adalah seorang ayah yang kebetulan seorang anggota
DPR RI meminta fasilitas penjemputan kepada KJRI yang ada di kota New
York atas putri nya yang sedang mengikuti Summer Camp Stage Manor di
Loch Sheldrake.
Kedua tipe ayah diatas menurut saya adalah sama,
yaitu memberikan yang terbaik buat anak mereka menurut versi mereka
masing-masing sehingga si anak bisa lebih nyaman dan merasa disayang
oleh ayah mereka. Namun anehnya, justru si anak dan orang tua nya di
bully di dunia maya (mungkin juga di dunia nyata hanya tak terekspose).
Apa yang salah? Masalahnya dimana?
Jika menurut nalar kedua ayah tersebut, perbuatan
mereka adalah benar dan dapat dibenarkan. Kenapa mereka harus mendapat
penolakan dari sebagian besar masyarakat di Indonesia yang berada di
dunia maya?
Kita rinci satu per satu.
Kasus pertama adalah seorang anak yang di cubit
oleh gurunya. Kalaupun itu bener dicubit, sekeras apa sih seorang guru
mencubit murid nya yang bolos ketika ada salat berjamaah di mushola
sekolah. Inikah yang dipermasalahkan oleh "sang" ayah yang melaporkan
guru tersebut?
Saya jadi teringat ketika dulu saya masih SD dan
menerima didikan dari seorang guru berupa tamparan dan cubitan hanya
karena bermain di halaman sekolah yang kondisinya sedang dalam
pembangunan dan hari sedang gerimis padahal sudah dilarang terlebih
dahulu oleh guru tersebut. Apa maksud guru saya? Supaya saya tidak
terluka akbiat material bangunan (paku atau kerikil) dan gerimis yang
bisa menyebabkan saya sakit. Saya orang pertama yang di tampar oleh guru
tersebut dari 6 orang yang "didakwa" bersalah. Apakah perlu pengadilan
untuk hal tersebut?
Apa maksud ayah tersebut melaporkan guru anak nya
ke kantor polisi untuk diadili? Apakah cara tersebut menjadi pendidikan
yang baik buat anaknya? Bahkan di salah satu foto yang di share oleh
anaknya di Instagram, terlihat anak SMP tersebut sedang merokok bersama
dengan temannya. Apakah ayahnya sudah mengetahuinya?
Hai orang tua, didiklah anak mu dengan sebaiknya. Jangan engkau beri roti plastik saat anak mu meminta roti untuk dimakan.
Kasus kedua adalah penggunaan posisi di DPR RI
untuk mendapatkan fasilitas negara untuk urusan pribadi. Kalau politisi
yang satu ini sangat terkenal di Indonesia. Bak aktor DPR terkenal.
Mungkin dia juga tidak sadar mendidik anaknya dengan fasilitas negara
yang bukan milik pribadi. Kira-kira apa ya percakapan antara ayah dan
putri nya ini ketika dia menitip pesan kepada anaknya bahwa sudah ada
yang akan menjemputnya di bandara JFK New York oleh orang kedutaan.
Mungkin dia mengatakan, "tenang aja nduk, anggota bapak sudah ada yang
jemput kamu disana. Nanti bapak yang hubungi mereka. Kamu kan anak dari
seorang anggota DPR RI", dan sianak pun menjawab, "Ok deh papi, makaci
ya. Papi memang hebat". :)
Kedua kasus tersebut memiliki persamaan.
Sama-sama memiliki ayah yang hebat. Mungkin anak mereka belum pernah
merasakan rotan ketika mereka di didik.
Karena ada tertulis, "Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati."
So... Orang tua, kita mulai mendidik anak dengan
lebih baik lagi, jangan memanjakan anak mu karena engkau sama saja
memberikan roti imitasi saat mereka ingin makan roti.
Penulis: The Tampan Man
Tidak ada komentar:
Posting Komentar