Breaking News

Islam

Politik

Selasa, 03 November 2015

DIMANA BATAS SABAR

 Dulu saya pernah ditanya seorang teman, "Dimana batas sabar ?"

Saya terdiam. Buat saya sabar itu tidak ada batasnya, tapi bagaimana menjelaskannya kepada seseorang yang sedang dalam situasi kesulitan dan berharap mendapat sedikit pencerahan ?

Saya bukan tipikal orang yang suka berbicara klise tanpa makna. Karena ketika saya menyampaikan sesuatu dengan kosong, sama saja saya hanya menghibur diri sendiri tanpa sedikitpun saya belajar darinya.

Saya yakin Tuhan paham ketidak-mengertian saya, maka saya-pun diajari-Nya. Saya dijatuhkan dalam kesulitan yang dalam dan bertingkat2. Selesai satu masalah, masalah lain datang dgn kekuatan yang lebih hebat. Goyang semua dunia, gemetar seluruh anggota badan, luluh lantak kemampuan otak, saya lunglai tak berdaya. Pasrah.

From Allah To Allah
Situasinya seperti saya diterjunkan ke lautan luas sedangkan saya tidak bisa berenang. Tangan panik menggapai2 mencari pegangan, tapi pegangan apa ? Air dimana2.

Akhirnya tubuh tenggelam perlahan2. Dada sesak tertekan sekian ton air yang semakin dalam semakin kuat. Mau pecah rasanya.

Sampai pada titik kedalaman tertentu yang saya tidak paham, ternyata tubuh beradaptasi dengan situasi. Mata bisa melihat di kegelapan. Rongga paru melebar dan nafas pun teratur pelan2. Tubuh mulai bisa mengatur irama untuk bergerak dan mengalir.

Apa yang saya lihat di kedalaman ? Sungguh mengagumkan. Saya melihat ikan2 berwarna indah yang tidak pernah saya lihat di permukaan. Saya melihat kerang2 berisi mutiara yang menyilaukan yang bahkan tidak pernah terbayangkan. Saya menyusuri semua karang dengan pandangan terpesona dengan berpatokan pada nasihat2 keluarga Rasulullah.

Inikah yang dinamakan kebijaksanaan itu ? Dalam sekali maknanya. Jujur, saya sangat menikmatinya. Saya menjadi sedikit paham kenapa bunda Theresa begitu menikmatinya. Saya menjadi mengerti kenapa Mahatma Gandhi membuang baju duniawinya. Saya menyelami kedalaman pemikiran para Imam yang mengajarkan saya sedikit ilmunya.

Tahun demi tahun berlalu dan sedikit demi sedikit pengetahuan saya meningkat, wawasan saya terbuka. Saya banyak menguliti sifat keduniawian yang begitu bergantung pada materi meski belum semua. Pantas saja mereka yang berada di kedalaman, muak melihat kemunafikan yang ada di permukaan.

Saya belum pernah bertemu lagi teman saya yang dulu bertanya, "dimana batas sabar ?" Entah dia kemana. Tetapi saya langsung teringat padanya ketika seseorang yang baru saya kenal bertanya hal yang sama, "Bang, menurut abang dimana batas sabar ? Apa benar sabar tidak ada batasnya ?"

Saya tersenyum, "Sabar ada batasnya, yaitu syukur. Ketika kita bersyukur atas semua hal, maka sabar akan melebur dengan sendirinya... " Dan bla bla saya bercerita banyak kepadanya tanpa terasa sudah dua gelas kopi tuntas di meja.

Menakjubkan ketika kita akhirnya memahami makna kekayaan tidak terletak pada materi, karena materi itu adalah tingkat pemahaman terendah yang dimiliki manusia. Materi sangat mudah hilang, tetapi kebijaksanaan adalah harta karun yang menetap selamanya.

Penulis: Denny Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indonesia

Air Hidup

Advertise Here

Designed By VungTauZ.Com