Breaking News

Islam

Politik

Rabu, 06 April 2016

AHOK YANG DIKEPUNG KEADAAN

Begini, keputusan Ahok maju via jalur independen bukan diambil dalam kondisi ruang hampa. Keputusan itu salah satunya dipicu oleh statemen Yusril Ihza Mahendra yang menyatakan, surat dukungan tanpa adanya nama wakil gubernur, akan percuma alias tidak sah.

Sebagai calon kompetitor yang juga ahli tata negara Yusril rupanya berbaik hati mengangkat persoalan tersebut jauh-jauh hari. Meski KPUD DKI menyatakan bahwa surat dukungan tanpa nama calon Wagub itu sah, asal pada saat pendaftaran nanti sudah disertakan nama pasangannya, tapi bahasa UU memang mengatakan 'Pasangan Calon', bukan hanya 'Calon Gubernur'. 

Logikanya, jika nanti Ahok jadi maju via jalur independen bermodal surat dukungan yang dikumpulkan Teman Ahok tanpa nama pasangan Cawagub, bisa saja malah digugat keabsahannya. Ini akan sangat merepotkan.

Teman Ahok Tetap Berjuang

Akan sangat mengenaskan jika akhirnya nasib Ahok ditentukan oleh MK.
Tapi untuk menentukan nama Cawagub saat ini, tidak mudah. Ahok sendiri berharap dapat berpasangan dengan Djarot Syaiful Hidayat, wakilnya yang sekarang. Tapi Djarot adalah warga PDIP, dan PDIP belum ketok palu.

Sementara waktu semakin mepet. Berlandaskan azas kehati-hatian, Teman Ahok butuh rasa aman agar usahanya tidak jadi sia-sia. Keputusan nama Calon Wagub dibutuhkan segera.
Soalnya, jika targetnya adalah 1 juta surat dukungan, pekerjaan itu kini harus diulang dari awal. Dari kondisi seperti itulah nama Heru Budi Hartono muncul sebagai Cawagub alternatif.
Saat ini selain Nasdem belum ada partai yang bulat mencalonkan Ahok. Padahal kursi Nasdem di DPRD DKI jauh dari cukup untuk mengusung Cagub sendiri. Sedangkan PDIP masih terjadi tarik menarik. Bahkan malah ada suara yang kurang sedap untuk Ahok.

Artinya modal utama Ahok adalah Teman Ahok yang sejak awal bekerja untuknya. Sayangnya kondisi itu justru seperti memperhadapkan Teman Ahok dan PDIP. Sebuah keadaan yang secara strategis kurang menguntungkan Ahok.

Karena itulah Ahok dipaksa keadaan untuk mengambil keputusan cepat menentukan siapa wakilnya. Saat nama Heru disebut, keputusan itu berakibat memperkecil peluang dukungan dari PDIP. Resiko terbesarnya, bukan tidak mungkin Ahok akan berhadapan dengan Djarot Saiful Hidayat di Pilkada nanti.
Kondisi tersebut sekaligus mengunci Ahok untuk menetapkan pilihan maju via jalur independen. Sebab bagaimana mungkin maju via jalur partai, jika sudah satu paket seperti itu. Ego partai pasti tidak bisa begitu saja diabaikan. Tidak mungkin juga nama Heru ditarik kembali lalu diganti orang lain.
"Jika pengumpulan dukungan tidak terpenuhi, jabatan saya hanya sampai Oktober 2017. Saya ikhlas," ujar Ahok.

Akhirnya kerja keras relawan Ahok semakin diuji. Untruk sebuah kerja politik, saya rasa kondisi yang menjepit ini akan jadi tantangan manis dan seru bagi para pendukung Ahok...

Penulis: Eko Kuntadhi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indonesia

Air Hidup

Advertise Here

Designed By VungTauZ.Com