Sekitar dua pertiga penumpang KRL dari Bogor, Bekasi, Tangerang turun di Stasiun Sudirman. Lalu mereka melanjutkan perjalanannya dominan menggunakan metromini, kopaja, atau bus kota ke berbagai tujuan akhir tempat bekerja mereka. Saya pun begitu.
Dari gerbang stasiun ke halte terdekat berjarak sekitar 150 meter. Ada jalan trotoar dari stasiun ke halte, yang diberi pagar dan bak-bak tanaman agar orang tak masuk ke jalan. Dekat jarak ke halte itu, tetapi bayangkan bila ratusan- seribu orang berjalan di situ, saya hitung ada 10 menit sendiri waktu terbuang. Lalu sampai di halte, bayangkan penumpukan yang terjadi. Lalu ketika metromini, kopaja, bus kota datang, yang selanjutnya terjadi adalah perebutan antar penumpang untuk naik ke angkutan. Makin lama angkutan datang, makin menumpuk. Bahaya pun mengintip di mana-mana, yaitu penumpang yang berebut angkutan terjatuh. Copet mendapatkan tempat 'basah'.
Morning's Chaos |
Saya mengamati semuanya, juga mengikuti trend massa, termasuk lompat pagar (meskipun saya harus memperhitungkan dulu sebab kuatir nyangkut di pagar, maklum badan saya besar dan suka dengan besi - kebiasaan angkat besi sih, he2...).
Bila keributan dan chaos terjadi setiap pagi mestinya peraturan ditinjau lagi. Betapa mudah solusinya sebenarnya. Buka semua pagar trotoar, biarkan metromini, kopaja, bus kota berhenti tak jauh dari gerbang stasiun, ini area yang lapang kok, tak mengganggu laju lalin di Jl. Sudirman. Justru penumpukan penumpang yang akhirnya menghambat laju lalin itu. Bila itu dilakukan pasti tak akan ada morning's chaos seperti itu. Para petugas keamanan pun yang jumlahnya tak sedikit itu tak perlu berjaga-jaga setiap pagi dan ribut dengan penumpang atau sopir angkot.
Yang membuat peraturan seringnya bukan yang kena peraturan, di situ masalahnya, dan mereka tidak belajar dari kenyataan.***
Penulis: Awang Satyana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar