Breaking News

Islam

Politik

Jumat, 08 Juli 2016

Kasih Ayah

Ada 2 fenomena yang masih baru terjadi di time line saya, yang pertama adalah seorang guru SMP yang di tuntut di pengadilan akibat mencubit siwanya (entah benar dicubit atau hanya di elus) dan yang kedua adalah seorang ayah yang kebetulan seorang anggota DPR RI meminta fasilitas penjemputan kepada KJRI yang ada di kota New York atas putri nya yang sedang mengikuti Summer Camp Stage Manor di Loch Sheldrake.

Kedua tipe ayah diatas menurut saya adalah sama, yaitu memberikan yang terbaik buat anak mereka menurut versi mereka masing-masing sehingga si anak bisa lebih nyaman dan merasa disayang oleh ayah mereka. Namun anehnya, justru si anak dan orang tua nya di bully di dunia maya (mungkin juga di dunia nyata hanya tak terekspose). Apa yang salah? Masalahnya dimana?

Jika menurut nalar kedua ayah tersebut, perbuatan mereka adalah benar dan dapat dibenarkan. Kenapa mereka harus mendapat penolakan dari sebagian besar masyarakat di Indonesia yang berada di dunia maya?

Kita rinci satu per satu.


Kasus pertama adalah seorang anak yang di cubit oleh gurunya. Kalaupun itu bener dicubit, sekeras apa sih seorang guru mencubit murid nya yang bolos ketika ada salat berjamaah di mushola sekolah. Inikah yang dipermasalahkan oleh "sang" ayah yang melaporkan guru tersebut?
Saya jadi teringat ketika dulu saya masih SD dan menerima didikan dari seorang guru berupa tamparan dan cubitan hanya karena bermain di halaman sekolah yang kondisinya sedang dalam pembangunan dan hari sedang gerimis padahal sudah dilarang terlebih dahulu oleh guru tersebut. Apa maksud guru saya? Supaya saya tidak terluka akbiat material bangunan (paku atau kerikil) dan gerimis yang bisa menyebabkan saya sakit. Saya orang pertama yang di tampar oleh guru tersebut dari 6 orang yang "didakwa" bersalah. Apakah perlu pengadilan untuk hal tersebut?
Apa maksud ayah tersebut melaporkan guru anak nya ke kantor polisi untuk diadili? Apakah cara tersebut menjadi pendidikan yang baik buat anaknya? Bahkan di salah satu foto yang di share oleh anaknya di Instagram, terlihat anak SMP tersebut sedang merokok bersama dengan temannya. Apakah ayahnya sudah mengetahuinya?
Hai orang tua, didiklah anak mu dengan sebaiknya. Jangan engkau beri roti plastik saat anak mu meminta roti untuk dimakan.


Kasus kedua adalah penggunaan posisi di DPR RI untuk mendapatkan fasilitas negara untuk urusan pribadi. Kalau politisi yang satu ini sangat terkenal di Indonesia. Bak aktor DPR terkenal. Mungkin dia juga tidak sadar mendidik anaknya dengan fasilitas negara yang bukan milik pribadi. Kira-kira apa ya percakapan antara ayah dan putri nya ini ketika dia menitip pesan kepada anaknya bahwa sudah ada yang akan menjemputnya di bandara JFK New York oleh orang kedutaan. Mungkin dia mengatakan, "tenang aja nduk, anggota bapak sudah ada yang jemput kamu disana. Nanti bapak yang hubungi mereka. Kamu kan anak dari seorang anggota DPR RI", dan sianak pun menjawab, "Ok deh papi, makaci ya. Papi memang hebat". :)

Kedua kasus tersebut memiliki persamaan. Sama-sama memiliki ayah yang hebat. Mungkin anak mereka belum pernah merasakan rotan ketika mereka di didik.

Karena ada tertulis, "Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati."

So... Orang tua, kita mulai mendidik anak dengan lebih baik lagi, jangan memanjakan anak mu karena engkau sama saja memberikan roti imitasi saat mereka ingin makan roti.

Penulis: The Tampan Man

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indonesia

Air Hidup

Advertise Here

Designed By VungTauZ.Com