Breaking News

Islam

Politik

Rabu, 13 Januari 2016

TEROMPET BERBUNGKUS ALQURAN

Ketika kertas berisi ayat suci menjadi bungkus terompet tahun baru. Engkau berteriak, “Itu penghinaan !” Seakan-akan engkau pembela Tuhan sejati.

Engkau yang terjebak pada simbol, meraung ketika simbol itu ditempatkan pada tempat yang tidak layak. Tetapi tahukah kau tempat apa yang paling tidak layak untuk sebuah ayat suci ?

Terompet Berbungkus Alquran

Yaitu, hati yang kotor.

Engkau adalah pembaca ayat dengan lantunan suara yang indah. Engkau mensucikan diri sebelum membaca kitab suci. Bahkan engkau menaruhnya di kepala sebagai tanda penghormatan terhadap firman.

Tetapi bahkan sedikitpun pesan di dalamnya tidak pernah engkau pahami. Dengan ayat itu engkau mencaci maki. Ayat itu kau gunakan untuk menzolimi. Ayat yang kau lantunkan itu sama sekali tidak membuatmu menjadi pengasih.

Engkau sombong dengan kemampuanmu, pamer dengan kebisaanmu dan yang gilanya lagi, engkau melacurkan diri dengan menjual ayat-ayat itu.

Sedangkan kertas yang berisi ayat suci dan menjadi bungkus terumpet tahun baru itu lebih mulya daripadamu. Kertas itu menghasilkan pendapatan bagi para pedagang terumpet, memberi makan keluarganya dan kau tahu kemewahan yang datang kepada mereka bahkan hanya setahun sekali.

Karena teriakanmu yg sombong dan menyakitkan, jualan mereka disita polisi. Mereka menangis, karena itu barang dagangan yg mereka beli. Mereka berharap rejeki. Tahukah kau, bagaimana ia pulang dan menghadap tatapan anak istrinya nanti ?

Engkau berkata itu penghinaan terhadap agama ? Apakah agamamu menyembah kertas sehingga engkau merasa terhina ?

Yang suci dari sebuah kitab adalah perkataan-Nya, yang terbungkus dalam surat dan ayat2, bukan kertasnya. Kertas itu kertas biasa, yang tidak berpengaruh apa2 pada kesucian perkataan-Nya. Kertas itu hanya media, tinta untuk menulisnya hanyalah alat saja.

Tahukah kau apa penghinaan itu ?

Penghinaan itu adalah ketika engkau mengagumi kebesaran Tuhan pada lafaz di badan seekor ikan, pada awan yang membentuk kalimat Tuhan, pada tumbuhan yang bertaut seperti nama Tuhan. Kekagumanmu pada itu adalah penghinaan.

Bagaimana Tuhan yang begitu Maha, kau kecilkan dengan lafaz-lafaz yang tertera itu ? Ikan itu sendiri adalah kebesaran-Nya, awan itu sendiri adalah keberadaan-Nya dan tumbuhan itu sendiri adalah kemulyaan-Nya.

Tuhan tidak perlu menghinakan diri dengan menulis nama-Nya dibenda ciptaan-Nya. Karena Tuhan tidak butuh simbol supaya kau bisa menyembahnya. Tuhan tidak butuh kau mengagungkan-Nya. Kaulah yang butuh kepada-Nya.

Ketika kau mengatakan bahwa kau beragama dan ternyata kau malah menjadi sombong, maka mulailah berkaca, benarkah agamaku ? Atau aku yang salah menafsirkan petunjuk-Nya ?

Tunggu saja para pedagang itu mengadu. “Tuhan, mereka merampas rejekiku hanya karena firman-Mu ada di barang daganganku..” Tuhan memberi mereka rejeki dengan menggunakan nama-Nya, tapi engkau merampoknya. Engkau yang selalu merasa sok suci, bahkan lebih hina dari babi. Babi hanya berkubang di air lumpur, engkau memakan lumpurnya.

Dan semua atas nama Tuhan. Tuhanmu adalah kertas. Engkau merasa terhina, padahal engkaulah sejatinya penghina.

Sini minum kopi, biar kutampar semua kepicikan beragama yang ada dalam benakmu selama ini.

Penulis: Denny Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indonesia

Air Hidup

Advertise Here

Designed By VungTauZ.Com