Breaking News

Islam

Politik

Rabu, 11 November 2015

Cinta Itu Tidak Buta

Kasus 1

Lidya tiba-tiba menjalin hubungan dengan pria tetangga rumah. Orang tuanya bingung sebab mereka mengenal pria tersebut dan orang tuanya, baik anak maupun orang tua bukanlah orang-orang yang “baik” . Ayah pria itu adalah teman orang tua Lidya. Ayah Lidya sudah mengenal sejak kecil, dan tahu bagaimana sifat dan cara hidupnya. Dan ternyata cara hidup yang tidak baik itu menurun ke anaknya.. Akan tetapi Lidya tidak bisa menerima pendapat itu. Lidya sangat cinta pria tersebut. Dia merasa tidak bisa lepas darinya. Karena orang tua Lidya merasa sayang kepada Lidya, maka mereka terus memberi nasihat untuk mempertimbangkan pilihan Lidya itu sambil menunjukkan hal-hal berkaitan dengan kepribadian pria tersebut. Namun Lidya tetap bersikukuh untuk terus dengannya. Bahkan ketika orang tua mengancam tidak akan memberi warisan kalau nanti menikah dengan pria tetangga itu, Lidya berani menjawab, tidak mendapat warisan juga tidak apa-apa.

Akhirnya Lidya menikah, bahkan sebelum menikah, saking cintanya, Lidya sudah menyerahkan kegadisannya. Pernikahan berjalan lancar, dan menurut kata orang Lidya berbahagia. Sebab beberapa waktu kemudian Lidya sudah mengandung dan kehidupan ekonomi mereka nampak cukup. Mereka nampak sering bersama, baik ke acara keluarga, sosial, maupun ibadah.



Akan tetapi lebih dari 20 tahun kemudian Lidya baru berbagi, bahwa selama 20 tahun pernikahannya dia tidak pernah berbahagia. Benar ayahnya, suaminya tidak bertanggung jawab. Suaminya relatif tidak mau bekerja. Hampir selama 20 tahun ,Lidya yang harus bekerja keras untuk membiayai semau kebutuhan. Dan benar pula ayahnya, suaminya tidak baik moralnya, Selama suaminya bekerja ( yang hanya beberapa waktu ) , suaminya selingkuh. Bahkan setelah tidak bekerjapun masih selingkuh. Suaminya selingkuh dengan beberapa wanita.

Dalam hubungan suami isteri Lydia hampir tidak menikmati kepuasan. Karena tingkah laku suaminya, Lidya menjadi dingin, dan melayani suami dengan terpaksa.

Semula menurut Lidya cinta itu segala-galanya, akan tetapi kehidupan rumah tangga telah membuktikan “perasaan cinta”tidak cukup untuk membawa kebahagiaan.


Kisah 2

Joko seorang mahasiswa yang cukup ganteng. Beberapa wanita tertarik kepada Joko. Akan tetapi ternyata Joko jatuh cinta kepada wanita tetangga rumah yang sepuluh tahun lebih tua darinya. Keluarga dan teman-teman memberitahu Joko bahwa pernikahan itu akan sulit, namun Joko mengatakan tidak sulit. Asal cinta maka semua bisa diatasi. Ada yang memberikan penilaian dari berbagai sudut pandang. Dari segi fisik , nanti istrinya sudah menopause, dia masih menyala-nyala. Dari segi ekonomi, istrinya sudah mapan, dia baru merintis. Dan lainya lagi. Namun semau pertimmbangan itu kalah dengan jawaban, cinta itu bisa menyelesaikan segala sesuatu. Asal ada cinta, semua bisa diatasi.

Selama berpacaran Joko juga sudah melakukan hubungan badan. Itu juga membuat Joko sulit untuk berpisah dengannya. Joko sangat menikmatinya.

Pernikahanpun terlaksana. Dan selang beberapa bulan, Joko merasakan hal-hal yang tidak diduga pada waktu dulu. Komunikasi ternyata sulit. Keuangan berbeda cara pandang. Bahkan hubungan badan pun tidak seindah dulu. Istirnya sangat dominan dalam segala hal. Dalam hal mengatur rumah, uang, bahkan dalam berhubungan suami isteri. Joko terpuruk sebagai laki-laki.

Cinta ternyata bukan segala-galanya.

Bukan hanya Lidya dan Joko yang beranggapan cinta adalah segala-galanya. Banyak orang berpendapat demikian. Cinta itu buta, demikian katanya. Cinta bisa mengatasi segala kesulitan. Cinta bisa menopang segala tantangan. Contoh-contoh tentang kerusakan hubungan dari orang-orang yang dulu nampak begitu mesra dan mengatakan cinta telah menyatukan segala perbedaan tetap saja tidak diterima sebagai satu peringatan.Bahkan ada penulis lagu yang menulis syair, “Terima kasih cinta” sementara cinta nya sendiri juga tidak berjalan baik.

Marilah kita perhatikan beberapa prinsip berikut.

Perasaan tertarik berbeda dengan cinta

Pada umumnya orang memiliki perasaan tertarik kepada lawan jenis. Namun perasaan tertarik itu berbeda dengan cinta. Perasaan tertarik ingin dipuaskan. Ketika tidak dipuaskan akan merasa merana, terluka, kesepian, dan lain-lain.

Perasaan bisa muncul dari berbagai faktor, karena masa kecil tidak mendapat pengasuhan yang baik, karena kehilangan ibu atau ayah yang begitu mengasihi, atau karena memiliki pasangan merupakan harga diri, atau bahkan bisa muncul karena adanya ikatan romantisme budaya. Karena itu perasaan bisa muncul kapan saja, dan kadang-kadang bisa tidak dimengerti alasannya.

Sewaktu SMA ketika saya berjalan di lorong sekolah, tiba-tiba saya berpapasan dengan seorang gadis. Hati saya berdebar. Gadis itu bersahaja, manis, dan jawa. Saya tertarik kepadanya. Dan itu tiba-tiba, sekalipun saya tidak tahu hidupnya seperti apa, latar belakangnya seperti apa. Perasaan itu muncul begitu saja. Namun itu bukan cinta. Seberapapun kuat perasaan itu.


Cinta itu lebih dari perasaan

Dalam cinta ada perasaan, namun cinta melebihi perasaan. Perasaan tertarik bisa menjadi awal memahami cinta, akan tetapi harus diteruksan dengan pemikiran yang matang.

Cinta itu harus melihat. Melihat berbagai hal. Jadi setelah tertarik, perlu diikuti dengan pertanyaan apakah saya bisa hidup bersama dengan nya? Juga apakah dia tertarik kepadaku dan bisa hidup bersamaku?

Cinta itu harus melihat kepribadian

Mencintai seseorang berarti mampu menerima kepribadiannya. Karena itu harus mengerti lebih dulu kepribadiannya. Rasa tertarik bisa muncul hanya dengan melihat wajah atau suara. Akan tetapi cinta akan dipastikan setelah memahami kepribadiannya dan ternyata mampu menerima kepribadian itu dan bahkan bisa menikmati hidup dengan kepribadian itu.

Bagian kepribadian yang penting untuk diperhatikan adalah : tata nilai, sifat-sifat, cara berpikir, bagaimana berelasi dengan orang, dan juga apa kesenangan-kesenangan ( serta ketidaksenangannya ).

Bagaimana tata nilainya tentang uang? Tentang kejujuran? Tentang pekerjaan? Apakah saya bisa hidup dengan orang yang memiliki sikap gila kerja? Apakah saya bisa hidup dengan seseorang yang mengejar uang karena pengalaman kemiskinan masa lalu?

Bagaimana sifat-sifat nya? Apakah saya bisa menerima orang yang suka menyendiri? Apakah saya bisa menikmati kebersamaan dengan orang yang suka berdamai sehingga cenderung kompromi? Apakah saya bisa hidup dengan orang yang dominan? Apakah saya bisa menjalani hidup dengan orang keras kata-katanya dan mungkin tindakannya?

Bagaimana cara berpikirnya ? Apakah saya bisa bersama-sama dengan orang lambat mengambil keputusan? Apakah saya bisa menikmati kebersamaan dengan orang yang praktis cara berpikirnya?

Kepribadian seseorang tidak selalu kelihatan. Perlu belajar memahami orang. Orang yagn sejak kecil diperlakukan dengan keras, lalu menyimpan kekerasan, bisa tersembunyi dalam wajahnya yang lembut. Atau orang yang memiliki dendam dengan kemiskinan dan akan mengejar uang sekeras-kerasnya akan tertutupi dengan cara belajarnya yang mengesankan selama kuliah.

Perasaan yang hebat akan musnah setelah menjalani hidup dengan orang yang kepribadiannya tidak bisa diterima.

Cinta harus melihat kepribadian, Cinta tidak buta.


Cinta itu melihat latar belakang.

Mata yang indah itu begitu menawan dan membuat berdebar-debar. Namun belum tentu seorang pria kemudian bisa hidup dengan seorang wanita dengan mata menawan. Pria tersebut harus hidup dengan keseluruhan wanitaitu. Dan keseluruhan orang tersebut mencakup latar belakangnya.

Cinta akan mampu menerima seseorang bersama latar belakangnya. Karena itu ketika tertarik orang perlu dilanjutkan dengan mengerti latar belakangnya, mencakup latar belakang keluarga, suku, pendidikan, teman-temannya. Setelah itu baru bisa menilai apakah rasa tertariknya diikuti dengan kemampuan untuk menerima dia dengan latar belakangnya atau tidak.

Apakah saya bisa hidup dengan seorang wanita cantik , namun memiliki orang tua yang menuntutnya untuk tetap tinggal di rumah? Apakah saya bisa menikmati kebersamaan dengan seorang wanita cerdas, namun orang tua nya tidak punya pendidikan dan hanya seorang sopir becak ? Apakah saya bisa hidup dengan seorang wanita seksi namun dulu telah sering tidur dengan beberapa pria? Apakah saya bisa menjalani kehidupan dengan seorang wanita dengan bibir menawan, namun ayahnya dipenjara karena korupsi ?

Demikian juga apakah saya bisa hidup bersama dengan seorang pria gagah, namun dominasi ibunya sangat kuat ? Apakah saya bisa hidup dengan pria lemah lembut, akan tetapi berbeda suku dengan tatacara hidup berbeda?

Cinta buta akan mengatakan saya bisa. Sebab tidak memahami bagaimana menjalani hidup dengan hal-hal seperti itu. Dipikir kalau perasaan begitu kuat, hal tersebut diatasi. Tidak. Menikah dengan pria yang ibunya begitu dominan akan membuat seorang wanita tidak bisa memiliki pria tersebut. Apa yang dimimpikan lenyap dalam pernikahan. Setiap latar belakang membutuhkan cara hidup tertentu untuk menjalani.

Karena itu harus belajar dengan seksama, lalu membuat perhitungan, apakah mampu menjalaninya. Karena cinta membuat pertimbangan dan menilai, lalu dengan penuh kesadaran menjalani.


Cinta melihat konsekuensi

Jadi cinta melihat konsekuensi dan sanggup menjalani konsekuensi itu. Orang yang mencintai tidak buta, pokoknya nanti pasti bisa asal kita jalani bersama. Orang yang demikian adalah orang yang asal jalan, tidak melihat kehidupan, dan akan terpuruk.

Ketika sudah membuat pertimbangan dan melihat resiko, lalu sanggup untuk menjalani, maka dia akan menjalani setiap keadaan dengan penuh tanggung jawab. Dia tidak marah, kecewa, namun akan menempuh kehidupan bersama saling mendukung, atau dia akan menopang. Perjalanan cinta itu akan menjadi perjalanan kehidupan yang bermakna. Sekalipun bisa jadi perjalanan itu tidak mudah.


Cinta itu melihat kebahagiaan pasangan

Cinta tidak mengatakan ,”Puaskanlah perasaanku “. Tetapi cinta memikirkan kebahagiaan orang lain. Karena itu, ketika perasaan tumbuh dan membuat pertimbangan lalu merasa bahwa kebersamaan itu justru akan menyulitkan pasangan, dia akan dengan kesadaran melepaskannya.

Cinta tidak memaksa. Cinta akan siap jika yang dicintai mengatakan tidak.

Karena itu ketika perasaan tertarik itu membawa ke dalam kesatuan, ia tidak semata-mata ingin mendapatkan kepuasan. Ia akan berjuang untuk membahagiakan pasangannya. Dan karena menyadari bahwa kesatuan cinta bukanlah sekedar memadu rasa, ia akan berjuang dalam hal ekonomi, menata rumah, mendidik anak, menghormati ke 2 orang tua, dsbnya.


Kedewasaan adalah kunci dasar kemampuan mencintai

Kunci seseorang mampu mencintai adalah kedewasaaan. Kedewasaan ini diukur dari kemampuan berpikir yang luas, tidak pendek dan sempit. Kedewasaan diukur dari kemapuan menerima perbedaan dan menghargainya. Kedewasaan diukur dengan kemampuan menanggung kesulitan-kesulitan dan mengutamakan orang lain. Kedewasaan juga diukur dari kemampuan berdaya juang untuk mencapai tujuan hidup.

Kedewasaan bisa menata gejolak perasaan-perasaannya tapi juga bisa menikmati keindahannya.

Jika sudah dewasa maka dia akan memiliki cinta yang melihat. Dan dia siap untuk mencintai

Penulis: Gunawan Sri Haryono (https://www.facebook.com/gunawan.haryono.7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indonesia

Air Hidup

Advertise Here

Designed By VungTauZ.Com