Breaking News

Islam

Politik

Minggu, 01 November 2015

DEMI HUSSAIN

Ketika seorang teman nasrani mengupload foto seorang pendeta yang sedang mengusap kepala seorang bapak, tidak terasa saya menjadi begitu terharu.

Saya merasa terlempar ke masa sekian ribu tahun lalu, saat pasukan Yazid bin Muawwiyah berbaris dan barisan paling depan memegang tombak yang diatasnya terpancang kepala Imam Hussain as, yang mereka penggal saat pertempuran yg tidak seimbang. Sedangkan di belakang barisan berjejer keluarga Imam yang tersisa, berjalan dengan dirantai, kehausan dan kelaparan.

Demi Hussain
Seorang pendeta nasrani yang kaget melihat barisan pasukan besar dengan berani menghampiri kepala pasukan dan bertanya, "kepala siapa yang kalian taruh di mata tombak itu ?" Kepala pasukan dengan bangga berkata, "seorang pemberontak. Namanya Hussain bin Ali bin Abu thalib.."

Kaget pendeta itu dan spontan bertanya, "Apakah dia cucu Muhammad, Nabi kalian ?" Kepala pasukan mengangguk. Pendeta menawarkan mereka semua istirahat sejenak karena hari mulai malam.

Malamnya, pendeta mendatangi kepala pasukan dan memohon untuk sebentar saja membawa kepala Imam Hussain as dan dia berani membayar. Sesudah sepakat, pendeta lalu membawa kepala Imam Hussain as ke biliknya. Ia memandikan kepala yang kotor dan berdebu itu, memberikannya wewangian sambil terisak dan terus menciuminya.

"Wahai cucu Muhammad, gerangan apa yang membuat mereka sekejam ini kepadamu ? Bukankah datukmu yang membawa ajaran kasih kepada umat ini ? Beginikah balasan mereka kepada cucu Nabinya sendiri ?"

Peristiwa Karbala adalah peristiwa besar yang namanya tidak kunjung padam. Bahkan setiap arbain, 40 hari kematian Imam Hussain as dan syuhada2nya, lebih dari 20 juta orang berjalan bersama2 memperingati perjalanan penuh darah itu dari Najaf ke Karbala sejauh 80 km. Dan itu bukan hanya umat muslim, para pendeta-pun berjalan bersama karena mereka mempunyai emosi yang sama.

Demi Hussain
Saya banyak belajar dari kisah ini, karena ruh-nya menyebar ke seluruh dunia dan membuat para pejuang revolusi menundukkan kepala menghormati perjuangannya. Soekarno, Mahatma Gandhi, Che Guevara dan banyak lagi. Ini bukan tentang agama. Ini tentang kemanusiaan yang diinjak2 dan dilawan dengan penuh keberanian. Kisahnya begitu lengkap mulai dari penghianatan sampai keajaiban yang terjadi di medan perang.

Secangkir kopi pagi ini entah kenapa menjadi hambar.

Dan ketika saya heran kenapa dulu teman2 syiah begitu dalam memukul dada mereka sambil menangis, saya akhirnya paham bahwa mereka ingin meredakan rasa sakitnya. Sakit yang mereka pendam begitu lama dan mereka jadikan api untuk membela kemanusiaan dimanapun peristiwa itu berada. Demi Hussain.

Penulis: Denny Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indonesia

Air Hidup

Advertise Here

Designed By VungTauZ.Com