Mereka paham bahwa budaya masyarakat sudah berubah dan lebih banyak menghabiskan waktunya di dunia maya, maka mereka memanfaatkan situasi itu untuk menebarkan teror mereka.
Sebenarnya, teror di dunia maya ini sangat berbahaya.
Jika aksi teror hanya dilakukan pada satu tempat, maka yang terteror hanya ada di radius sekian puluh km dari lokasi teror. Tetapi internet mendekati lokasi teror itu dan sontak "racun"nya menyebar dalam hitungan detik ke seluruh negara, bahkan dunia. Sangat efektif dalam menyebarkan pesan.
Yang dikehendaki oleh teroris dalam melakukan aksi terornya ada 2 hal, pertama supaya tumbuh ketakutan di masyarakat sehingga mereka mudah panik, dan kedua untuk menyalakan api di kalangan supporter-nya supaya mereka semakin terbakar untuk melakukan aksi teror berikutnya.
Karena itu, ketika kita emosional mengunggah foto2 korban dalam keadaan mati atau luka, sebenarnya kita tanpa sadar sudah menjadi bagian dari aksi mereka.
Kembali pada peristiwa bom Thamrin, ada satu hal lagi yang diinginkan oleh para teroris selain ketakutan dan semangat jihad suporter mereka.
Aksi teror yang terjadi dan yang akan datang, akan digunakan oleh mereka untuk memperuncing perbedaan yang sekarang sudah ada di rakyat Indonesia.
Perhatikan, ketika polisi berhasil menggagalkan aksi teror dgn jumlah korban minimal, para teroris di balik layar menyebarkan berita bahwa "situasi itu adalah skenario", "itu pengalihan isu", "teroris itu adalah juga aparat" dan sebagainya.
Teroris Dunia Maya |
Dan begitu banyak orang bodoh di dunia maya menangkap isu itu dengan semangat membabi buta dan menyebarkannya dengan tambahan teori konspirasi yang ada di benaknya. Yang pintar pun ikut gamang. Mereka berada di persimpangan, setengah meyakini setengah tidak. Padahal ketika AKAL bekerja, maka tampaklah kebohongan yang disebarkan mereka.
Para teroris dunia maya menambahkan lagi bumbunya.
Mereka menyebarkan berita bahwa Prabowo berada di balik serangan bom di Thamrin. Dan isu ini dimakan mentah oleh mereka yang fanatik kepada Jokowi maupun kepada Prabowo. Tujuannya, untuk mempertentangkan manusia2 fanatik ini supaya satu waktu mereka akan dibenturkan dengan keras.
Jadi, setiap kali ada aksi teror, teroris dunia maya menyiram tumbuhan kebencian di dada para fanatik sehingga semakin lama benih kebencian diantara mereka semakin menyala. Sangat berbahaya, karena masih banyak manusia bodoh di Indonesia.
Sebenarnya ada satu jalan yang bisa dilakukan baik oleh pemerintah cq Polri maupun sipil yang militan, demi terjaganya NKRI ini.
Belajar dari hacker "anonymous", maka Polri bisa membentuk "hacker tidak resmi", untuk menghajar situs2 radikal dan melenyapkan mereka dari dunia maya. Pemerintah jelas salah jika menutup situs2 radikal tersebut karena akan menjadi aksi bully mereka. Tapi kalau ada "invisible hands" siapa yang mau menuntut pemerintah ?
Sipil pun bisa ikut "berjihad" dengan berkelompok bersama jagoan2 hacker di dunia maya, menghajar situs2 radikal itu. Anggaplah kalian sedang perang, memang ini perang, dan kalian ikut andil dalam menjaga NKRI ini.
Ini sekedar masukan, semoga bisa menginspirasi supaya tidak sibuk dengan urusan duniawi saja. Toh, jika Indonesia ini dikuasai teroris semua duniawi yang dikumpulkan akan hancur dalam sekejap. Suriah adalah contoh yang terbaik bagi kita.
Sambil minum secangkir kopi, semoga generasi muda yang lahir di era internet bisa terbakar nasionalismenya. Pengen jadi "pahlawan" ? Sekarang saatnya, meski nama kalian tidak kelihatan, tetapi aksi kalian akan sangat nyata....
Satu pesan dari saya, tolong hajar mereka...
Penulis: Denny Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar